Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Catur Budiarti
Abstrak :
Daya tarik tayangan program Impresario 008 di RCTI dan peranannya dalam membangun citra produk SLI 008 diangkat menjadi fokus masalah penelitian. Pemilihan fokus masalah didasarkan atas pertimbangan bahwa, meski televisi diakui keunggulannya dalam menyajikan pesan secara serempak dan demonstratif serta penayangan program Impresario 008 yang atraktif diduga mampu menarik perhatian khalayak, seberapa besar peran tayangan tersebut dalam pembentukan citra produk SLI 008 belum teridentifikasi secara faktual. Permasalahan ini dituangkan ke dalam hipotesis, semakin tinggi daya tarik tayangan program Impresario 008 semakin besar peranannya dalam pembentukan citra SLI 008, maupun citra dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif. Sampel penelitian terdiri atas 40 orang, yang berasal dari kelompok umur, pekerjaan utama, dan jenis kelamin yang berbeda. Namun kesemuanya pernah menyaksikan tayangan Impresario 008 dan sebagian pernah menggunakan produk dan layanan SLI 008 untuk berbagai kepentingan. Data dijaring melalui angket dan wawancara. Data dianalisis menggunakan rumus korelasi Spearman, karena data yang terkumpul memenuhi asumsi yang mendasari penggunaan rumus ini, yakni data sekurang-kurangnya berskala ordinal. Selain mampu menarik minat khalayak, tayangan Impresario 008 juga teridentifikasi menjadi variabel yang turut terlibat dalam pembentukan citra khalayak tentang produk SLI 008, sebagaimana terlihat dari koefisien determinasi daya tarik dan citra kognitif (47,75%), daya tarik dan citra afektif (36,97%), citra konatif (29,59%), maupun antara daya tarik dan citra secara keseluruhan (50,69%). Rendahnya koefisien determinasi citra konatif dibanding aspek lainnya mengimplikasikan bahwa keputusan khalayak tentang pilihan produk SLI 008 ketika akan melakukan kontak ke luar negeri membutuhkan variabel lain yang dapat memperkuat pemahaman dan meneguhkan keyakinan yang sudah terbentuk sebagai dampak aktivitasnya menyaksikan tayangan Impresario 008. Sedangkan pembentukan citra produk SLI 008 yang tidak sepenuhnya bergantung kepada tayangan program Impresario 008 mengindikasilcan pentingnya mensinergikan tayangan tersebut dengan aktivitas Public Relations lainnya, sehingga memperkuat efektivitas pembentukan citra produk.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fachrudin M.
Abstrak :
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, dan berpenduduk terbesar ke empat di dunia dengan jumlah 203,5 juta jiwa. Hal tersebut menjadi sangat erat hubungannya dengan perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi saat ini, yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan keluarga masyarakat untuk memperkokokoh ketahanan nasional. Menurut data Biro Pusat Statistik/BPS (survey aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap media massa tahun 2000) Aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap televisi sebesar 78,22%, yang bila dihitung dari 203,5 juta jiwa adalah 168 juta jiwa penduduk, televisi terbukti sangat besar diminati oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media massa lainnya. Sedangkan penduduk Indonesia sebagian besar 67,34% tinggal di pedesaan dengan taraf hidup dan pendidikan yang masih relatif rendah, serta kegemaran membaca pada masyarakat Indonesia juga dikenal paling rendah didunia. Dengan kenyataan yang demikian menyebabkan peran serta televisi sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan dan membina kesadaran masyarakat dalam berbangsa serta membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas. Program siaran televisi merupakan karya budaya demikian pula dengan prilaku anggota keluarga yang dapat berubah karena dipengaruhi menjadi negatif ataupun positif. Keluarga sebagai lembaga yang paling penting dan paling mendasar dalam masyarakat adalah sebagai bagian dari ketahanan nasional. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu: 1. Sampai sejauh mana pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga pada masyarakat pedesaan di Banten? 2. Program siaran televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten? 3. Stasiun televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten? dimana efektivitas penyebaran pesan-pesan pembangunan melalui siaran televisi dapat membina kesadaran berbangsa. Namun hal itu dipengaruhi oleh faktor faktor sosial budaya yang hidup di masyarakat dengan latar belakang adat istiadat, agama, pendidikan, kebudayaan yang beraneka ragam dan taraf hidup yang masih relatif rendah serta jangkauan media cetak yang masih terbatas terrnasuk minat membaca yang kurang. Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga masyarakat pedesaan di Banten. 2. Menganalisis program siaran televisi yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten. 3. Menentukan stasiun televisi nasional yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten. Metode penelitian yang dipakai adalah Metode Analisis pada tujuan penelitian pertama, serta Tabel Analisis pada tujuan penelitian kedua dan ketiga dengan mengunakan data primer dan sekunder yang didapat dari jawaban kuesioner responden. Adapun hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut: 1. Semua variabel program siaran televisi (siaran berita, hiburan, dan niaga) signifikan pada taraf 5%, kecuali variable X3 (siaran pendidikan) tidak signifikan. Variabel siaran berita adalah variabel yang terbesar mampu meningkatkan ketahanan keluarga apabila ditambah satu unit yaitu sebesar 69%. 2. Sedangkan R2 = 0,85 atau 85% yang berarti program siaran televisi secara bersama-sama mampu menjelaskan variansi ketahanan keluarga sebesar 85%, adapun 15% lagi dipengaruhi oleh variabel lainnya. 3. Selanjutnya program siaran televisi yang paling disukai oleh responden adalah program siaran berita sebesar 53,3% di televisi SCTV, yang terbesar dipilih oleh kelompok Bapak 40,6%. 4. Serta stasiun televisi yang paling disukai oleh responden adalah stasiun televisi INDOSIAR dimana program siaran hiburan 33,3% dan siaran niaga 26,6% mendapat prosentase terbesar. Dunia pertelevisian Indonesia dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya TVRI, selanjutnya berkembang pesat pada tahun 1979 setelah diluncurkannya Satelit Komunikasi PALAPA yang mendukung penerimaan siaran televisi diseluruh tanah air yang terbentang luas dari Sabang hingga Marauke. Masyarakat Indonesia ketika itu telah jenuh dengan sajian seremonial dan gambaran kehidupan miskin yang selalu ditampilkan TVRI, Masyarakat terlihat antusias sejak berdirinya televisi swasta pertama yaitu RCTI pada tahun 1989, yang berturut-turut muncullah TPI, SCTV, ANTV dan INDOSIAR dan saat ini telah/siap mengudara METRO-TV, TRANS-TV, TV-7, LA-TV, GLOBAL-TV. Yang semuanya kenyataan menuju siaran nasional (program siaran sarat kekerasan dan pornografi) tanpa menghiraukan perbedaan pendidikan, taraf hidup, dan sosial budaya masyarakat di seluruh Indonesia. Program siaran televisi swasta sebagian besar hanya menjual mimpi yang laku dipasar (produk import dan produk lokal yang cenderung meniru budaya asing) berdasarkan research dari konsultan internasional yang lebih dipercaya dibandingkan mengaca kepribadian bangsa Indonesia yaitu AC-NIELSEN. Hanya program siaran TVRI yang selalu mengedepankan rasa kebangsaan dengan membina kesadaran berbangsa melalui layar kaca, seperti menampilkan penyiar multikultural, kebudayaan daerah-daerah melalui stasiun penyiarannya, menyuguhkan berita yang menyejukkan, dan menyiarkan produk import hanya 5 %. Akan tetapi TVRI justru seakan ingin ditekan agar tidak berkutik oleh penguasa, kalangan DPR, dan konglomerat yang sebagian besar memang memiliki asset di televisi swasta dengan tidak memberikan TVRI siaran iklan dan kesepakatan 12,5% dari transaksi iklan TV swasta, adapun yang diberikan dana pada TVRI hanya dari APBN yang hanya bisa menghidupi 10 % saja dari kegiatan operasionalnya. Namun betapapun besarnya beban yang dipikul TVRI, dengan penanganan yang benar akan mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan resiko rusaknya mental bangsa sehingga dapat memperkuat ketahanan keluarga. Propinsi Banten menjadi lokasi penelitian karena sebagai daerah penyanggah lbukota Jakarta, daerah pariwisata, dan jalur transportasi penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Pihak manajemen seluruh televisi di Indonesia sebaiknya melakukan berbagai perbaikan terhadap penanganan program siaran televisi yang akan ditampilkan pada masyarakat Indonesia secara nasional, dengan memperhatikan rasa kebangsaan dan pembinaan ketahanan keluarga.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T1853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nella Juwita Marzuki
Abstrak :
