Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 435 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rorrance, Colin
London: Bailliere Tindall , Nursing
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meeker, Margaret H.
St. Louis:: Mosby , 1999
617.023 1 MEE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meeker, Margaret H.
St. Louis: Mosby , 1999
617.023 1 MEE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Oetama
Abstrak :
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pembangunan Kamar Bedah Rumah Sakit Sumber Waras, yang didalam pelaksanaannya terjadi beberapa kesalahan pemilihan bahan baku dan sistem. Setelah Kamar bedah selesai dibangun dan dipergunakan, terlihat pula kekurangan dalam tata letak beberapa ruang, yang tidak sesuai dengan persyaratan alur kegiatan. Tujuan penelitian ini adalah, untuk menganalisa sejauh mana kondisi fisik yang ada dari Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Sumber Waras memenuhi persyaratan standar Disain Fisik dan mengetahui Disain Fisik Instalasi Kamar Bedah yang benar dari persyaratan dan ketentuan guna dapat memberikan pelayanan pembedahan yang tepat. Jenis penelitian merupakan studi komparatif dengan pendekatan kwalitatif. Data dan informasi didapat melalui kuesioner berikut wawancara, serta pengamatan di lapangan sejak tanggal 1 hingga 31 Maret 2001 Pada penelitian ini diamati faktor-faktor yang mempengaruhi Disain Fisik Kamar Bedah, yaitu : 1. Zoning 2. Bentuk, Karakteristik dan Komposisi 3. Persyaratan dan Hubungan Ruang 4. Alur Proses dan Tata Letak 5. Fungsi I Aktifitas 6. Prasarana 7. Peralatan Akhir penelitian telah menghasilkan sebuah analisa mengenai kondisi dan usulan mengenai pemecahan masalah rancang bangun Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Sumber Waras, yang diharapkan dapat berguna bagi perencanaan dan pengembangan selanjutnya Rumah Sakit Sumber Waras.
This study have a background development of surgical department of Sumber Waras Hospital , which in implementation occurred any mistakes materials caws and system. After reconstruction and used, there are lots of inconsistencies in the space design concept. This study attempts to analyze how far the Physical Condition from Surgical Department of Sumber Waras Hospital fulfils the standard requirement of Physic Design and to know the correct requirement and certainty of the operating room which give the correct operating service. A qualitative approach of comparison study has been carried out based on field data and information collected through questionnaire and interview during ls` through 31st of March 2003. The research monitored several factors influencing the surgery installation design. There were seven factors to be observed: 1. Zoning 2. Form, characteristic and composition 3. Regulation and room connection 4. Process and location arrangement 5. Function 1 Activity 6. Infrastructure 7. Equipment This thesis proposes the evaluated building concept standard in order to developed Surgical Department in Sumber Waras Hospital.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viella Cecilia Wijaya
Abstrak :
Kami melakukan penelitian tentang efek pemberian minuman berkarbohidrat pada dua jam pra induksi anestesia terhadap pengurangan ketidaknyamanan prabedah untuk pasien operasi elektif. Tiga puluh sembilan pasien dewasa dengan status fisik ASA 1 dan 2 diikutsertakan dalam penelitian ini yang diacak dengan penyamaran tunggal untuk mendapatkan 300 mL minuman yang mengandung glukosa 5% atau air putih pada waktu dua jam pra induksi anestesia. Seharusnya penelitian dilakukan terhadap 68 pasien namun akibat kesalahan terhadap penghitungan jumlah sampel di awal penelitian kami dan keterbatasan waktu maka penelitian hanya dilakukan terhadap 39 pasien. Digunakan VAS sebagai metode pengukuran ketidaknyamanan prabedah yang ingin dinilai yaitu kecemasan, rasa lapar dan rasa haus. Tidak terjadi efek samping aspirasi pare pada semua subyek penelitian. Terjadi penurunan nilai VAS yang bermakna pada kedua kelompok perlakuan (p<0.05) terhadap variabel kecemasan dan rasa haus pada pengukuran di menit ke-90 dan 120 setelah pemberian minuman. Sedangkan pada variabel rasa lapar hanya terjadi penurunan nilai VAS yang bermakna pada kelompok yang mendapat minuman glukosa 5% di menit ke-90. Perbandingan nilai mean dan SD untuk penurunan VAS kecemasan, rasa lapar dan rasa haus diantara kedua kelompok hasilnya tidak bermakna (p>0.05). Kesimpulannya adalah pemberian air putih saja cukup efektif untuk menurunkan ketidaknyamanan prabedah yang berupa kecemasan dan rasa haus, namun tidak efektif untuk mengurangi rasa lapar.
