Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasanuddin
"Permintaan sulfur dalam negeri semakin meningkat hingga 220 ribu ton pada 2014 atau setara dengan 72 juta US dollar. 70% sulfur yang ada saat ini merupakan by product dari minyak bumi. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan juga terbatasnya eksplorasi untuk penambangan sulfur menjadi pertimbangan untuk meningkatkan produksi sulfur dalam negeri. Proses pemurnian sulfur alam dengan sistem kontiniu dan tekanan tinggi yang telah ada, proses Frasch, membutuhkan modal dan biaya operasional yang besar. Proses Frasch membutuhkan air hingga 57 m3 untuk setiap ton sulfur yang dihasilkan dan juga biaya yang mahal. Pada penelitian sebelumnya dilakukan modifikasi proses produksi sulfur menggunakan autoclave dengan sistem batch untuk mereduksi biaya operasional dan dapat dilakukan pada skala kecil. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses ini dapat memurnikan batuan dengan kemurnian tinggi tetapi yield yang dihasilkan kurang optimum Pada penelitian ini dilakukan injeksi gas karbondioksida ke dalam sistem sebagai media transfer panas tambahan. Karbondioksida juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan difusifitas uap air untuk penetrasi ke dalam formasi batuan yang membantu untuk melelehkan sulfur sehingga meningkatkan yield sulfur yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi untuk proses pemurnian adalah pada suhu 140oC, tekanan injeksi karbondioksida sebesar 30 psi, rasio air dan batuan sebesar 10ml/g, serta lama waktu operasi 6 menit dengan yield dan kemurnian yang didapatkan masing-masing sebesar 86,8% dan 99,82%.

Demand of sulfur in Indonesia is increasing throughout the years reaching 220 thousand tones equivalent with 72 millio US Dollar in 2014. Nowadays, 70% of sulfur is coming from byproduct of petroleum industry. As long as the depletion of oil and gas resoources and the limited of exploration of sulfur mining as the consideration to enrich the production of sulfur in domestic.The existing sulfur purification process with continue system and high pressure, Frasch process, requires high capital and operational cost. Frasch process needs water up to 57 m3 in order to get one tone of sulfur. On the previous research, modified sulfur production process used autoclave in batch system to reduce the operational cost in order to use by small industry. The result is that process can purify sulfur with high purity but, the yield itself is not optimal. In this research, carbondioxyde is injected as an addition of heat transfer. In addition, carbon dioxide has an ability to enrich the diffusivity of steam to penetrate rock formations. The injection of carbon dioxide in this system can help in melting sulfur faster in order to increase the yield itself. Based on this research, the operation condition to purify sulfur is 140 oC of temperature, 30 psi of CO2 injection, 10 ml/g of ratio between water and native sulfur ore with 6 minutes of process. The result of yield and purity are 86,8% and 99,82%.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Amirudin
"ABSTRAK
Prinsip pemurnian sulfur dari batuan sulfur alam salah satunya adalah dilakukan dengan pemanasan menggunakan Proses Frasch. Hal ini karena titik leleh sulfur (119,6 oC) yang tergolong reatif rendah. Proses ini memerlukan injeksi steam berlebih kedalam batuan sulfur alam untuk melelehkan kandungan sulfur dan memisahkan dari pengotornya. Pada penelitian ini dilakukan proses permunian sulfur dari batuan sulfur alam dalam sistem batch dengan steam autoclave agar proses lebih cepat dan dapat dijalankan dalam skala lab. Penelitian terakhir menggunakan steam autoclave menunjukan yield sulfur hasil pemurnian masih belum maksimal, yaitu hanya 72% dari massa batuan sulfur awal pada kondisi optimumnya dan 80% pada kondisi maksimalnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini selain menggunakan steam juga dilakukan preinjeksi gas nitrogen kedalam sistem. Gas nitrogen meningkatkan jumlah media yang mentransfer panas pada sistem sehingga terjadi peningkatan transfer panas dan juga sebagai medium pre-heating sehingga batuan sulfur akan mengalami peningkatan suhu sebelum dilelehkan dengan media transfer panas steam. Kondisi operasi dengan suhu 140oC, tekanan gas nitrogen 30 psi, rasio air-batuan 10 ml/gr, dan waktu operasi 4-5 menit menunjukkan hasil terbaik dengan yield 82-84,67% dengan kemurnian 99,86-99,94%.