Dengan pesatnya kemajuan industri media massa di Indonesia, tingginya pertumbuhan stasiun televisi pun mengakibatkan ketatnya persaingan di antara stasiun televisi baru maupun lama. Hal ini tampak kepada makin diperebutkannya khalayak yang merupakan sumber pemasukan yang sangat berarti bagi media massa. Sebuah stasiun televisi haruslah secara jeli menentukan target audiensnya dan yang terpenting adalah menentukan program yang berkualitas dan unik untuk menjaring dan memenuhi kebutuhan penontonnya. Program yang baik jika tidak dikomunikasikan dengan baik maka program tersebut tidak akan dapat menjangkau audiensnya. Oleh sebab itu masing-masing stasiun televisi harus dengan hati-hati mempersiapkan sebuah strategi komunikasi promosi. Tesis ini akan membahas bagaimana memadukan berbagai elemen bauran komunikasi pemasakan (marketing communication mix) ataupun bauran promosi (promotion mix), untuk merancang isi pesan secara konsisten dan saling terpaut serta ada keterkaitan antara beberapa media komunikasi promosi yang digunakan. Tujuannya adalah untuk mengetahul bagaimanakah stategi komunikasi promosi acara 'Touch The Car" di MetroTV. Analisa yang akan digunakan adalah analisa dengan model komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communications strategy model) dari George E. Belch & Michael A. Belch dan model promotional mix yang merupakan bagian dari marketing mix yang dikembangkan Jerome McCarthy dalam bukunya Marketing Communications. Temuan dan hasil analisa menunjukkan bahwa perencanaan program promosi model dari Belch sudah diterapkan meskipun belum secara menyeluruh. Sistematika perencanaan kampanye promosi program acara 'Touch The Car' bertolak dari analisa program promosi, tujuan strategi promosi, budget dan kampanye promosi program acara "Touch The Car" dengan menggunakan bauran promosi yang terpadu dan konsisten, yaitu: advertising, publicity, exhibition, corporate identity, packaging acara dan merchandising. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa walaupun MetroTV sudah menerapkan perencanaan program promosi dan bauran promosi, tetapi masih harus diadakan perbaikan dengan melebarkan media coverage untuk meningkatkan jumlah audiensnya. MetroTV juga harus melakukan perencanaan yang lebih terpadu sebelum penyelenggaraan ?Touch The Car? berikutnya. Juga disarankan agar memperhatikan jumlah jeda iklan dan pembawa acara yang mampu mengangkat acara secara keseluruhan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13325
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherman Zein
Abstrak :
Penelitian ini merupakan ponelitian evaluasi bersifat deskriptif yang bersifat memaparkan keadaan (apa dan bagaimana) program siaran televisi pendidikan sokolah ditinjau dari segi kesesuaian materi program dengan tujuan instruksional, teknik penyajian pesan, musik ilustrasi dan pemain pendukung.

Latar belakang masalah yang melandasi penelitian ini adalah banyaknya masalah dan kendala yang ditemui dalam usaha memeratakan kesempatan dan meningkatkan mutu pendidikan, perlu dicarikan pemecahannya yang lebih inovatif Satu diantaranya melalui pemanfaatan media massa televisi untuk program siaran televisi pendidikan sekolah.

Dalam pelaksanaanya yang diselenggarakan bersama antara PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan berdasarkan laporan penyelenggaraannya, ditemui masalah utama dimana program yang bersangkutan secara umum tidak menarik untuk ditonton siswa, khususnya dalam pola sajian.

Karena itu, perlu untuk melakukan kajian dan evaluasi yang mendalam terhadap isi program televisi pendidikan sekolah tersebut yang berkaitan dengan kesesuaian materi program dengan tujuan instruksional, teknik penyajian pesan, musik ilustrasi, dan para pemainnya.

Masalah pokok penelitian adalah, bagaimanakah kesesuaian materi program dengan tujuan instrukaional, teknik penyajian pesan, musik ilustrasi dan para pemain pendukung program baik secara umum maupun secara khusus untuk masing-masing bidang studi. Mencoba merancang sebuah model teknik penyajian pesan yang meliputi kesesuaian materi program dengan tujuan instruksional, kerangka kontek, pola sajian, struktur pesan (sisi pesan, urutan penyajian dan penarikan kesimpulan) dan daya tarik pesan pada program siaran televisi pendidikan sekolah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi kesesuaian materi program dengan tujuan instruksional, teknik penyajian pesan, musik ilustrasi dan pemain baik secara umum maupun secara khusus untuk masing-masing bidang studi. Dan mencoba membuat sebuah model dalam teknik penyajian pesan yang meliputi kesesuaian materi program dengan tujuan instruksional, kerangka kontek, pola sajian, struktur pesan (sisi pesan, urutan penyajian dan penarikan kesimpulan) dan daya tarik pesan pada program siaran televisi pendidikan sekolah.