We studied the effects of carbohydrate drink given two hours pre-induction of anesthesia in reducing preoperative discomforts for elective surgery patients. Thirty-nine adult patients with physical status ASA 1 and 2 were included in the study and randomized double blinded to preparation with 300mL of glucose 5% drink or plain water. The sample size was supposed to be 68 but we miscalculated it a1 the beginning of the study and also because of the lack of time, we only look 39 patients as our sample. Visual Analog Score (VAS) was used as a method of scoring the preoperative discomfort variables, which were anxiety, hunger and thirst. There were no adverse effects such as pulmonary aspiration occurred in the study. VAS was measured before, 90 and 120 minutes after the drink was given. It happened to be that both of the drinks were very effective in reducing VAS of anxiety and thirst but there were no difference between the two groups (p>0.05). Both of the drink was less effective in reducing hunger preoperatively. In conclusion, plain water is as effective as glucose 5% drink in reducing anxiety and thirst preoperative if given two hours pre induction of anesthesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Bintang Abadi
Abstrak :
Keberhasilan penanganan pasien-pasien emergensi ke rumah sakit berkaitan erat dengan "waktu penanganan" yaitu waktu antara kedatangan pasien dengan waktu tindakan yang seharusnya dilakukan, dalam hal ini tindakan pembedahan. Makin lama waktu respon penanganan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang akan dialami pasien tersebut di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (UGD RSCM) yang khusus menangani pasien-pasien gawat darurat/emergensi telah ditetapkan stiatu indikator kinerja sebagai acuan keberhasilan penanganan yaitu dengan dibedakannya kasus Sangat Gawat Darurat (SGD) dan kasus Gawat Darurat (GD). Kasus Sangat Gawat Darurat adalah kondisi pasien yang rnembutuhkan tindakan pembedahan secepatnya karena adanya ancaman kehilangan nyawa. Hal ini dihubungkan dengan adanya gangguan jalan nafas, kemampuan bernafas atau gangguan sirkulasi. Sedangkan kasus Gawat Darurat adalah kondisi pasien yang memerlukan tindakan pembedahan dalam waktu 8 jam pertama (misalnya : hernia strangulata, apendisitis, trauma pembuluh darah, trombosis pembuluh darah). Dalam hal keterlambatan penanganan akan meningkatkan morbiditas yang pada akhirnya akan meningkatkan mortalitas. Sejak saat kedatangan di UGD, pasien pada umumnya harus melewati beberapa pemeriksaan, diantaranya anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, tindakan-tindakan prabedah. Selain itu juga dilakukan konsultasi antar departemen jika diperlukan dan persetujuan pasien atau keluarganya atas tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Bila pasien yang datang disebabkan trauma akan dilakukan Primary Survey dengan segala penanganannya dan dilanjutkan dengan Secoudary survey. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lamanya waktu penanganan prabedah pada pasien-pasien kasus SGD dan GD UGD RSCM yang akan dilakukan pembedahan beserta faktor-faktor 1 alasan yang mempengaruhinya. Parameter yang digunakan adalah waktu yang dilalui pasien sejak kedatangan sampai dilakukan tindakan bedah dikaitkan dengan waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan-pemeriksaan dan tindakan-tindakan prabedah lainnya (persiapan prabedah).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Kadarmo
Abstrak :
