Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Hafsoh Shoparina
Abstrak :
ABSTRAK Seni Tari sebagai bentuk Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) Indonesia sangat beragam dan dengan jumlah sangat banyak belum dapat terakomodir dengan baik. Seringkali masyarakat tradisional beranggapan tarian tradisional adalah milik bersama (komunal) sehingga terhadap kurangnya perhatian terkait hak cipta menyebablkan klaim terhadap EBT Indonesia oleh pihak asing seperti halnya Tari Pendet Bali. Bertujuan mengkaji konsep perlindungan Hak Cipta dalam rangka melindungi seni tari tradisional, tesis ini meengangkat pokok permasalahan tentang pengaturan EBT dalam perundang-undangan di Indonesia, perlindungan, upaya serta kendala dalam melindungi EBT dari klaim pihak asing. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normative, yang dilakukan dengan cara wawancara, dan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Hasil penelitian menunjukan bahwa UU Hak Cipta belum dapat memberikan perlindungan terhadap EBT khususnya Tari Pendet Bali meskipun pasal EBT tertuang jelas. Hal ini dikarenakan belum ada perangkat peraturan pelaksana dari UU Hak Cipta menyulitkan penegak hukum melaksanakan UU, masyarakat tradisional berparadigma komunal serta kurang memiliki kesadaran dan pemahaman bahwa EBT Indonesia dilindungi oleh Hak Cipta, sehingga banyak terjadi klaim oleh pihak asing terhadap EBT Indonesia. Namun demikian, upaya positif dilakukan antara lain, dari pihak pemerintah dan peran serta masyarakat. Langkah awal pemerintah perlu melakukan inventarisasi dan dokumentasi secara konsisten dan berkesinambungan, sosilisasi pentingnya perlindungan hukum terhadap EBT, dan mengkaji EBT dibuat UU Sui Generis.
ABSTRACT The dance as a form of the traditional cultural expressions (EBT) of Indonesia very diverse and so many can not be accommodated properly. Often traditional society assume traditional dance is generally owned (communal) so that the lack of attention led to a claim of copyright related to EBT Indonesia by foreigners as well as Pendet Bali. With a vieq to analyzing the concept of copyright protection the framework of to protect traditional dance, this thesis brings forward the issues on regulating EBT in legislation in Indonesia, protection, efforts and constraints in protecting EB T of claims from foreigners. The method of this study is juridicial normative which is done by interviews, statutory approach and case approach. The study shows that the copyright law could not provide protection against EBT especially Pendet Bali even though Article EBT clearly stated. This is because there is no device implementing regulations of the copyright law make it difficult for law enforcement to implement legislation, the traditional society has paradigm of communal and have less awareness and understanding that EBT Indonesia protected by copyright, so prevalent claims by foreigners against EBT Indonesia. However, positive attempts made, among others, from the government and the role of community. The first step the government needs to conduct an inventory and documentation consistenly and continuously, socialize the importance of legal protection over EBT, and study EBT made law sui generis.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kidung Larasmoyo Dwiwiyati
Abstrak :
Indonesia memiliki banyak kekayaan tradisional mulai dari Sabang sampai Merauke namun sangat disayangkan pengarsipan dari naskah dan tulisan ke bentuk video tidak diatur dengan baik Untuk mencegah dan menghindari hilangnya tradisi terutama dalam catatan tari dan legenda atau kisah dibaliknya harus segera dilakukan upaya pembuatan video dalam upaya untuk melestarikan ide ide budaya berbentuk nonmaterial di Indonesia 'CeriTari' merupakan prototype sebuah program dokumenter video dengan anggaran yang rendah namun memiliki semangat yang tinggi dalam rangka melestarikan kebudayaan tradisional Indonesia khususnya di catatan tarian dan kisah dibalik tarian yang ada di berbagai daerah seperti Betawi Dayak hingga Papua 'CeriTari' adalah sebuah proyek percontohan yang akan diajukan sebagai proposal untuk Kompas TV sebagai pipa distribusi yang peduli akan warisan budaya Indonesia Manfaat dan tujuan dari program 'CeriTari' adalah memberikan informasi serta pengenalan