Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldegonda Evangeline Pelealu
Abstrak :
perubahan, yaitu semua sarana produksi disediakan oleh tinoyoan, dan pada waktu panen pembagian hasil menjadi 25 % untuk tumoyo sedangkan 75 % adalah bagian dari tinoyoan_ Dengan adanya perubahan sistem bagi hasil tersebut, perubahan teknologi pertanian baik itu kimiawi, biologi dan mekanis dapat diterapkan sepenuhnya oleh tinoyoan. Pemilikan Iahan sawah petani yang ada dt Tondano umumnya adalah warisan dari keluarga dan ada juga sebagian yang dibeli sendiri_ Rata-rata pemilikan Iahan sawah petani adalah 0,25 - 0,5 hektar dan hanya 4 orang yang memiliki Iahan sawah luas, pada umumnya petani tersebut sudah menggunakan teknotogi pertanian. Dengan demikian perubahan teknologi sudah dinikmati secara merata oleh petani di Tondano dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya peningkatan pendapatan menyebabkan perubahan dalam pola konsumsi, disamping itu juga dorongan untuk menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi semakin besar_ Perubahan teknologi menyebabkan ada kesenjangan dalam pendapatan antara petani yang memiliki Iahan sawah Iuas dan petani yang memiliki Iahan sawah sempit Kesenjangan tersebut tidak terlalu nampak, hal ini terlihat pada pemilikan rumah tinggal dari para petani di Kecamatan Tondano yang relatif sama. Disisi yang lain peningkatan pendapatan ini digunakan oleh para petani yang ada di kelurahan Makalonsouw, Marawas dan Masarang untuk pembangunan rumah. Kalau sebelumnya banyak rumah yang beratapkan daun katu (enau), selanjutnya mengalami perubahan dengan menggunakan sang. Begitu juga menabung sudah diusahakan oleh petani agar tidak mengalami kesulitan biaya pengolahan Iahan dan menyekolahkan anak. iii
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T5825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hermawan
Abstrak :
Peran lahan kering sebagai pemasok produk pertanian akan makin meningkat pada masa mendatang seiring meningkatnya permintaan produk pangan dan alih fungsi lahan sawah. Keperluan tambahan lahan baru seluas 7,3 juta ha pada 2025 dan 14,8 juta ha pada 2045 dapat dipenuhi oleh lahan kering potensial cadangan seluas 25,8 juta ha. Lahan kering yang umumnya rapuh, baik karena faktor internal (bahan induk, sifat fisik, kimia, biologi tanah) maupun faktor eksternal (curah hujan, suhu ekstrem) perlu dikelola secara hati-hati dengan menerapkan teknologi. Pembelajaran dari penelitian dan pelaksanaan ber-bagai proyek di lahan kering masam, lahan kering iklim kering, dan lahan kering berlereng di daerah aliran sungai (DAS) menunjukkan pentingnya integrasi usaha tani dan konservasi tanah yang didukung kelembagaan yang memadai. Ternak dapat menjadi pintu masuk bagi pengembangan usaha tani konservasi karena dapat menggabungkan orientasi jangka pendek petani dan orientasi jangka panjang konservasi. Integrasi ternak-tanaman dapat menjadi cikal bakal pengembangan biosiklus terpadu sebagai bagian dari pertanian bioindustri berkelanjutan. Ke depan, diperlukan kebijakan dan komitmen pemerintah dalam alokasi sumber daya dan anggaran untuk pemutakhiran teknologi usaha tani konservasi dan diseminasinya, kebijakan tata ruang, perizinan, dan ekstensifikasi pertanian di lahan kering potensial, serta kebijakan transfer insentif dari masyarakat hilir DAS yang mendapat manfaat dari penerapan usaha tani konservasi di hulu DAS. Insentif dapat digunakan untuk membiayai rehabilitasi dan konservasi lahan serta meningkatkan infrastruktur di hulu yang masih lemah.
Kementerian Kementerian RI, 2014
630 PIP 7:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Noor
Abstrak :
Lahan rawa pasang surut berperan penting dan strategis dalam peningkatan produksi pangan ke depan, mengingat terbatasnya lahan subur serta tingginya laju pertambahan penduduk, konversi lahan, dan fragmentasi pemilikan lahan usaha tani. Lahan rawa pasang surut luasnya mencapai 23,25 juta ha, 11,11 juta ha di antaranya berpotensi dikembangkan sebagai lahan pertanian produktif, namun baru sekitar 5,27 juta ha yang dibuka dan dimanfaatkan. Pengelolaan air di lahan rawa pasang surut tidak cukup hanya memanfaatkan gerakan pasang, tetapi memerlukan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelindian dan memperbaiki kualitas tanah sehingga produktivitas lahan menjadi lebih baik. Kearifan lokal petani di lahan rawa dapat dimanfaatkan untuk memperkaya teknologi pengelolaan air sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani dengan memerhatikan dinamika tanah, biodiversitas, dan kelestarian lingkungan. Strategi pengelolaan air dalam mendukung optimalisasi lahan dan intensifikasi pertanian perlu ditempuh melalui: (1) refocusing daerah sasaran dengan penentuan zonasi pengelolaan air yang didasarkan pada perilaku tata air dan hidrologi setempat; (2) perbaikan dan pembangunan infra-struktur jaringan tata air; (3) pemantauan dan pengembangan perencanaan sepanjang masa pemanfaatan lahan; (4) pening-katan kegiatan diseminasi teknologi pengelolaan air melalui pelatihan dan penyuluhan; dan (5) refocusing penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan air untuk mendukung peningkatan produktivitas dan intensitas tanam.
Kementerian Kementerian RI, 2014
630 PIP 7:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library