Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitriana Suprapti
Abstrak :
ABSTRAK
Kemajuan teknologi dalam skrining dan terapi meningkatkan jumlah penyintas kanker. Kelelahan menjadi dampak akibat kanker dan terapi kanker. Hal ini dialami oleh penyintas walaupun sudah selesai terapi primer. Kelelahan yang dialami mengakibatkan ketidakberdayaan dan kualitas hidup menurun. Studi ini merupakan studi kualitatif kuantitatif yang dilakukan terhadap penyintas kanker di Jabodetabek pada tahun 2018. Tujuan studi adalah mengembangkan model manajemen diri untuk meningkatkan efikasi diri, menurunkan kelelahan dan meningkatkan kualitas hidup penyintas kanker. Studi kualitatif terhadap 15 partisipan kunci menghasilkan 5 tema yaitu ketidakberdayaan yang tidak terbayangkan yang meliputi dimensi fisik, psikis, kognitif, mental dan sosial ekonomi serta spiritual. Tema lain adalah tindakan yang pernah dilakukan; dukungan doa dan kekuatan, serta usulan terhadap sesama penyintas dan tenaga kesehatan. Model manajemen diri berdasarkan teori regulasi diri, kualitas hidup, efikasi diri dan kelelahan disintesis dan dikembangkan. Modul panduan diberikan pada penyintas kanker berupa 11 panduan mengelola kelelahan. Hasil uji coba selama 2 minggu terhadap 31 responden kelompok intervensi yaitu diperolehnya dampak model manajemen diri beserta variabel perancu terhadap peningkatan efikasi diri, penurunan kelelahan dan peningkatan kualitas hidup. Jenis kanker menentukan penurunan kelelahan, tahun diagnosa menentukan peningkatan efikasi diri serta penurunan kelelahan menentukan kualitas hidup penyintas. Disarankan mengembangkan panduan nasional asuhan bagi penyintas kanker dan penelitian lebih lanjut dan mendalam.
ABSTRACT
The advanced of technology in screening and therapy has improved the number of survivor cancer. Fatigue has become the delayed effect related to cancer and its therapy months and years after therapy ended. The fatigue caused the survivor feel powerless and decrease the quality of life. This is a qualitative-quantitative study for cancer survivor at Jabodetabek in 2018. The aim of the study is to develop a self-management model to improve self-efficacy, decrease fatigue and increase quality of life of cancer survivor. Qualitative study for15 key informants results in 5 main themes. Unimaginable powerlessness with the subtheme of physical, psychological, cognitive mental, emotional, social economics and spiritual dimension of fatigue experienced by survivor cancer. Another theme is the strength of the prayer, previous successful fatigue management and suggestion for cancer survivors and health care professionals. Self management model is developed and synthesized based on the self-fegulation theory, quality of life, self-efficacy, and fatigue theory. The guidelines module is given consisted of 11 guidelines to be chosen and implemented by cancer survivors in the intervention group for 2 weeks n=31 . The result shows that there is an effect of self-management model with the confounding variables to the improved self-efficacy, decrease of fatigue and inrease of quality of life. Cancer diagnosis determined the decrease of fagitue, diagnosis year determine the increase of self-efficacy and the decrease of fatigue determined the increased of quality of life. It is recommended to develop a national guidance of survivorship care and conducting a deeper and broader research.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
D2496
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alberta Christina Cahya Pertiwi
Abstrak :
Persoalan mengenai penyintas 1965 dapat dilihat secara kompleks dan tidak terbatas pada segi gerakan sosial atau melihat hanya sebagai kelompok rentan. Tulisan ini berfokus pada agensi pada Dialita, suatu kelompok musik yang berisi para penyintas perempuan dari peristiwa penangkapan dan penganiayaan massal yang diawali Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) tahun 1965, dan Sahabat Dialita, sebuah istilah yang digunakan Dialita untuk menyebut individu-individu yang membantu Dialita untuk mencapai tujuannya, dalam membentuk ruang berekspresi. Berangkat dari pemaparan mengenai pengalaman yang dialami para penyintas 1965 dan upaya yang dilakukan kini, diketahui bahwa agensi dimiliki oleh para individu sebagai agen untuk membentuk ruang berekspresi yang turut berfungsi sebagai pemulih atas trauma terhadap kejadian tahun 1965. Agensi yang dimiliki Dialita dan Sahabat Dialita turut membentuk karya seni yang tercipta karena adanya pengalaman yang dialami Dialita dan Sahabat Dialita. Proses berkesenian yang dilakukan Dialita dan Sahabat Dialita membutuhkan ruang. Ruang berekspresi merupakan ruang para anggota Dialita dan Sahabat Dialita bertemu, bercerita dan mengutarakan pikiran, serta berlatih menyanyi. Upaya Dialita dan Sahabat Dialita untuk menciptakan ruang berekspresi merupakan bentuk dari ruang sosial. Bentuk resistensi terhadap apa yang mereka alami dan usaha untuk menyampaikan wacana kemanusiaan juga bentuk dari ekspresi yang disebabkan agensi. ......Agency as the Maker of The issue of 1965 survivors can be seen in a complex way and not limited to the social movement aspek or seeing only as a vulnerable group. This paper focuses on the agency at Dialita, a music group that contains female survivors from the events of mass arrests and persecution that began with the Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) in 1965, and Sahabat Dialita, a term used by Dialita to refer to individuals who help Dialita to achieve its goals, in forming expression space. Drawing from the presentation of the 1965 survivors’ experiences, it is known that the agency is owned by individuals as agents to form an expression space which functions as a restorer of the trauma because the events in 1965. Agency, that Dialita and Sahabat Dialita have, also forms artworks which are created by Dialita and Sahabat Dialita’s experiences. The process of making artworks needs space. The expression space is the space for Dialita dan Sahabat Dialita members to tell stories, express thoughts, and practice singing. The efforts of Dialita and Sahabat Dialita to create expression space are a form of social space. The resistance from the experience and effort to convey human discourse are also forms of expressions caused by agencies.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vera Natia