ABSTRACT
One of method in sulfur purification process from native sulfur is Frasch Process that using heat treatment principle. It can be done caused by the melting point of sulfur that low enough, about 119,6oC. This process needs injection of superheated steam continuously into the deposit of sulfur at the underground. The sulfur will melt due to the melting point and separate from the residues. There has been a research about batch sulfur purification from the natural sufur ore by using steam autoclave, but the yield of the process is still not efficient enough. Therefore, at this research using pre-injection of nitrogen as additional and pre-heating medium in order to enhance the yield. The operation of sulfur purification process at 140oC, nitrogen pressure 30 psi, ratio 10 ml/gr, and 4-5 minutes time operation has shown the best result with yield 82-84,67% and concentration of sulfur 99,86-99,94%."
Lengkap +
2016
S62651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fasullo, Oscar T.
New York: McGraw-Hill Book , 1965
546.723 FAS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Luasnya aplilfasi aluminium dalam kelzidzqmn selzari-lmri memunculkan tcmtangun Serta peluung baru, yairu bagaimana nzenunerralmnkan kualitas produk-produk aluminum. _Te/mologi yang digunalcan dalam usaha menynroreksi aluminium l¢3hS'(3blll ialah anodixasi. Melalui pro.s'¢{,s' eleklrokimia unluf: menqnrocluksi lapisrm npis olrsiclu pada permulcaau aluminium, sclain mampu meredulcvi fceceparan korosi, tekrmlogi terxebur memberilrcm karakterisrili permulman yang dapar diwamai sesuai dengan ngjuun dekorasi
Sa/all saw proses anodisasi ialah anodisasi ripe II dengan elekrralir usam sulfur 20nC. fegangan 15 volt dan rapa! arus I-l,5 A/dmz. Jenis pruses an0d'isu.s‘i asain suU`af dipilih lrarena prose.s'nyu yang memeriukan ala! serif: bahan yang mudah d1peroleh.s'er'ra sesuai dengan fllflldff dekorasi.
Penclirian lfali ini inenekankcm padcr pemcmfaarcm izilai-nilai optimal atus parameter proses yang Ielalz digariskcm oleli lirerarur, uniuk menglmsilkan pmdulc unodisusi berikuf pewarnaarmyu. Parumerer proses yan-_sg dimuksud dicmfurwlvu iululr, lconsenrrasi elekrroiii usam suU'ar sebesar 15%, rapai arus yang dipergzmakan J- 1,5 A-klnrg, .Sullu eleklrolir .vcbesar ZOUC, fegangan 15 vol! Serta merodu pewamaan czfm-'e coloring (pewarnaan celzqo) K;Cr2()7pada sulfu 500C.
Anodisavi diarahkan untuk nxenglzasilkan ketebalan Iapisan oksida sebesar 17 milcron yang merupakan kefehalun mukeimum yung dapar dilmsilkan melalui proses mr0¢lisusi usam sulfur. Melalui penganmran was lcelebalan, pewarnaau _vang nzerzgalraxilkan warna kzming kecmasun yung baik dapar dqaeroleh "
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharnita Chandra Jasrizal
"ABSTRAK
Salah satu zat pencemar udara yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup adalah zat belerang yang terdapat di dalam bahan bakar. Kadar belerang di dalam bahan bakar sangat bervariasi berkisar dari kadar yang sangat rendah sampai berkadar tinggi sekitar 7 %. Kehadiran senyawa belerang di dalam bahan bakar sangat tidak disenangi karena semakin tinggi kandungan belerang maka semakin rendah mutu bahan bakar di samping dapat merugikan bagi seluruh makhluk hidup karena menghasilkan gas-gas yang bersifat racun seperti hidrogen sulfida (H2S) dan sulfur dioksida (SO2).
Pencemaran oleh sulfur dapat menyebabkan terjadinya kehidupan akuatik, merusak tanaman dan tumbuh-turnbuhan, selain itu juga dapat menyebabkan korosi pada berbagai barang yang terbuat dari logam, kerusakan pada bahan bangunan maupun tekstil. Sedangkan terhadap kesehatan manusia dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kerusakan sistem pernafasan.
Salah satu usaha untuk mengatasi kandungan sulfur yang tinggi dalam minyak bumi adalah dengan memanfaatkan aktivitas mikroba, di mana mikroba tersebut menggunakan sulfur dari minyak bumi sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Untuk mendapatkan hasil optimal dalam menurunkan kandungan sulfur dalam minyak bumi, maka diperlukan jenis bakteri yang efektif dalam suatu kondisi yang optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut agar upaya penurunan kandungan sulfur dalam minyak bumi dapat dioptimalkan.