mengenai tarian tradisional dan cerita yang terkandung di dalamnya kepada khalayak Program ini memiliki tema besar yang secara tidak disadari tidak pernah lepas dari kehidupan sehari hari yaitu tari sehingga khalayak tertarik untuk menyaksikan program ini karena tarian merupakan sesuatu yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari hari. ...... Indonesia provides a wide range of products of rich traditions from Betawi to Papua Unfortunately the archiving from manuscript to videos is not well arranged To avoid fading out traditions especially in traditional dance and the story behind them a video for preserving the ideas intagible products of Indonesia must be initiated 'CeriTari' is a prototype video documentary program with low budget but high enthusiasm to archive Indonesian traditions especially in traditional dance and the story behind them from various areas like Minang Sumatra to Betawi Java to Papua It is a pilot project as a proposal to Kompas TV as a distribution pipe that is concerned about Indonesia's cultural heritage The benefits and goals from developing this program is to give an information and introduction about traditional dance to the audience This program has theme about traditional dance which is still rare on our television programs
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dega Syamsu Nur Adhiyat
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai rekacipta kesenian Kuntulan di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia, yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Tirto Arum. Pengertian rekacipta yang digunakan merujuk pada Hobsbawn 1987:1 , yakni sebuah upaya untuk memunculkan kembali suatu kesenian dengan wajah dan fungsi yang baru. Gambaran mengenai proses rekacipta yang terjadi pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan wawancara secara mendalam. Proses observasi dilakukan dengan mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Kuntulan Tirto Arum dalam kurun waktu enam bulan, sedangkan wawancara secara mendalam dilakukan kepada dua informan kunci dan beberapa informan pendukung. Secara garis besar, proses rekacipta pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi dilakukan agar kesenian Kuntulan dapat tetap bertahan dan diterima masyarakat, walaupun proses rekacipta ini ternyata juga mengakibatkan adanya fungsi kesenian Kuntulan yang awalnya digunakan sebagai media dakwah berubah menjadi fungsi hiburan.
ABSTRACT
This study is a qualitative research with ethnography approach that aims to describe about the reinvention of Kuntulan art in Banyuwangi, East Java, Indonesia, spesifically who conducted by Tirto Arum Kuntulan Art Group. The definition used is referred to Hobsbawn 1987 1 , an attempt to bring back an art with a new face and function. The description of Kuntulan art reinvention in Banyuwangi is obtained by using the method of observation and indepth interview. The observation process was done by observing various activities from Tirto Arum Kuntulan Arts Group within six months, while indepth interviews were conducted to two key informants and some supporting informants. In general, this study suggest that the process of Kuntulan art reinvention is done for get the accepted from society, so Kuntulan art can be survive, although the process of this invention of tradition also resulted in a Kuntulan art function that was originally used as a medium of da 39 wah turned into a function of entertainment.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannie Riestyaninda
Abstrak :
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran mengenai pembentukan identitas Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif berupa wawancara, observasi, dan pengamatan terlibat sebagai metode pengumpulan data. Identitas Kota Tangerang diwujudkan dengan kemunculan Tari Lenggang Cisadane. Tari Lenggang Cisadane tidak lahir dari masyarakat, melainkan dikonstruksi oleh Pemerintah Daerah Kota Tangerang untuk menjadi tari khas Kota Tangerang, dan dijadikan sebagai ikon budaya Kota Tangerang. Tari Lenggang Cisadane diperkenalkan kepada masyarakat Kota Tangerang sebagai bentuk rekonstruksi melalui pelatihan Tari Lenggang Cisadane yang diikuti oleh guru dan pemilik sanggar; pemberlakukan kegiatan ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane di sekolah; pembuatan CD Tari Lenggang Cisadane; perlombaan dan pertunjukan Tari Lenggang Cisadane; pengajuan legalisasi Tari Lenggang Cisadane sebagai aset kekayaan budaya tradisi Kota Tangerang; dan pembuatan patung penari Lenggang Cisadane yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Tangerang melalui Dinas Kebudayaan serta dinas terkait lainnya, seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata. Melalui pembentukan identitas Kota Tangerang dapat terlihat kekuasaan Pemerintah Daerah Kota Tangerang, serta agency dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembentukan identitas ini. Indentitas Kota Tangerang tidak lahir dari masyarakat Kota Tangerang, Pemerintah Daerah Kota Tangerang sengaja menciptakan identitas tersebut untuk menunjukan bahwa Kota Tangerang memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan kota atau daerah lain. ...... This research tries to give a description about the identity making of Tangerang City. The manifestation of the identity of Tangerang City can be seen from the emergence of Lenggang Cisadane dance. A research has been done with qualitative approach, with interview, observation, and participant observation as the method of data collection. Lenggang Cisadane was not born from the people of Tangerang City, rather, it was constructed by the local government to be the special dance from Tangerang City, and it has been made to be the cultural icon of the city. Lenggang Cisadane dance was introduced to the people of Tangerang City as a form of reconstruction through Lenggang Cisadane dance training where teachers and art studio rsquo s owners were involved in The implementation of Lenggang Cisadane dance as an extracurricular at school The production of Lenggang Cisadane dance CD 39 s The contests and performances of Lenggang Cisadane dance The submissions of legalization for Lenggang Cisadane dance as the asset of cultural property of Tangerang City and The making of the Lenggang Cisadane dancer statue which was done by the local government through Culture Department, and other related departments such as The Education and Tourism Department. During the process of the identity making, the power of local government and the agencies of related parties can be easily seen. The identity of the people of Tangerang City was not made by the people itself, but it was intentionally made by the local government to show that Tangerang City has special characteristics that differentiate Tangerang City from other city or area.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Dyan Ratna
Abstrak :
ABSTRACT
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk dapat mengetahui dan memahami Tek Tok Dance sebagai seni pertunjukan pariwisata baru di Bali. Penelitian yang berlokasi di Puri Kantor, Ubud, Bali ini dilakukan karena adanya ketimpangan antara asumsi dan kenyataan di lapangan. Pada umumnya di Bali berkembang seni pertunjukan pariwisata antara lain : Cak Dance, Legong Dance, dan Barong Dance. Tetapi kenyataannya ini berbeda. Pertanyaannya: (1). Bagaimana bentuk pertunjukan Tek Tok Dance di Puri Kantor, Ubud?, (2). Mengapa Puri Kantor Ubud menciptakan Tek Tok Dance?, dan (3). Apa kontribusinya bagi Puri Kantor, masyarakat, dan industri pariwisata di Bali?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah pertunjukan Tek Tok Dance itu sendiri, para informan, buku-buku, dan jural terkait. Seluruh data yang telah dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi kepustakaan dianalisis secara kritis dalam perspektif kajian budaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Sebagai sebuah seni pertunjukan pariwisata baru, Tek Tok Dance disajikan dalam bentuk dramatari. Hal itu dapat dilihat dari cara penyajian, koreografi, struktur pertunjukan, lakon, tata rias busana, dan iringan musik pertunjukannya, (2) Puri Kantor di Ubud menciptakan Tek Tok Dance pads tahun 2013 karena adanya peluang pasar dan potensi berkesenian masyarakat setempat yang memadai, (3) Muncul dan berkembangnya Tek Tok Dance sebagai sebuah seni pertunjukan pariwisata baru di Bali berkontribusi positif bagi kehidupan ekonomi, sosial, budaya masyarakat setempat,para pihak terkait, dan pengayaan bagi industri pariwisata Bali.
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library