Kerangka pemikiran yang dijadikan landasan untuk mengkaji program tersebut adalah konsep tentang Teknologi Pendidikan, Media Pendidikan, Televisi Pendidikan, Formula Lasswell, Penerimaan Pesan, Information Integration Theory dan Program Siaran Televisi Pendidikan Sekolah.

Metodologi utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi program dan naskah (skenario) serta wawsncara dengan para. pengembang program. Sedangkan populasi dan sampelnya adalah program-program tersebut berikut naskahnya (skenario) dari delapan bidang studi (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggeris, Biologi, Fisika, Elconomi Koperasi, Geografi dan Kependudukan, Matematika dan Pendidikan Keterampilan), periode 1 Januari - 31 Desember 1996, yang ditayangkan di Stasiun Televisi Pendidikan Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kesesuaian materi program dengan tujuan instruksional tidak tercapai secara mutlak. Beberapa dari program tersebut, materinya sebagian kecil tidak sesuai dengan tujuan instruksional, khususnya pada bidang studi Matematika, Ekonomi Koperasi dan Pendidikan Keterampilan.

Dalam hal teknik penyajian pesan pada aspek kerangka kontek, program masih kurang kaya menghubungkan materi program dengan isu-isu etau referensi lain. Dari tujuh belas pola sajian, hanya sembilan pola sajian yang sering digunakan yaitu, Dialog dan Visualisasi Gerak; Presenter, Dialog dan Viaualisasi; Visualisasi dan Narasi; Presenter dalam Diskusi dan Visualisasi; Presenter dan Visualisasi Gerak Presenter dan Dialog; Presenter dan Peragaan; Fragmen dan Presenter dan Perpaduan. Sedangkan aspek sruktur pesan, balik sisi pesan, maupun penyajian dan penarikan kesimpulan belum dirancang sesuai ketentuan untuk kepentingan khalayak sasaran. Dan aspek daya tarik pesan, program miskin dengan unsur-unsur daya tarik pesan seperti fear appeals, emotional appeals, rational appeals, dan humor appeals.

Pada musik ilustrasi program, hampir sebagain besar program musiknya bernuansa musik khusus, yaitu musik yang dirancang khusus untuk program. Sedangkan dalam hal pemain pendukung program dilihat dari gender/jenis kelamin, komposisinya cukup berimbang antara pria dan wanita. Dan rata -rata pemain per program 4 orang. Pemain dilihat dari segi usia, yang paling menonjol adalah usia remaja, sedangkan pesan yang paling menonjol adalah peran siswa. Dari segi popularitas, hampir seluruh pemain terdiri dari kalangan bukan artis.