Tujuan percobaan ini adalah a). Untuk memilih bakteri yang efektif menurunkan kandungan sulfur dalam minyak bumi; b). Untuk mendapatkan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri sulfur.
Hipotesis kerja yang diajukan adalah :
1. Bakteri thiobacillus thioparus, thiobacillus neapolitanus dan kultur campuran dapat menurunkan kandungan sulfur dalam minyak bumi.
2). Pengaturan suhu dan aerasi yang tepat dapat menghasilkan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri sulfur.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Bidang Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 1996.
Percobaan ini adalah percobaan faktorial dengan dua ulangan dengan menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap. Sebagai faktornya adalah aerasi, terdiri dari aerasi normal dan aerasi terbatas, temperatur terdiri dari 30C, 35C, 40C dan 45C serta bakteri terdiri dari thiobacillus thioparus, thiobacillus neapolitanus dan kultur campuran.
Analisis data dilakukan dengan uji statistik ANOVA untuk menguji keberartian variabel pada perlakuan, sedangkan untuk melihat interaksi antar perlakuan yang menunjukkan perbedaan yang nyata dilakukan uji jarak herganda Duncan. Untuk melihat hubungan antar venial-tiel dilakukan analisis regresi linear. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah populasi tertinggi sebesar 131,5 x 106 sel/ml dicapai pada kondisi aerasi terbatas, suhu ± 35°C dan kultur campuran. Reduksi sulfur tertinggi adalah 31,1% dicapai pada kondisi aerasi normal, suhu 35°C dan kultur campuran, sedangkan bakteri yang paling efektif dalam menurunkan sulfur adalah kultur campuran.
Hasil analisis regresi, menunjukkan bahwa suhu berkorelasi negatif dengan reduksi sulfur, kecuali untuk bakteri thiobacillus neapolitanus pada kondisi aerasi normal terdapat korelasi positif. Suhu berkorelasi negatif pula dengan populasi dan pH sedangkan populasi dengan reduksi sulfur berkorelasi positif.
Dari hasil penelitian ternyata bahwa ketiga jenis bakteri sulfur yang diuji dapat digunakan untuk menurunkan kandungan sulfur dalam minyak bumi sehingga dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan sebagai akibat penggunaan minyak bumi yang mengandung sulfur.
Pengurangan kadar belerang pada bahan bakar minyak bumi sebelumnya telah dilakukan secara konvensional dengan cara hidrodesulfurisasi dan sebagainya, akan tetapi cara ini membutuhkan suhu dan tekanan tinggi serta peralatan yang mahal sehingga biaya operasinya tinggi. Dengan cara biodesulfurisasi pengurangan kandungan sulfur dalam minyak bumi diharapkan dapat dilakukan sebelum proses pengolahan sehingga minyak bumi yang akan diolah kandungan sulfurnya sudah herkurang dengan demikian dapat menghindari terjadinya korosi pada peralatan yang digunakan disamping itu cara ini tidak mcnggunakan suhu dan tekanan tinggi sehingga diperkirakan biaya operasi akan lebih murah serta akrab lingkungan.Untuk menunjang hal ini dituntut kesadaran dari para industriawan untuk melakukan inovasi dan penerapan teknologi akrab lingkungan.

ABSTRAC
One of the air pollutants which is very dangerous to the environment is the sulfur content in the fuel. Sulfur concentration in the fuel varies, ranging from the very low to high concentrations of about 7%. The presence of sulfur compounds in the fuel is very much disliked. This is clue to the fact that the higher the content of sulfur the lower the quality of the fuel. In addition, it could be detrimental to all living organisms. Such condition could be brought about due to the production of toxic gases such as hydrogen sulfur (H2S) and sulfur dioxide (SO2).
Pollution due to sulfur compounds can cause acid rain which can damage various forms of aquatic life, reduce the production of crops and plantations. Besides, it also causes corrosion of materials made of metal and the damage of building materials as well as textiles. Furthermore, to human health, it can also cause eye irritation and damage of the respiratory tract system.
One way to overcome the high sulfur content in the oil is by making use of microbial activity. The microbes use the sulfur in the oil as a source of energy for its growth. To get the optimum results of reducing the sulfur content in the oil, the type of effective bacteria is needed so that optimal reduction of the sulfur content in the oil can be gained.