Abstrak :
Penyintas COVID-19 menghadapi long COVID-19 dan stigma sosial, merupakan kelompok yang menghadapi tantangan besar secara fisik maupun psikologis. Resiliensi atau kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan atau trauma merupakan faktor penting yang diperlukan penyintas COVID-19 untuk bangkit kembali akibat Pandemi COVID-19. DKI Jakarta sebagai titik episentrum pandemi COVID-19, dianggap sebagai Provinsi yang terkena dampak paling besar dari COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resiliensi pada penyintas COVID-19 di DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan berupa cross-sectional, dengan jumlah sampel 150 penyintas COVID-19 di DKI Jakarta, yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu Daily Spiritual Experience Scale (DSES), General Self-Efficacy Scale (GSE), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSSS), dan Brief Resilience Scale (BRS). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor tingkat pendidikan, spiritualitas, self-efficacy, dan dukungan sosial terhadap resiliensi Penyintas COVID-19. Penelitian lebih lanjut terkait resiliensi pada penyintas COVID-19 tanpa gejala disarankan. ......COVID-19 survivors face the long COVID-19 and social stigma, are a group that faces great challenges physically and psychologically. Resilience or the ability to bounce back from adversity or trauma is an important factor needed by COVID19 survivors to bounce back from the COVID-19 Pandemic. DKI Jakarta, as the epicenter point of the COVID-19 pandemic, is considered the province most affected by COVID-19. This study aims to determine the factors associated with resilience to COVID-19 survivors in DKI Jakarta. The research design used was cross-sectional, with a total sample of 150 COVID-19 survivors in DKI Jakarta, which were taken using the purposive sampling technique. The instrumens used are the Daily Spiritual Experience Scale (DSES), General Self-Efficacy Scale (GSE), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Brief Resilience Scale (BRS). The results showed that there was a relationship between education level, spirituality, self-efficacy, and social support factors on the resilience of COVID-19 survivors. Further research on resilience in asymptomatic COVID-19 survivors is recommended.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levi, Primo
London: David Campbell Publishers, 1995
858.914 LEV p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Masruroh Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Harapan merupakan salah satu faktor yang potensial dalam memprediksi resiliensi. Namun, hasil penelitian-penelitian sebelumnya masih kontradiktif dan terbatas dalam konteks tertentu sehingga hasilnya tidak bisa langsung digeneralisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh harapan terhadap resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud. Pengukuran harapan menggunakan alat ukur Adult Hope Scale AHS yang disusun oleh Snyder 1991 , sementara pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur Connor-Davidson Resilience Scale CD-RISC yang disusun oleh Campbell-Sills dan Stein 2007 . Partisipan penelitian ini berjumlah 115 orang yang menjadi penyintas erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014 dengan rentang usia 20-40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh harapan yang positif dan signifikan terhadap resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud F = 51,044, p < 0,01 . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harapan yang dimiliki penyintas, maka semakin tinggi resiliensi penyintas tersebut. Saran untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini disertakan.
ABSTRACT
Hope is one of potential factors for predicting resilience. However, prior studies show that the relationship between hope and resilience remain inconclusive and limited to certain context, so it can not be generalized to the other context directly. This study was conducted to examine hope as predictor of resilience among Kelud Eruption survivors. Hope was measured using Adult Hope Scale AHS which constructed by Snyder 1991 , while resilience was measured using Connor Davidson Resilience Scale CD RISC by Campbell Sills and Stein 2007 . Participants of this research are 115 survivors mean age 32, range 20 40 of Kelud Eruption on 2014. Result of this research shows that hope positive significantly predicts resilience F 51,044, p 0,01 . That is, the higher hope, the higher resilience among survivors. Recommendations for further research are included.
2016
S66665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Spiegelman, Art
New York: Pantheon Books, 1997
940.531 809 2 SPI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
White, Patrick, 1912-1990
England: Penguin Books, 1964
823 WHI r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
White, Patrick, 1912-1990
England: Penguin Books, 1984
823 WHI r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hirsch, Marianne
New York: Columbia University Press, 2012
940.531 8 HIR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>