Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana
Abstrak :
Walkability didefinisikan sebagai sejauh mana karakteristik lingkungan binaan dan penggunaan lahan mampu mendukung dan mendorong kegiatan berjalan kaki dengan menyediakan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki, menghubungkan penduduk dengan berbagai tujuan dalam waktu dan usaha yang layak. Area Stasiun Bogor dan Terminal Baranangsiang adalah dua kawasan prioritas pengembangan di Kota Bogor yang memiliki karakteristik lingkungan lereng yang datar dan bergelombang. Masalah penelitian adalah tingginya ketergantungan pada kendaraan pribadi bermotor pada area tersebut. Tujuan penelitian adalah menganalisis kondisi jalur pejalan kaki (lingkungan binaan) di Kota Bogor, menganalisis perilaku perjalanan masyarakat Kota Bogor, menganalisis hubungan lingkungan binaan dan perilaku perjalanan masyarakat Kota Bogor, menyusun desain spasial lingkungan binaan untuk mewujudkan ramah pejalan kaki dan kota yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode gabungan berupa analisis deskriptif, analisis statistik, analisis spasial, dan metode PEQI (Pedestrian Environment Quality Index) untuk menilai kualitas trotoar. Hasil penelitian menunjukkan kualitas trotoar di wilayah penelitian terdiri dari empat subsegmen kualitas tinggi, sebelas subsegmen kualitas rata-rata, lima subsegmen kualitas minimal, dan satu subsegmen kualitas buruk. Tujuan berjalan kaki masyarakat Kota Bogor didominasi oleh tujuan rekreasional. Terdapat hubungan antara variabel kualitas fisik lingkungan binaan dan perilaku perjalanan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan kota yang ramah pejalan kaki dan berkelanjutan, perlu memperhatikan kondisi fisik lingkungan dengan memperhatikan aksesibilitas, kenyamanan, kemanan, dan keselamatan dari jalur dan fasilitas pejalan kaki. Kesimpulan penting untuk mempertimbangkan aspek aksesibilitas, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pejalan kaki untuk mewujudkan kota yang ramah pejalan kaki dan berkelanjutan. ......Walkability is a concept denoting the capacity of the built environment and land use attributes to facilitate and promote pedestrian activities through the provision of comfort and safety, as well as efficient connections between residents and diverse destinations. This study focuses on the areas of Stasiun Bogor and Terminal Baranangsiang in Bogor City, which have distinctive features of both flat and undulating slopes. The problem investigated herein pertains to the considerable reliance on private motor vehicles within these areas. The primary research objectives encompass an analysis of the pedestrian pathway conditions in Bogor City, an examination of the travel behavior of its residents, an exploration of the interrelation between the built environment and travel behavior of the residents, and the formulation of spatial designs aimed at promoting walkable and sustainable city. To achieve these objectives, a comprehensive approach was adopted, incorporating various methodological tools such as descriptive analysis, statistical analysis, spatial analysis, and the application of Pedestrian Environment Quality Index (PEQI) to evaluate pedestrian pathway quality. The research findings reveal that the study area's pedestrian pathways can be categorized into four segments with high-quality attributes, eleven segments with average quality, five segments with minimal quality, and one segment characterized by poor quality. The analysis of the walking purposes of Bogor City residents indicates a predominant focus on recreational activities. Additionally, a strongcorrelation exists between the physical quality variables of the built environment and the travel behavior associated with pedestrian mobility. Consequently, promoting a walkable and sustainable city necessitates a comprehensive consideration of the physical attributes of the environment, encompassing elements of accessibility, comfort, safety, and security of pedestrian pathways and facilities. In conclusion, the integration of various elements, including accessibility, comfort, safety, and security of pedestrians, is essential in achieving a walkable and sustainable city.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendra Miftadira
Abstrak :