The objectives of this experiment are as follows: a) to choose the effective bacteria in reducing the content of the sulfur in crude oil: b) to get the optimum condition for the growth of the sulfur bacteria. The hypotheses are formulated as follow:
1) the ThiobaciLLus thioparus, ThiobaciLLus neapolitanus bacteria and the mixed culture can reduce the sulphur content in the crude oil;
2) the precise control of temperature and aeration can produce an optimal condition for the growth of the sulfur bacteria.
This research was conducted in the Biotechnology Laboratory, Process Technology Research and Development Division, Research and Development Centre for Oil and Gas Technology (PPPTMGB "LEMIGAS"), from June to December 1996.
This experiment is a factorial experiment with two replications by using a complete random plan experimental design. The factors include the aeration which consists of normal aeration and limited aeration, with temperatures of 30°C, 35°C, 40°C and 45°C as well as bacteria consisting of Thiobacillus thioparus, Thiabacillus neapollitanus and mixed culture.
Data analysis was conducted by using ANOVA for testing the variable significance of the treatment, while the significant interactions among the treatments were conducted by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The relationship between the variables were analyzed by linear regression analysis.
The results of the experiment showed that the highest number of the population of 131,5x100 cell/ml can be achieved at the condition of limited aeration, with the temperature of 35°C and mixed culture. The highest reduction in the sulfur of 31.1% can be achieved at the condition of normal aeration, with the temperature of 35°C and mixed culture while the most effective bacteria in reducing the sulfur was a mixed culture.
The relationship between the variables were analysed by linear regression analysis. The results showed that: (1) there is a negative correlation between temperature and population. (2) there is a negative correlation Between temperature and sulphur reduction, except for thiobaccilus neapolitanus in normal aeration where there is a positive correlation. (3) there is a positive correlation between population and sulfur reduction.(4) there is a negative correlation between temperature and pH.
The results of this research showed that the three types of sulfur bacteria which were tested can be used to reduce the sulfur content in the terrestrial oil so that pollution and environmental damage can be reduced as a result of using terrestrial oil which contains sulfur.
The reduction of sulfur concentration in the oil was carried out conventionally by hydrodesulphurization. However, this method needs high temperature and pressure as well as expensive equipment; therefore, high operational cost is needed. By biodesulphurisation, the reduction of sulfur content in crude oil could be done before the refinery process. Thus it is hoped that it will reduce the corrosion of the equipment in the refinery plant. Besides, no high temperature and pressure are used, thus it is estimated that the operational cost will be cheaper and it is more environmentally friendly. To encourage the implementation of cleaner production, the awareness of the industrialists plays an important role.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariny Rosyada Azmy
"Pembakaran batu bara di pembangkit listrik menghasilkan polutan yang salah satunya sulfur dioksida. Sulfur dioksida dapat menyebabkan batuk, sakit tenggorokan, mengi, sesak napas, sesak dada hingga menyebabkan edema, bronkopasme, dan pneumonitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besaran risiko kesehatan pada pekerja akibat pajanan konsentrasi SO2 pada pekerja di PLTU Suralaya. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 pekerja yang diambil secara purposive sampling. Hasil pengukuran sulfur dioksida rata-rata di empat titik sebesar 0.0335 mg/m3 dan masih dibawah baku mutu. Hal penelitian ini menunjukkan nilai intake dari pajanan SO2 pada pekerja didapatkan nilai rata-rata sebesar 0.00047 mg/kg/hari sedangkan nilai besaran risiko yang didapatkan sebesar 0.0187 yang artinya tingkat risiko pada pekerja masuk ke dalam kelompok aman. Hasil proyeksi terhadap tingkat risiko pada tahun ke 5 hingga tahun ke 30 mengalami peningkatan. Pekerja juga mengalami gejala gangguan pernapasan diantaranya batuk, dahak, sesak napas, mengi, nyeri dada, dan napas berat. Pentingnya upaya preventif pada pekerja di PLTU agar dapat meminimalisir pajanan SO2 dengan menggunakan APD serta pihak PLTU dapat mengembangkan teknologi modern agar meminimalisir polutan akibat pembaran batu bara.