Karena itu disarankan agar melakukan kajian lagi mencari penyebab tetjadinya sebagian kecil materi program tidak sesuai dengan tujuan instruksional. Menerapkan model teknik penyajian pesan yang meliputi kesesuaian materi program dengan tujuan instruksional, kerangka kontek, pola. sajian, struktur pesan (sisi pesan, urutan penyajian dan penarikan kesimpulan) serta daya tarik pesan. Selain itu mencoba memberi program dengan musik ilustrasi yang menggabungkan nuansa musik khusus dengan nuansa musik populer. Dan dari segi tokoh/peran, perlu untuk mempertimbangkan tokoh-tokoh dan peran-peran baru untuk ditampilkan dalam program.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Junaedi
Abstrak :
Kehadiran televisi baru di tanah air semakin menambah keberadaan stasiun televisi, baik swasta maupun TVRI yang sudah terlebih dahulu ada Kebangkitan jurnalisme di televisi, yang dimulai dengan kemunculan Seputar Indonesia di RCTI dan Liputan 6 SCTV kini diikuti dengan kehadiran program berita sejenis di berbagai televisi. Tidak sedikit gaya manajemen pemberitaan di media cetak diterapkan begitu saja di dunia televisi karena ketiadaan pengalaman para wartawan televisi, yang sebelumnya memang bergiat di media cetak. Terus terang saja, dunia jurnalistik televisi swasta tergolong lahan baru bagi jurnalis Indonesia untuk berkarya. Demikian pula halnya dengan pendirian televisi swasta tidak terlepas dari alokasi sumber-sumber ekonomi di seputaran lingkaran rezim Soeharto. Gaya-gaya patronisasi dan nepotisme kerap melekat dalam pengelolaan televisi di Indonesia. Latar belakang pemilik dan pendiri stasiun televisi swasta pun juga beragam. Sebagian besar malah berasal dari pengusaha. Dengan latar belakang sebagai pengusaha, maka ukuran untung rugi selalu menjadi dasar utama bagi penyiaran program-program di televisi. Terkadang karena alasan penghematan dan efisiensi, sebuah program direposisi atau dipindahkan tanpa ada parameter yang baku atau periodisasi tertentu. Jika sebuah program direposisi tanpa ada parameter yang jelas maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap minat pemasang iklan dan pemirsa untuk menonton. Pemasang iklan akan dirugikan karena strategi segmentasi dan sasaran khalayak akan mengalami perubahan jika sebuah program tayangan direposisi tanpa ada periodisasi. Pemirsa akan kebingungan dengan program acara yang mulai digemarinya, karena perubahan jam tayang yang mendadak. Penelitian ini lebih memfokuskan kepada metode penelitian analisis deskriptif dengan menitikberatkan kepada pengamatan di lapangan serta wawancara secara mendalam dengan narasumber yang berkompeten. Dan pendekatan ekonomi media, gaya pengelolaan manajemen televisi di Lativi ditelaah dengan kajian ilmu komunikasi maupun dari aspek-aspek ekonomi. Seharusnya, gaya pengelolaan manajemen televisi bersifat fleksibel dengan menerapkan azas-azas organisasi yang modern. Penguasaan manajemen secara terpusat atau komando jelas sangat tidak cocok diterapkan di stasiun televisi swasta. Gaya otoriter yang tidak mau mendengarkan saran saran dari pekerja profesional jelas suatu kemunduran dalam pengelolaan manajemen media televisi. Oleh karena itu dengan memahami pengelolaan manajemen media diharapkan carut marut pengelolaan televisi di Indonesia bisa berkembang ke arah penyempurnaan. Diharapkan pula, hasil penelitian ini menjadi masukan yang berharga bagi pengembangan dan pengelolaan program berita di televisi swasta.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Milhana
Abstrak :
Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya memiliki potensi yang besar untuk industri televisi. Argumen ini tidak lepas dari faktor jumlah penduduk Surabaya yang besar dan ditunjang dengan konsumsi media mereka yang cukup tinggi, terutama untuk media audio visual. Dengan demikian, untuk memenangkan kompetisi dalam menarik perhatian khalayak Surabaya, pengelola televisi perlu mengenali kebutuhan khalayak Surabaya terhadap program acara televisi. Penelitian ini menggali lebih jauh tentang kebutuhan khalayak Surabaya terhadap program acara televisi dan psikografisnya. Populasi penelitian ini adalah penduduk Surabaya dengan jumlah sampling sebanyak 250 orang. Penelitian ini berangkat dari teori atau pendekatan uses and gratification tentang media menyatakan bahwa audiens bersifat aktif dalam memilih media untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan tersebut dapat terpuaskan melalui penggunaan media maupun non-media (Katz, 1974). Penelitian ini menggunakan metoda penelitian survey dengan analisis deskriptif. Pemilihan sampel dengan cara multistage cluster sampling. Dari pengolahan hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk Surabaya terdiri dari 3 cluster psikografis dimana diantara ketiga cluster tersebut tidak terdapat perbedaan yang terlalu menonjol terhadap program acara televisi yang dibutuhkan. Selain itu secara garis besar, khalayak Surabaya telah merasa puas dengan program acara televisi yang ada saat ini. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung klaim yang diberikan oleh pihak televisi bahwa program-program acara tersebut berangkat dari permintaan pemirsa. Sementara bagi pelaku indutri televisi baru yang ingin memasuki pasar Surabaya sebagai televisi lokal masih memiliki peluang yang besar. Secara umum, hasil penelitian ini memperkuat teori uses and gratifications. Penelitian ini memberikan kontribusi akademis dengan memperkaya teori dan temuan-temuan yang telah dihasilkan pada penelitian sebelumnya. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan atas temuan data, diketahui bahwa khalayak Surabaya dalam memilih acara televisi didasarkan pada kemampuan program acara tersebut dalam memenuhi harapan mereka. Dan dari temuan data pula, dapat diketahui bahwa mayoritas khalayak Surabaya telah puas dengan format acara yang disajikan oleh berbagai stasiun televisi dewasa ini. Dengan kata lain, pihak televisi lokal perlu menyusun strategi produksi acara dengan memadukan kandungan lokal dengan kemasan nasional. Xii + 199 halaman + 58 tabel + 59 gambar + 6 lampiran + daftar pustaka : 33 buku (1976-2000) + lain-lain.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jorine Utari Soetjahjo
Abstrak :
Industri televisi mengalami perkembangan sejak dikeluarkannya ijin pendirian stasiun televisi oleh swasta pada tahun 1988, dengan dipelopori oleh PT Rajawali Citra Indonesia (RCTI), yang selanjutnya diikuti stasiun-stasiun lainnya, seperti Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Surya Citra Televisi (SCTV), Andalas Televisi (ANTV) dan Indosiar. Perkembangan televisi ini dimungkinkan karena kelonggaran-kelonggaran perijinan yang diberikan pemerintah, kecepatan antisipasi pihak swasta dan perkembangan teknologi pertelevisian itu sendiri. Situasi dan kondisi eksternal yang cepat berubah menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi manajemen RCTI untuk mampu bersaing di Industri televisi nasional. Kejelian manajemen RCTI dalam melakukan positioning pasar dan perencanaan keputusan yang tepat akan sangat menentukan dalam mengantisipasi peluang yang ada. Tujuannya adalah untuk peningkatan kepuasan pelanggan dan citra terbaik perusahaan di masa yang akan datang. Hasil analisis SWOT dari posisi bersaing RCTI di industri televisi telah menunjukkan strategi agresif dapat dilakukan. Hasil analisis menunjukkan keunggulan relatif RCTI dalam hal kualitas siaran, inovasi program, inovasi teknologi, dan citra. Kelemahan relatif RCTI terletak pada faktor pelayanan dan ketersediaan faktor iklan. Keberhasilan RCTI di masa yang akan datang sangat tergantung dari upaya penyempurnaan kinerja dan sikap profesionalisme manajemen yang tinggi dalam meningkatkan mutu siaran dan pelayanan pelanggan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elena Zachnas
Abstrak :
Program "Indonesian Idol" adalah program reality show dalam bentuk kontes menyanyi dimana memiliki pesaing terbesar dalam tayangan sejenis yang lebih dulu muncul yaitu program Akademi Fantasi Indosiar (AFI). Pihak stasiun televisi dalam hal ini RCTI dan Fremantle Media sebagai pemilik format "Idol" bekerjasama untuk membuat program 'Indonesian Idol? menjadi program yang dipilih oleh seluruh kalangan pemirsa televisi di Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana preferensi khalayak terhadap tayangan Indonesian Idol" dilihat dari perubahan rating yang diperoleh sebagai dasar rujukan sebuah kesuksesan tayangan. Bagaimana strategi komunikasi promosi pemasaran yang telah diiakukan agar membuat program ?Indonesian Idol? ditonton oleh khalayak luas yang dilihat dari kenaikan rating program. Teori mengenai media khususnya televisi, khalayak dan komunikasi pemasaran digunakan sebagai kerangka pemikiran yang mendasari penelitian dan menjawab permasalahan tesis ini. Hasil dari penelitian adalah program "Indonesian Idol" menjadi pilihan program yang diminati oleh hampir seluruh kalangan dengan fokus pada usia remaja dan dewasa dengan kelas sosial ekonomi menengah keatas. Program "Indonesian Idol" dipilih karena dianggap mampu memberikan tayangan hiburan yang memiliki kualitas yang bagus baik dari segi kemasan maupun kualitas suara para finalis. Dalam pelaksanaan strategi promosi terdapat perubahan-perubahan yang dilakukan untuk dapat membuat "Indonesian Idol" digemari masyarakat yang lebih luas dengan perolehan rating program yang lebih baik. Rekomendasi akademik untuk penelitian ini adalah dengan melakukan ekplorasi faktor lain yang berpengaruh pada preferensi pemirsa dengan melihat efektifitas promosi dan evaluasi preferensi pemirsa.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisha
Abstrak :
RINGKASAN EKSEKUTIF BAGIAN 1
Analisis Situasi: Program drama masih sangat digemari khalayak Indonesia Terutama untuk drama sinetron dan FTV Penulis ingin membuat program drama yang berbeda dengan program drama sinetron agar bisa masuk ke khalayak SES A dan B Oleh karena itu penulis akhirnya memutuskan untuk membuat drama dengan genre mockumentary karena genre ini menawarkan sesuatu yang fresh tetapi dikemas dalam format drama Selain itu bisa membawa warna baru ke dalam dunia pertelevisian BAGIAN 2
Manfaat dan Tujuan: Pengembangan Pilot EpisodeManfaat utama pengembangan pilot episode ini adalah menjadi salah satu alternatif program hiburan yang berbeda dengan program progam lainnya Tujuan utama pengembangan pilot episode ini adalah nenjadi salah satu tayangan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan inspirasi kepada khalayak sasaran bahwa fotografi fashion adalah salah satu bidang pekerjaan yang mempunyai nilai estetika tersendiri dan eksis di Indonesia BAGIAN 3
Pilot Episode yang Dikembangakan: Pilot Episode yang dikembangkan adalah program drama ber genre mockumentary yang berjudul ldquo The Photoshoot rdquo Program ini menceritakan sebuah tim fotografi yang terdiri dari tiga orang dalam menghadapi masalah internal dan external BAGIAN 4
Pre Test dan Evaluasi: Pre test dilakukan dengan mengolah data Nielsen dan melakukan FGD kepada 18 khalayak sasaran BAGIAN 5
Anggaran: Anggaran pembuatan pilot episode ini sebesar Rp 2 195 000 Rencana anggaran produksi penerbitan media satu episode sebesar Rp 79 307 000 Untuk pelaksanaan evaluasi pilot episode mempunyai anggaran sebesar Rp 471 000 ...... EXECUTIVE SUMMARY Part 1
Situation Analysis: Television drama programs are still considered the most popular genre among Indonesia television viewers in particular soap operas and drama movies In regard to the statement above the writer wishes to create a new drama program that is different than the regular ones and aims to reach a target audience of socioeconomic status SES A and B A mockumentary genre has been chosen as it is believed it will promote a high quality and fresh approach on drama production as well as to the Indonesian television broadcasting industry PART 2
Benefits and Goals of the developing: The main benefit of developing this pilot episode is to create an alternative entertainment program that is different than the previous ones The program has purposes to entertain and to give new awareness to the current society that fashion photography is a unique job which has aesthetic appeal and has also been accepted in Indonesia PART 3
The Development of Pilot Episode: The developed pilot episode of ldquo The Photoshoot rdquo is a mockumentary genre This program tells about a team of photography that consist of three people struggling on a day to day basis with internal and external problems PART 4
Pre Test and Evaluation: Pre test was conducted by utilising data from Nielsen and also by conducting the FGD on eighteen people PART 5
Budget: The pilot episode costs Rp 2 195 000 The media publishing plan for each episode costs Rp 79 307 000 Whereas the real cost for the pilot episode is calculated at Rp 471 000
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Nama Noviyani NuraeniProgram Studi SosiologiJudul Pergeseran Wewenang Struktur Formal Dalam Proses Produksi Program Hiburan Televisi Dengan Soft Systems Methodology Kasus Program Hiburan Susuya Penelitian ini ingin melihat pergeseran wewenang struktur formal yang diakibatkan oleh kuatnya struktur informal dalam program Susuya MNC TV Hasil observasi awal menunjukkan adanya pergeseran wewenang dari Produser kepada Host Dengan menggunakan metode Soft Systems Methodology ditemukan beberapa kondisi problematik yang terjadi yaitu Host secara tidak langsung menjadi pemimpin leader dalam proses produksi program Susuya terutama yang berhubungan dengan konten dan gimmick lalu dilapangan pun terlihat seolah olah Produser itu sejajar dengan Kreatif Selain itu ternyata Host lah yang mempunyai andil yang besar dalam pembuatan konsep program Susuya tersebut sedangkan Produser belum memiliki pengalaman dalam memproduksi program seperti program Susuya sehingga Host merasa memiliki kewenangan lebih dalam program tersebut Sistem Pengembalian Wewenang dari Host Kepada Produser dengan Pengawasan dan Evaluasi yang terdiri dari delapan human activity system dan Sistem Pengembalian Wewenang ke tangan Produser dengan Peningkatan Kemampuan dan Keahlian Produser yang terdiri dari sembilan human activity systems ini dipilih oleh peneliti sebagai sistem