Kota pulau memiliki keterbatasan lahan untuk menyeimbangkan antara pembangunan wilayah dan kelestarian lingkungannya. Masalah penelitian ini adalah potensi meningkatnya pemabangunan dan aktivitas manusia, karena peran Kota Ambon sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Tujuan penelitian adalah menyusun konsep perencanaan tata ruang kota pulau berkelanjutan berdasarkan multi-bahaya bencana, daya dukung lingkungan dan konfigurasi ruang. Pendekatan yang digunakan secara kuantitatif dengan metode analisis Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE), Simple Addittive Weighting (SAW), dan space syntax. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengevaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ambon Tahun 2012-2032 dengan hasil analisis yang sebelumnya dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan pembangunan terjadi pada wilayah dengan daya dukung lingkungan tinggi, namun memiliki potensi multi-bahaya yang tinggi. Perlu menumbuhkan pusat pelayanan baru untuk mengurangi tekanan penduduk dan pengurangan risiko bencana pada pusat Kota Ambon pada Kecamatan Teluk Ambon. ......Population growth can lead to increased settlement areas. Problems in this study were increasing human activity in settlement development due to its proximity to Malang City, growth resulting in rapid land conversion, and Batu City was located upstream of the Brantas DAS and functions as a water catchment area. This study aimed to analyze the carrying capacity of the environment, social, economy, and develop the concept of settlement sustainable. The method used was geographic information systems method, statistical methods, and AHP. The results were the area of existing settlements that were unsuitable with land capability was greater than that which was suitable and water availability was currently a surplus. Analysis of social carrying capacity on livability is feasible, and the capacity to accommodate the current population has exceeded the population threshold. Batu District is an area with high economic and road density. In conclusion, developing the concept of sustainable settlements, that land capability was the most important to consider in developing settlement areas.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani Charra Analita Utami
Abstrak :
Dengan semakin banyaknya orang yang tinggal di daerah perkotaan, ada kebutuhan yang meningkat untuk memiliki kota yang berkelanjutan. Sharing economy muncul dalam satu dekade terakhir, membawa dampak di perkotaan dan dipromosikan sebagai cara untuk mencapai kota yang berkelanjutan. Dengan berbagi sumber daya yang tidak digunakan di kota, model ekonomi baru ini dianggap dapat menopang ekonomi, masyarakat, dan lingkungan kota. Studi sebelumnya secara normatif telah membahas hubungan antara keberlanjutan dan sharing economy secara keseluruhan. Namun, studi empiris tentang keberlanjutan yang berasal dari bentuk-bentuk tertentu dari sharing economy, khususnya space sharing, masih terbatas. Selain itu, meski studi kuantitatif yang menghubungkan beberapa bentuk ekonomi berbagi dengan keberlanjutan ada, seperti di bidang space sharing jarang ditemukan. Mengisi kekosongan dalam penelitian, penelitian ini ingin mempelajari dampak sharing economy pada keberlanjutan melalui studi kasus coliving yang memanfaatkan apartemen kosong di Jakarta. Studi ini akan mengidentifikasi secara nilai-nilai berkelanjutan yang timbul dari coliving melalui wawancara mendalam dengan penyewa dan operator. Studi ini juga akan mencoba memahami sejauh mana keberlanjutan dari coliving dianggap bernilai.
With a growing number of people living in urban areas, there's an increasing need to have sustainable cities. The sharing economy has emerged in the past decade, making impacts in cities while being promoted as a way to achieve sustainable cities. By sharing a city's idle resources, the new economic model is deemed to sustain a city's economy, community, and environment. Past studies have normatively discussed the linkage between sustainability and the sharing economy as a whole. However, empirical studies on sustainability coming from certain forms of the sharing economy, particularly space sharing, are still limited. Moreover, while quantitative studies linking some forms of sharing economy with sustainability exist, such in the field of space sharing is also scarce. Filling the gaps in research, this study would like to study the impact of sharing economy on sustainability through the case of coliving that utilizes vacant apartments in Jakarta. This study will identify the sustainable values arising from coliving through in-depth interviews with tenants and operators. This study will also try to understand the extent to which the sustainability of coliving is valued.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library