Burning coals in power plants produces pollutants, one of which is sulfur dioxide. Sulfur dioxide can cause coughing, sore throat, wheezing, shortness of breath, chest tightness, edema, bronchospasm, and pneumonitis. This research aims to estimate the amount of health risk in workers due to exposure to SO2 concentrations in workers at the PLTU Suralaya Banten. This research uses the Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method. The sample in this research was 7 workers who were taken by purposive sampling. The average sulfur dioxide measurement results at four points are 0.0335 mg/m3 and are still below the quality standard. The results of this research indicate that the intake value of SO2 exposure in workers obtained an average value of 0.00047 mg/kg/day while the value of the magnitude of risk obtained was 0.0187 which means that the risk level for workers is included in the safe group. The results of the projections of the level of risk in the 5th to 30th years have increased. Workers also experience symptoms of respiratory problems including chough, phlegm, shortness of breath, wheezing, chest pain, and heavy breathing. The importance of preventive efforts for workers at PLTU in order to minimize SO2 exposure by using PPE and the PLTU can develop modern technology to minimize pollutants due to coal burning
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Adriana
"Senyawa belerang merupakan salah satu jenis senyawa
nonhidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi. Senyawa
belerang dapat membawa dampak negatif, bila masih terkandung
dalam minyak bumi. Dampak negatif tersebut antara lain: hujan
asam, korosi, dan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Hidrodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi yang
telah biasa dilakukan, namun teknik ini hanya dapat
berlangsung apabila tersedia energi (panas dan tekanan) yang
tinggi. Biodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi baru
yang sekarang sedang dikembangkan yang diharapkan dapat
diterapkan dengan lebih baik, efisien, ramah lingkungan, dan
menguntungkan dibandingkan teknik Hidrodesulfurisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar
belerang yang terkandung dalam. Iranian Crude Oil dengan
menggunakan teknik biodesulfurisasi. Bakteri yang digunakan
adalah Thiobacillus thioparus dan Thiobacillus neapolitanus.
Kondisi optimum dari teknik biodesulfurisasi ditentukan untuk
meningkatkan aktivitas bakteri memetabolisme senyawa belerang,
sehingga dapat memperbesar persentase penurunan kandungan
belerang dalam minyak bumi Hasil persentase penurunan kandungan belerang dalam minyak
bumi berkisar antara 1,35%-11,74%. Penurunan kandungan
belerang juga terjadi pada media yaitu berkisar antara 4,90%-
22,34%. Pemberian aerasi secara simultan dalam jumlah ± 5
L/menit dapat meningkatkan penurunan kandurigan belerang baik
dalam minyak bumi maupun dalam. media dibandingkan dengan
perlakuan aerasi lain (penggojokan dan pengadukan). Pemberian
komponen nutrisi tambahan (N dan P dari NH 4NO3 dan (NH4)2HPO4)
sebanyak 1% (b/v) ke dalam media dapat meningkatkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam. media dari 4,90% menjadi
9,42% (Thiobacillus neapolitanus) dan dari 18,57% menjadi
22,34% (Thiobacillus thi pparus). Sedangkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam minyak bumi meningkat dari
5,08% menjadi 11,74% (Thiobacillus thioparus) dan dari 1,35%
sampai 6,88% (Thiobacillus neapolitanus). Dengan memperpanjang
waktu inkubasi dapat meningkatkan persentase penurunan
kandungan belerang, waktu inkubasi yang digunakan hanya selama
2 hari (48 jam). Data di atas menunjukkan bahwa Thiobacillus
thi pparus dan Thiobacillus neapolitanus cukup potensial untuk
melakukan biodesulfurisasi pada minyak bumi. Pemberian kondisi
yang paling optimum untuk proses biodesulfurisasi akan
meningkatkan persentase penurunan kandungan belerang. Hasilhasil
yang didapat dari penelitian ini hanya merupakan satu
langkah dari serangkaian studi guna menyempurnakan teknik
biodesulfurisasi. Penyempurnaan tersebut diperlukan agar
biodesulfurisasi dapat diterapkan sama baiknya dengan
hidrodesulfurisasi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indra Saputra
"Tingkat impor sulfur Indonesia terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini diakibatkan produksi sulfur dalam negeri yang tidak dapat memenuhi demand sulfur dalam negeri dan kurangnya eksplorasi proses produksi sulfur. Sekitar 70%
dari sulfur yang ada saat ini diproduksi dengan Proses Claus sebagai by-product proses pengolahan petroleum dan minyak bumi. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan terbatasnya eksplorasi penambangan sulfur menjadi pertimbangan peningkatan proses produksi sulfur Indonesia. Indonesia sebagai daerah Ring of Fire memiliki kekayaan melimpah berupa batu sulfur alam melimpah hanya digunakan sebagai campuran semen ataupun cinderemata. Salah satu metode pemurnian sulfur dari batuan sulfur alam yang ada saat ini ialah Proses Frasch yang memerlukan biaya investasi dan operasional yang besar. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan proses sulfur dari batuan sulfur alam dengan menggunakan modifikasi Proses Frasch berupa sistem batch. Proses ini dirancang untuk industri kecil menengah di mana digunakan autoclave dengan uap air sebagai media pengekstraksi. Pada penelitian ini, didapatkan yield dan tingkat kemurnian optimum sulfur yang diekstraksi dengan modifikasi Proses Frasch terhadap beberapa variabel seperti ukuran mesh,
suhu, rasio air per batu sulfur, dan waktu ekstraksi. Penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif proses untuk mengekstraksi sulfur dari batuan sulfur menggunakan sistem batch berupa autoclave.

