Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Nur Solehah
"Latar Belakang: Sebagai upaya mempercepat penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia Presiden mengintruksikan pembentukan Satgas Penanganan COVID-19 di daerah dari mulai tingkat provinsi sampai tingkat desa/kelurahan dan tingkat dusun RT/RW. Pemerintah Desa sebagai bagian dari sub sistem Pemerintahan Daerah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat harus berperan dan bertanggung jawab dalam kegiatan penanganan COVID-19 di lingkup wilayahnya. Desa Pugul menempati posisi ketiga sebagai Desa dengan jumlah COVID-19 tertinggi di Kecamatan Riau Silip yaitu sebanyak 20 kasus. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu diketahui bagaimana penanganan COVID-19 oleh Satgas Desa di wilayahnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan manajemen penanganan COVID-19 oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di Desa Pugul Kabupaten Bangka pada tahun 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil: Hasil penelitian ini merupakan gambaran manajemen penanganan COVID-19 oleh Satgas Penanganan COVID-19 di Desa Pugul tahun 2021 yang ditinjau dari gambaran input (SDM, Dana, Metode, Sarana dan Prasarana), gambaran manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan) serta gambaran output (penanganan kasus COVID-19). Kesimpulan dan Saran: Manajemen penanganan COVID-19 oleh Satgas Penanganan COVID-19 di Desa Pugul masih belum optimal dan belum sesuai dengan kebijakan penanganan COVID-19. Oleh karena itu, saran dari peneliti adalah membentuk Satgas Penanganan COVID-19 hingga ke Tinggkat RT/RW/Dusun, melaksanakan kegiatan KIE secara rutin, melibatkan semua unsur masyarakat untuk mendukung kegiatan penanganan COVID-19 di Desa Pugul.
Background: As an effort to accelerate the handling of the COVID-19 pandemic in Indonesia, the President instructed the establishment of a COVID-19 Handling Task Force in the regions from the provincial level to the village/ward level and the RT/RW hamlet level. The Village Government as part of the Regional Government sub-system that is directly in contact with the community must play an important role and be responsible for handling COVID-19 activities within its territory. Pugul Village occupies the third position as the village with the highest number of COVID-19 in Riau Silip District, which is as many as 20 cases. Based on this background, it is necessary to know how the Village Task Force handles COVID-19 in its area. Objective: This study aims to describe the management of COVID-19 handling by the COVID-19 Handling Task Force in Pugul Village, Bangka Regency in 2021. Methods: This study uses a qualitative approach with a case study method. Results: The results of this study are a description of the management of COVID-19 handling by the COVID-19 Handling Task Force in Pugul Village in 2021 which is viewed from the input description (HR, Funds, Methods, Facilities, and Infrastructure), management description (planning, organizing, implementing, and supervision) as well as a description of the output (handling of COVID-19 cases). Conclusions and Suggestions: The management of COVID-19 handling by the COVID-19 Handling Task Force in Pugul Village is still not optimal and not following the COVID-19 handling policy. Therefore, the suggestion from the researcher is to form a COVID-19 Handling Task Force down to the RT/RW/Dusun level, carry out routine IEC activities, involve all elements of the community to support COVID-19 handling activities in Pugul Village."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dinda Maharani Putri
"Pandemi COVID-19 mendorong pemerintah Indonesia untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19. Satgas tersebut dapat menerbitkan kebijakan terkait penanganan pandemi, tetapi masih ada unsur pemerintahan yang tidak patuh. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana kewenangan Satgas Penanganan COVID-19 serta bagaimana akibat hukum apabila pemerintah daerah tidak menaati kebijakan yang diterbitkan Satgas Penanganan COVID-19, dalam hal ini Penulis mengambil salah satu kebijakan yakni peniadaan mudik di tahun 2021. Penelitian dilakukan secara yuridis normatif dengan data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Satgas Penanganan COVID-19 memiliki kewenangan untuk menetapkan keputusan terkait percepatan penanganan COVID-19 yang mengikat kementerian, pemerintah daerah, serta instansi pemerintah lainnya sebagaimana tercantum pada Pasal 10 Perpres 82/2020. Kewenangan lainnya yang dimiliki oleh Satgas Penanganan COVID-19 tercantum pada Pasal 12 Perpres 82/2020. Adapun keputusan yang dibentuk Satgas Penanganan COVID-19 tidak termasuk hierarki peraturan perundang-undangan sehingga tidak dapat mengikat elemen pemerintahan. Maka dari itu, kementerian hadir untuk menindaklanjuti kebijakan Satgas tersebut dengan peraturan menterinya sehingga dapat mengikat secara hukum, termasuk pemerintah daerah. Sanksi yang dapat dikenakan jika tidak menaati peraturan perundang-undangan tersebut adalah pemberhentian bagi kepala daerah dan/atau wakilnya, serta pembatalan peraturan tingkat daerah yang bertentangan, sebagaimana tercantum pada Pasal 78 dan Pasal 251 UU 23/2014.
COVID-19 pandemic prompted the government to form COVID-19 Task Force which can issue policies related to handling the pandemic, but there are still governmental elements that doesn’t have to comply. Therefore, this study discusses how the authority of the Task Force for Handling COVID-19 is and how their policy applies, in this case the author takes example of prohibition of going home in 2021. The methodology used is normative juridical with qualitative data. The result of this study indicates that COVID-19 Task Force has authority to make decisions regarding acceleration of handling COVID-19 that binds relevant ministries, local governments, and other necessary parties, as stated in Article 10 Presidential Regulation 82/2020. Other authority is listed in Article 12 of Presidential Regulation 82/2020. Unfortunately, the decisions made by COVID-19 Task Force isn’t considered in the hierarchy of laws so it cannot bind government elements. Therefore, the ministry is present to follow up Task Force's policies with ministerial regulations so it can be legally binding, including to bind local governments. Sanctions that could be imposed if they don’t comply are dismissal of regional head, also the cancellation of conflicting regional level regulations, as stated in Article 78 and 251 Law 23/2014. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adhika Widagdho Putro
"Financial Action Task Force on Money laundering (FATF), dibentuk sebagai suatu gugus tugas dengan tugas menyusun rekomendasi internasional untuk memerangi money laundering. FATF merupakan intergovernmental body sekaligus suatu policy-making body yang berisikan para pakar di bidang hukum, keuangan dan penegakan hukum yang membantu yurisdiksi negara dalam penyusunan peraturan perundang-undangan. Pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia sendiri tidak dapat dilepaskan dari peran FATF itu sendiri, yang mana Indonesia dimasukkan ke dalam daftar Non Cooperative Countries and Territories (NCCTs) oleh FATF pada bulan Juni 200. Penelitian ini akan membahas mengenai rekomendasi Financial Action Task Force on Money Laundering dan penerapannya dalam rezim anti pencucian uang di Indonesia. Adapun metodologi yang digunakan dalam melakukan penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif melalui bahan-bahan kepustakaan, dokumen dan literatur.
Financial Action Task Force on Money laundering (FATF) was formed as a task force with the task of preparing international recommendations to combat money laundering. FATF is an intergovernmental body as well as a policy-making body which consists of experts in the legal, financial and law enforcement to help countries in order to prepare the legislation of anti money laundering regulation. The Development of anti-money laundering regime in Indonesia could not be separated from the role of the FATF itself, to which Indonesia was in the list of Non-Cooperative Countries and Territories (NCCTs) by FATF in June 200. This research will examine about the Recommendation of Financial Action Task Force on Money and its implementations in the anti-money laundering regime in Indonesia. The methodology used in conducting this study is normative research through library materials, documents and literature."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S44792
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library