Wilayah eksplorasi panas bumi Hu’u Daha merupakan salah satu wilayah yang dianggap potensial untuk dijadikan sumber energi alternatif berupa energi panas bumi. Dalam penelitian ini dilakukan korelasi hasil pengolahan data gravitasi dengan data Land Surface Temperature (LST) untuk memperkirakan adanya sumber panas bumi, di mana titik-titik dengan nilai gravitasi tinggi kemungkinan besar merupakan lokasi adanya sumber panas bumi dan memperkirakan suhu reservoir panas bumi di bawah permukaan tanah. Dalam pengolahan data tersebut, dilakukan tahapan filtering First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) yang menunjukkan adanya 6 struktur geologi pada daerah Hu’u Daha dengan arah patahan barat laut - tenggara, barat - timur, hingga timur laut - barat daya yang mengontrol sistem panas bumi daerah penelitianyangditandaiolehgarisberwarnahitam. Kemudiandilakukananalisispatahan dan analisis 3D inversi yang dimana dugaan keterdapatan lapisan reservoir berupa batuan lava dan breksi berkomposisi andesit dan basalt serta sisipan batuan tufa dengan rerata kedalaman 633 – 1500 m dengan nilai densitas 3.4 - 3.33 gr/cm3 yang dilingkupi oleh lapisan cap rock berupa batuan lava hasil erupsi dengan kedalaman rata-rata 0 – 633 m dengan nilai densitas 3.51 - 3.44 gr/cm3, serta terdapat patahan-patahan yang mengontrol sistem panas bumi berdasarkan korelasi FHD dan SVD. ......The exploration area of Hu'u Daha geothermal field is considered to be a potential source of alternative energy in the form of geothermal energy. In this study, the correlation between gravity data and Land Surface Temperature (LST) was conducted to estimate the presence of geothermal sources. Points with high gravity values are likely locations of geothermal sources, and the temperature of the geothermal reservoir beneath the ground surface was estimated. The data processing involved the use of First Horizontal Derivative (FHD) and Second Vertical Derivative (SVD) filtering, which revealed the presence of six geological structures in the Hu'u Daha area, characterized by fault lines in the northwest-southeast, west-east, and northeast-southwest directions, controlling the geothermal system. Subsequently, fault analysis and 3D inversion analysis were performed, indicating the suspected presence of a reservoir layer consisting of andesite and basalt rock, as well as tufa rock, at an average depth of 633-1500 m with a density value of 3.4-3.33 g/cm3. This layer is covered by a cap rock layer of erupted lava rock at an average depth of 0-633 m with a density value of 3.51-3.44 g/cm3. The analysis also identified faults controlling the geothermal system based on the correlation of FHD and SVD.
Kuta Selatan telah mengalami perubahan tutupan lahan sebagai akibat dari perkembangan urbanisasi dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu masalah utama yang disebabkan oleh kemajuan pembangunan ini adalah Land Surface Temperature (LST) yang dapat menyebabkan beberapa masalah seperti dampak sosial-ekonomi dan lingkungan yang merugikan pada penduduk perkotaan. Penelitian ini memberikan informasi untuk pengembang perkotaan dengan mempertimbangkan implikasi peningkatan suhu di masa depan untuk kenyamanan termal penduduk kota, yang seharusnya dapat membantu dalam mengembangkan dan menerapkan strategi manajemen untuk mengurangi efek panas perkotaan. Dalam penelitian ini, Landsat 7 ETM + dan Landsat 8 OLI-TIRS dimanfaatkan sebagai sumber data untuk analisis spasial-temporal tutupan lahan dan LST di Kuta Selatan pada tahun 2006, 2015, 2020 dan prediksinya tahun 2033 dengan menggunakan model Cellular Automata Markov Chain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan terbangun dan LST di Kuta Selatan pada tahun 2033 mengalami peningkatan luas dan sebaran yang signifikan di Kelurahan/Desa Jimbaran, Benoa, dan Tanjung Benoa, serta rata-rata LST di Kuta Selatan akan meningkat, dari 25,63°C di tahun 2006 menjadi 33,07°C di tahun 2033 sehingga akan menghasilkan suhu yang lebih panas di masa depan.
Kuta Selatan has experienced changes in land cover as a result of the development of urbanization in recent years. One of the main problems caused by the progress of this development is the Land Surface Temperature (LST) which can cause several problems such as adverse socio-economic and environmental impacts on the urban population. This study provides information for future urban developer by considering the implications of future temperature growth for the thermal comfort of city dwellers, which should assist in developing and implementing management strategies to reduce the effects of urban heat. In this study, Landsat 7 ETM + and Landsat 8 OLI-TIRS were used as data sources for spatial-temporal analysis of land cover and LST in Kuta Selatan for 2006, 2015, 2020 and their predictions in 2033 using the Cellular Automata Markov Chain model. The results showed that the built-up area and LST in 2033 experienced a significant increase in area and distribution in the villages of Jimbaran, Benoa, and Tanjung Benoa, and the mean LST in Kuta Selatan would increase, from 25.63°C in 2006 to 33.07°C in 2033. Based on these results, in the future, LST in Kuta Selatan will be hotter compared to the present.