Indonesia's sulfur import rates is increasing annually. The reason of the increases are Indonesia domestic sulfur production can't fulfill domestic sulfur
demand and lack of sulfur production process exploration. About 70% of sulfur that has been produced nowadays used Claus Process which are byproduct of oil and petroleum industry. But, decreasing amount of fossil fuel resources and limited exploration of sulfur production processes are some factors to consider to increase domestic sulfur production. Indonesia as Ring of Fire area has so many
natural resources, one of them is sulfur which barely used as mixture of cements or souvenir. One of purification method to produce sulfur from sulfur ores is Frasch Process which needs big investment and operational cost. Therefore, in this research are designed sulfur purification method from sulfur ores using Modified Frasch Process in form of batch system. This process is designed to be suitable for low-medium scale industry which using autoclave with pressurized steam as extraction medium. In this research will be obtained optimum condition to extract sulfur using modified Frasch Process towards some variables such as mesh filter size, water volume per grams sulfur ores ratio, extraction temperature, and extraction time. It is hoped that this research could give alternative process to extract sulfur from sulfur ores using autoclave as batch system.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiano Fuadi
"ABSTRAK
Reduksi karbotermik nikel laterit dengan penambahan sulfur adalah salah satu inovasi untuk meningkatkan produksi nikel dunia. Sulfur dapat meningkatkan recovery nikel melalui pembentukan senyawa sulfida yang mampu meningkatkan pertumbuhan partikel logam dan menghambat terperangkapnya nikel di dalam forsterit. Penelitian ini menerapkan penambahan sulfur murni pada campuran nickeliferous sintetis dan reduktor batu bara subbituminous. Ball mill dan mortar digunakan untuk mengoptimalkan pencampuran. Penambahan sulfur pada campuran menggunakan mortar menurunkan recovery nikel dari 21,55% menjadi 12,14%. Namun untuk penambahan sulfur dan pencampuran menggunakan ball milling selama 10 jam, terjadi peningkatan recovery mencapai 31,10%. Hasil karakterisasi XRD dan struktur mikro menggunakan SEM menunjukkan ikatan antara nikel dengan sulfur membentuk NiS. Unsur besi sebagian besar masih dalam bentuk senyawa oksida dan hanya sedikit yang membentuk feronikel. Pencampuran nickeliferous sintetis menggunakan ball mill akan diamati keefektifannya untuk menyerupai bijih nikel laterit yang terbentuk dari alam.

ABSTRACT
The addition of sulfur on carbothermic reduction of nickel laterite ore is one of the innovations to increase world nickel production. Sulfur can improve the recovery of nickel by the formation of sulfide compounds that increase metal particle growth and inhibit the trapping of nickel in forsterite. This research applies the addition of pure sulfur in a mixture of synthetic nickeliferous and subbituminous coal as reductant. Ball mill and mortar were used to optimize mixing. The addition of sulfur on mixture by a mortar mixing decreased nickel recovery from 21.55% to 12.14%. But for the addition of sulfur by ball milling process for 10 hours, there was an increase of recovery to 31.10%. Results of XRD and SEM characterization shows the bond between the nickel with sulfur to form NiS. The iron is still largely in the form of oxides and a few forms of ferronickel. The effectiveness of synthetic nickeliferous mixing by ball mill will be investigated in order to correspond with laterite nickel ore.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>