Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Thoha Rohimi
"Teknisium memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia Kedokteran Nuklir Salah satu aplikasinya adalah 99mTc koloid sulfur yang berfungsi sebagai agen diagnosis penunjang status fungsionalitas hati dan limpa Tujuan penelitian ini adalah melakukan formulasi sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur serta uji stabilitas dan biodistribusi Sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur dibuat dengan mereaksikan Na99mTcO4 dengan Na2S2O3 5H2O dalam asam serta menggunakan gelatin sebagai stabilisator
Dilakukan optimasi terhadap lama waktu pemanasan dan pH sediaan serta uji stabilitas in vitro selama 6 jam pasca rekonstitusi Uji biodsitribusi dilakukan dengan menyuntikkan 0 05 ndash 0 15 mCi 99mTc koloid sulfur secara intra vena pada tiga ekor kelinci domestik Oryctolagus cuniculus domestica jantan Kelinci di scan menggunakan kamera gamma single head dengan mode dinamik selama 20 menit dilanjutkan dengan mode statik selama 5 menit sebanyak tiga kali dengan interval waktu 10 menit
Hasil penelitian menunjukkan sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur memiliki kemurnian radiokimia optimum untuk lama waktu pemanasan selama 13 menit dan pada pH 6 3 Uji stabilitas menunjukkan bahwa 99mTc koloid sulfur stabil selama 2 jam pasca rekonstitusi ditunjukkan dengan kemurnian radiokimia yang tinggi yaitu sebesar 92 93 2 14 n 3 Aktivitas maksimum 99mTc koloid sulfur lebih dari 80 ditemukan pada hati dan limpa kelinci pada saat 6 ndash 12 menit setelah injeksi.

Technetium has a wide applications for Nuclear Medicine One of it application is as radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid used for liver and spleen imaging The aim of this research is to formulating radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid and to studying stability and biodistribution profile Radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid was made by using spesific reaction of Na99mTcO4 and Na2S2O3 5H2O on acid environment then stabilized by gelatin
Optimation was done for heating period final pH and chemical stability using in vitro method during 6 hours post reconstitution Biodistribution profile was characterized by intravenously injection of 0 05 ndash 0 15 mCi 99mTc sulfur colloid to 3 male domestic rabbits Oryctolagus cuniculus domestica Rabbit was scanned using single head gamma camera with dynamic mode for 20 minutes and then by static mode for 5 minutes with interval 10 minutes
The results showed that 99mTc sulfur colloid got optimum radiochemical purity during 13 minutes heating at final pH 6 3 Stability testing showed that 99mTc sulfur colloid stable for 2 hours post reconstitution showed by high radiochemical purity 92 93 2 14 n 3 Maximum activity of 99mTc sulfur colloid over than 80 was found at liver and spleen at 6 ndash 12 minutes after injection.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry
"Emboli paru merupakan kondisi dimana gumpalan darah di dalam vena besar pada ekstremitas bawah masuk ke arteri pulmonal sehingga mengganggu aliran darah ke paru-paru. Metode ventilasi-perfusi SPECT/CT yang dikombinasikan dengan agen perunut seperti Technetium-99m (99mTc) dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit emboli paru. Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben radioaktif 99mTc, namun sifat aerodinamisnya yang buruk menjadi tantangan untuk digunakan secara inhalasi. Kombinasi dengan serbuk pembawa inhalasi diharapkan dapat meningkatkan sifat aerodinamis karbon aktif bertanda 99mTc. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan serbuk inhalasi karbon aktif bertanda 99mTc sehingga dapat diberikan secara inhalasi untuk diagnosis emboli paru. Serbuk pembawa inhalasi dibuat dengan memformulasikan manitol dengan 5–10% b/b leusin; 1,25–2,5% b/b amonium bikarbonat, atau kombinasi keduanya. Serbuk pembawa dibuat dengan metode semprot kering, kemudian dikarakterisasi morfologi, rendemen, kandungan lembab, densitas, ukuran partikel geometris, dan aerodinamis. Setelah itu, serbuk pembawa dengan karakteristik terbaik dicampurkan dengan serbuk karbon aktif bertanda Rhenium (placebo untuk 99mTc karbon) dengan perbandingan 1:1 dan 1:2, kemudian dikarakterisasi kembali. Serbuk pembawa manitol dengan 10% leusin dan 5% amonium bikarbonat (SP5) menunjukkan karakteristik terbaik dengan nilai MMAD, EF, FPF sebesar 6,95 ± 1,29 μm; 62,4 ± 7,92 %; 44,82 ± 9,31 % berturut-turut. Serbuk inhalasi karbon aktif bertanda Rhenium yang dicampur dengan serbuk pembawa 1:2 (F2) menunjukkan peningkatan sifat aerodinamis dan ukuran partikel, dengan nilai MMAD, EF, FPF sebesar 6,62 μm; 76,4%; dan 45,55% berturut-turut. Kombinasi karbon aktif bertanda Rhenium yang dicampur dengan serbuk pembawa 1:2 dianggap sesuai untuk serbuk inhalasi dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk diagnosis emboli paru.

Pulmonary embolism is a condition where blood clots in the major veins of the lower extremities enter the pulmonary artery, disrupting blood flow to the lungs. Ventilation-perfusion SPECT/CT method, combined with a tracer agent such as Technetium-99m (99m) can be used to diagnose pulmonary embolism. Activated carbon can be used as a radioactive adsorbent for 99mTc, but its poor aerodynamic properties pose a challenge for inhalation use. Combining it with carrier-based DPI is expected to improve the aerodynamic properties of 99mTc-labelled activated carbon. Therefore, this study aims to develop dry powder inhaler (DPI) of 99mTc-labelled activated carbon for the inhalation-based diagnosis of pulmonary embolism. Carrier-based DPI powders were prepared by formulating mannitol with 5–10% (w/w) leucine, 1,25–2,5% (w/w) ammonium bicarbonate, or a combination of both. The carrier-based DPI powders were produced using the spray-drying method and then characterized for morphology, yield, moisture content, density, geometric and aerodynamic particle size. Subsequently, the carrier-based DPI powder with the best characteristics was mixed with Rhenium-labelled activated carbon powder (placebo for 99m (Tc carbon) at ratios of 1:1 and 1:2, and characterized again. This study showed mannitol carrier-based DPI powder with 10% leucine and 5% ammonium bicarbonate (SP5) exhibited the best characteristics with MMAD, EF, FPF values of 6,95 ± 1,29 μm; 62,4 ± 7,92 %; 44,82 ± 9,31 % respectively. Rhenium-labelled activated carbon inhalable powder mixed with carrier-based DPI powder at a ratio of 1:2 (F2) showed improved aerodynamic properties and particle size, with MMAD, EF, FPF values of 6,62 μm; 76,4%; dan 45,55% respectively. Thus, the combination of Rhenium-labelled activated carbon mixed with carrier-based DPI powder at a ratio of 1:2 is considered suitable for inhalable powder and can be further developed for the diagnosis of pulmonary embolism."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library