yang akan dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan berbagai perangkat yang ada dalam Soft Systems Methodology seperti CATWOE PQR dan 3E Lalu hasil implikasi teori dalam penelitian ini adalah pada dimensi Legitimization of legitimacy studi ini menunjukkan bahwa konsep yang dikemukakan oleh Meyer dan Rowan mengenai cara mempertahankan legitimasi dengan menggunakan cara ceremonial inspection and evaluation kurang tepat untuk menggambarkan kondisi yang terjadi pada program Susuya tersebut Dengan menggunakan kritik dari Courpasson mengenai kontrol dan koordinasi ldquo lunak rdquo yang juga didukung oleh Gordon Kornberger dan Clegg ini menunjukkan bahwa cara tersebut justru memunculkan struktur dominasi dari Host Lalu pada dimensi yang kedua yaitu sensemaking and legitimacy studi ini menunjukkan bahwa konsep dari Meyer dan Rowan yang mengatakan bahwa untuk memenuhi kendala kontekstual biasanya organisasi menggunakan strategi retoris dan teknik ini cukup sesuai untuk menggambarkan apa yang terjadi pada organisasi produksi program Susuya Namun mengacu kepada konsep sensemaking and legitimacy yang dikemukakan oleh Gordon Kornberger dan Clegg ini menjelaskan bahwa mereka mengasosiasikan legitimasi menjadi sesuatu yang tidak hanya harus terlihat sah tetapi juga masuk akal Maka dari itu apabila Produser ingin meraih kembali kewenangannya maka Produser perlu melakukan upaya upaya tindakan langsung yang terlihat lebih masuk akal agar dapat mengurangi dominasi Host dalam produksi program Susuya tersebut Kata Kunci Pergeseran wewenang legitimasi struktur formal dan informal kekuasaan struktur dominasi legitimization of legitimacy sensemaking and legitimacy program televisi Susuya MNC TV dan Soft Systems Methodology , Name Noviyani NuraeniMajor SosiologiTitle Shifting Authority Formal Structure In Entertaintment Television Program Production Process With Soft Systems Methodology Case Susuya Entertainment Program This study wants to see a shift in the formal structure of authority caused by strong informal structure in Susuya MNC TV programs Results of preliminary observations indicated a shift of authority from the producer to the Host By using the Soft Systems Methodology found some problematic conditions that occur are hosts indirectly become the leader in the production process of the Susuya program especially relating to the content and gimmick and the field also looks as though it is parallel between Creative and Producer In addition The host have a significant role in drafting the program Susuya while the Producer has no experience in producing programs such as Susuya program that hosts feel has authority over the program The process Transformation of Authority Returns Systems Authority of Host To Producer with Control and Evaluation which consisted of eight human activity system and The Transformation Process of Authority Returns Systems with Upgrades of Producer Ability and Skill which consisted of nine human activity systems have been selected by the researchers as a system to be analyzed further by using a variety of devices that exist in the Soft Systems Methodology as CATWOE PQR and 3E Then the results of the theoretical implications of this research is on the dimensions of Legitimization of legitimacy this study shows that the concept proposed by Meyer and Rowan on how to maintain the legitimacy of the use of inspection and evaluation ceremonial way less up to describe the conditions that occur in the Susuya program By using criticism of Courpasson of ldquo soft rdquo control and coordination which is also supported by Gordon Kornberger and Clegg have demonstrated that it actually led to the dominance of the Host structure Then in the second dimension is sensemaking and legitimacy this study shows that the concept of Meyer and Rowan who said that to meet the contextual constraints usually organizations use rhetorical strategies and techniques is quite appropriate to describe what is happening in the organization of production Susuya program However referring to the concept of sensemaking and legitimacy proposed by Gordon Kornberger and Clegg explained that they associate legitimacy into something that does not just have to look legitimate but also reasonable Therefore if the producer wants to regain its authority the producer needs to make efforts to direct action that looks more reasonable in order to reduce the dominance of Hosts in the production of the Susuya program Keywords Shifting authority legitimacy formal and informal structures power dominance structure Legitimization of legitimacy sensemaking and legitimacy television programs Susuya MNC TV and Soft Systems Methodology ]
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>