Dengan semakin majunya ilmu dan teknologi di dunia di segala aspek kehidupan turut memberikan konsekuensi semakin majunya ilmu kedokteran yang ada di dunia. limu Kedokteran Forensik adalah salah satu dari ilmu kedokteran tersebut. Adapun Ilmu Kedokteran Forensik terdefinisikan sebagai salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran dan bermanfaat untuk membantu penegakkan hukum dan masalah-masalah hukum. Pada mulanya ilmu kedokteran forensik hanya diperuntukkan bagi kepentingan peradilan, namun perkembangan jaman mengakibatkan pemanfaatannya juga di bidang-bidang yang bukan peradilan. Pada masyarakat kita, pemanfaatan ilmu kedokteran forensik Iebih banyak dikenal dalam pelayanan pembuatan visum et repertum yakni melalui pemeriksaan mayat atau bedah mayat. Meskipun sebenarnya masih banyak pelayanan yang bisa diberikan dari ilmu kedokteran forensik, seperti pemeriksaan korban perkosaan, pencabulan, paternitas dan lain sebagainya, namun sepertinya hal tersebut masih belum "familiar" atau karena memang belum dikenal. Jika boleh dikatakan saat ini masyarakat Iebih cenderung memberikan istilah dari ilmu kedokteran forensik adalah lama halnya dengan "ilmu bedah mayat" dan dokter forensik adalah "dokter mayat" atau "dokter bedah mayat", atau istilah-istilah semakna lainnya. Di Indonesia, sejak abad 19 pemanfaatan kedokteran forensik sudah dilakukan oleh dokter Belanda untuk kepentingan peradilan dan Iebih banyak dikenal berkaitan dengan bedah mayat atau pelayanan otopsinya saja. Sedangkan pemanfaatan pembuatan visum untuk orang hidup nampaknya belum lama dikenal oleh masyarakat atau konsumen pemintanya (penyidik). Dengan semakin majunya negara, akan menimbulkan konsekuensi meningkatnya kompleksitas pada setiap bidang kehidupan. Di negara berkembang kompleksitas ini mengakibatkan persaingan yang masingmasing berusaha untuk dapat mempertahankan kehidupannya, sehingga akhirnya mengakibatkan meningkatnya angka kriminaiitas. Sebagai gambaran maka jumlah kasus kejahatan di Indonesia terhadap tubuh dan jiwa manusia berfluktuasi sekitar 10.000 per tahunnya.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutopo
Abstrak :
Standarisasi benang bedah di bedah sentral rumah sakit penting untuk tujuan efisiensi biaya dan sumber daya, mengurangi terjadinya benang kadaluarsa dan kehilangan. Kesulitan untuk standarisasi sering kali disebabkan pemakai mempunyai kesukaan terhadap benang tertentu, munculnya dokter bedah baru menyebabkan muncul pula kode kode baru dan kodekode sebelumnya menjadi tidak bergerak lagi atau lambat bergeraknya. Standarisasi akan menghilangkan resiko yang akan datang terhadap stok yang berlebihan. Secara keseluruhan mengurangi kesulitan dalam administrasi dari inventori yang juga berarti mengurangi biaya inventori. Tersedianya data yang akurat pemakaian benang dapat dijadikan dasar yang Iebih baik untuk menganalisa, memperkirakan dan merencanakan pemakaian berikutnya. Data sekunder persediaan benang bedah di Bedah Sentral RSPAD Gatot Soebroto periode Maret 1997 sampai dengan April 1998 diteliti dengan Analisis ABC sehingga diketahui pemakaian yang banyak (fast moving) dan sedikit ( slow moviig) demikian pula diketahui nilai investasi yang tinggi, sedang dan rendah. Dipiih 14 dokter spesialis sebagai respondens mewakili semua spesialis pemakai bedah sentral untuk mengisi kuesioner, sehingga didapatkan nilai kritis dan masing-masing benang bedah. Dengan pembobotan nilai investasi, nilai pemakaian dan nilai kritis tersebut didapatkan indeks kritis dari masing-masing benang. Hasil Analisis indeks Knitis ABC sebagai berikut Kelompok A merupakan kelompok knitis tinggi terdapat 44 jenis benang bedah (28,39%) dengan nilai kumulatifpemakaian Rp 188,834.636,- (46,31 %) dan kelompok B merupakan kelompok kritis sedang terdapat 65 jenis benang (41,84%) dengan nilai kumulatif Rp 75.132.959,- (18.42%) dan kelompok C inerupakan kelompok kritis rendah terdapat 46 jenis benang (29,77%) dengan nilai investasi Rp. 143.807.411,- (35,27%). Hasil Analisis Indeks Kritis ABC tersebut selanjutnya didiskusikan untuk disederhanakan dengan cara menghapuskan jenis benang yang spesifikasinya sama dari berbagai produk dan dengan pertimbangan penilaian kritisnya benang oleh para doktcr spesialis. Hasil dari penyederhanaan jenis benang tersebut dari semula 155 jenis dapat disederhanakan menjadi 62 jenis benang. Susunan 62 jenis benang bedah tersebut merupakan standar benang bedah di Bedah Sentral RSPAD Gatot Soebroto dan ditetapkan sebagai Dafiar Benang Esensial RSPAD Gatot Soebroto. Saran selanjutnya kepada rumah sakit adalah mengembangkan suatu formula benang bedah yang tepat yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam prosedur standar operasi dan lapisan jaringan, Menyusun Efficient Pack (Paket Hemat) dengan cara mengidentifikasi pemakaian benang bedahyang paling efisièn dengan menentukan jumlah yang dibutuhkan dan meminimalkan benang yang terbuang. Rumah Sakit diharapkan dalam situasi krisis moneter saat mi dapat menetapkan biaya PaNe (Paket Hemat) setiap prosedur dengan tetap mengutamakan kualitas penanganan pásien, sehingga harga terjangkau dengan kualitas terjarmin.
The standardization of surgical suture at the Central Surgery Unit is of great importance for cost efficiency and human resources. It checks the possibility of using expired suture and prevents loss. There are several difficulties in developing a standard on suture. First, standardization would be more difficult if surgeons has different preferences for certain kinds of suture. Second, new surgeons would devise new codes and thus make old codes unworkable or just too slow-moving. Stadardization could decrease a possibility of over-stocking. On the whole, it helps in inventory control and saves cost. The availability of accurate data on the use of sutures is useful for analyzing, estimating and planning future needs. Secondary data on the inventory of surgical suturesat the Central Surgery Unit of the Central Army Hospital (RSPAD Gatot Soebrojo ) during the period March 1997 to April 1998 were used and analyzed using ABC Analysis. This analysis separated fast-moving and slow-moving sutures. In addition the analysis who divided high invesment value of suture from the low one. Fourteen specialist doctors representing defferent specialties and who frequently used the Central Surgery Unit for surgery were asked using questionaries. A critical score of the use of each type of suture was gathered. After compiling the investment score, usage score, and.critical score. A critical index for each type of suture were developed. The result was as follows Group A represented the high critical group. This group used 44 different types of surgical suture (28.39%) amounting to a cumulative usage value of Rp. 188.834.636,- (46.31 %). Group B which represented the medium critical group, used 65 different types of surgical suture (41.84 %) amounting to a cumulative usage value of Rp. 75.132.959,- (18.42 %). Group C , which represented the low critical group, used 46 different types of sugical suture (29.77 %) amounting to a cumulative usage value of Rp. 143.807.411,- (35.27 %). Based on the importance of critical index value of sutures used by specialist doctors, the ABC Critical Index Analysis was further simplified by eliminate sutures of the same specification from different producers. Finally, 62 types of sutures out of originally 155 were chosen to be the standard surgical suture to be used at the Central Surgery Unit of the Central Army Hospital (RSPAD Gatot Soebroto ) and called as the Essential Sutures of the Central Army Hospital ((RSPAD Gatot Soebroto) It is suggested that a special formula for surgical suture should be developed, in accordance to appropriatenes of standard operating procedure and tissues layer. An Efficient Pack (Paket Hemat) should also be devised by identifying the most efficient use of surgical suture and by determining the amount to be used, to minimize its wastage. In conclusion, during this monetary, crisis, hospitals should try to establish the cost of such an Efficient Pack (Pal-le) for each procedure affordable to the patient without even decreasing the quality of care for patients.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Britto, J.A.
Jakarta: EGC, 2005
617 BRI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wong, Donna L., 1948-
St. Louis : Mosby, 1995
618.92 WON wh
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>