Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Bida
"ABSTRAK
Masalah kualitas kehidupan kerja sangat erat kaitannya dengan masalah psikososial, dimana hal ini dapat dikatakan sebagai penyebab atau pencegah timbulnya penyakit serta kecelakaan ditempat kerja. Bukti-bukti yang didapat dari catatan bagian SHEA (Safety, Health and Environment Affairs) di lapangan block-B, kepulauan Natuna tahun 1993 dan 1994, menunjukkan terjadinya peningkatan frekuensi first aid case dari 35 kasus menjadi 55 kasus, lost work day case dari 0 kasus menjadi 1 kasus, fatality case dari 0 kasus menjadi 1 kasus dan penyakit dengan gejala tidak spesifik dari 981 kasus menjadi 1193 kasus. Hal ini merupakan indikasi adanya stres kerja.
Untuk mendapatkan gambaran tentang stres kerja pada karyawan dilepas pantai dilakukan studi "kros seksional" yang mencoba mengkaji hubungan faktor intrinsik pekerjaan, faktor ekstrinsik pekerjaan dan faktor rumah tangga dan mencoba melihat kedudukan masing-masing faktor tersebut. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan Conoco dan kontraktor di block-B. Cara pengumpulan data menggunakan teknik "self report measure" melalui kuesioner univariat, kai-kuadrat dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 116 responden (42.33%) dari populasi sebanyak 274 orang tergolong stres kerja. Terdapat 7 faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan stres kerja. Ke 7 faktor tersebut adalah berupa beban kerja yang tinggi (P = 0.010070), gaji yang tidak adil (0.03480), peraturan perusahaan yang dianggap buruk (0.00011), rasa keterpencilan (0.00035), hubungan dengan atasan (0.000810), rekreasi dan olah raga yang kurang (0.03429), dan faktor rumah tangga (0.002). Sedangkan faktor waktu kerja, pekerjaan monoton, task, promosi, rasa takut terhadap bahaya kecelakaan, serta hubungan sesama rekan sekerja tidak terbukti berhubungan dengan stres kerja. Kecenderungan mendapatkan stres kerja akan meningkat 2-3 kali pada responden yang mempunyai persepsi berupa hubungan rumah tangga buruk, hubungan dengan atasan yang buruk, rasa keterpencilan, dan beban kerja yang tinggi. Dilain pihak, faktor rasa keterpencilan mempunyai hubungan yang paling kuat dengan stres kerja (R = 2.3375), hubungan dengan atasan yang buruk (R = 1.8247) dan yang terakhir peraturan perusahaan yang buruk (R = 0.4081).
Saran adalah mengingat keterbatasan penelitian seperti kerangka konsep yang diajukan belum dilakukan analisa faktor, kuesioner belum diuji dengan baik dalam hal validitas dan reabilitas dan sebagainya, maka diusulkan untuk dilakukan penelitian lebih mendalam guna mendapatkan hasil yang lebih baik untuk program intervensi.

ABSTRACT
Psychosocial factors are recognized as determinant factor in quality of the working life and to be critical in the both the causation and the prevention of disease or accident in work place. Based on the 1993 and 1994 Safety, Health and Environment Affairs (SEA) base data indicated that some kind of accident and disease increased respectively, such as 35 of first aid case in 1993 compared to 55 cases in 1994, zero lost workday case in 1993 compared to 1 case in 1994, zero fatality case in 1993 compared to 1 case in 1994 and 981 cases of unspecific symptoms of disease compared to 1193 cases in 1994.Those indicated the occupational stress among employees.
In order to get the figure of occupational stress among offshore employees, a "cross- sectional" study has been conducted to evaluate the relationships of factors intrinsic to the job, factors extrinsic to the job, and home arena and the ranking of those factors. All block-B offshore national Chinook and contractor employees will be the population of study (274 person). Questioner is used for gathering the data through out "self report measure" based on "life event scale". Furthermore, the data will he analyzed by using of univariat, bivariat and logistic regression method.
There were 116 person suffered from occupational stress. And 7 from 13 independent variables indicated having significant relationship. Those mentioned factors are work over load (p=0, 010070), unfair salary (p=0,03480), unrealistic of company policy (p=0,00011), sense of remotely area (p=0,00035), bad relationship with supervisor (p=0,000810), unbalance of sport and recreation (p=0,03429) and home arena (p=0,002). On the contrary, some factors like over time, aspect of job monotone, task, promotion wise, accident risk, and individual relationship among the workers indicated no significant relationship to occupational stress. Beside, sense of remotely area showed the strongest relationship to occupational stress (R=2,3375), and then followed by bad relationship with supervisor (R=1,8247), and the last thing is an unrealistic of company policy (R=0,4081).
It's considered that some limitation was found in the study. Therefore, it's suggested that factor analysis should be applied to the frame concept and questioner in the next research.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulil Azmi
"HRSG merupakan peralatan yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap pada temperatur dan tekanan tertentu. Peralatan ini terdapat pada PLTGU yang menggunakan siklus kombinasi. Pada HRSG terdapat daerah LP evaporator, yang merupakan alat dengan fungsi untuk menaikkan temperatur air ke titik didih. Daerah LP evaporator ini terdiri dari susunan pipa-pipa yang bekerja pada temperatur dan tekanan tinggi. Hal ini mengakibatkan seringnya terjadi kebocoran khususnya pada daerah elbow. Kebocoran ini dapat dianalisa dengan menggunakan simulasi CFD.
Dari analisis didapatkan kesimpulan bahwa kebocoran tersebut disebabkan oleh kavitasi. Kavitasi menyebabkan terjadinya tumbukan oleh gelembung uap yang pecah pada daerah yang memiliki tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Tumbukan tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan terbentuknya lubang-lubang kecil pada dinding elbow.

HRSG is the component of combined cycle power plant which produces steam. The HRSG have low pressure evaporator area which have function to increase water temperature until reach boil point. In low pressure evaporator, the tubes always work in high temperature and high pressure. This condition cause leakage especially in the elbow. The leakage can analyze with CFD simulation.
Base on analys of CFD simulation result, the leakage caused by cavitation. Cavitation cause crush by break's steam bubble which have higher pressure than the pressure of vapor saturated fluid. The crush occurs continually and causes damage in elbow's wall.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41223
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anas
"Male thread connection ( pin thread connection ) 5 % Full Hole merupakan area yang paling rentan terjadi kerusakan retak (crack failure), yang Salah Satunya disebabkan dengan adanya pemusatan tegangan disaat menerima pembebanan. Sehingga untuk menghindari terjadinya kerusakan padanya, dilakukan suatu modifikasi desain, dengan tujuan agar tidak terjadi lagi pemusatan tegangan pada area kritis. Langkah modifikasi yang dilalcukan adalah dengan menambahkan relief groove pada pin connection, yaitu menurunkan diameter pada pin neck length dari kondisi standar. Perubanhan penurunan diameter pin neck length dari kondisi standar itu dilakukan beberapa kali, yang kemudian dianalisa dengan menggunakan simulasi komputasi metode elemen hinnga, dengan pembebanan bengkok dan puntir. Pada analisa terhadap setiap desain hasil modifikasi tersebut dilakukan pengamatan terhadap teijadinya tegangan maksimum serta besarannya. Dari data yang ada memberikan hasil bahwa penambanhan relief groove atau penurunan diameter pin neck length, meniadakan terjadinya tegangan maksimum pada area kritis, yaitu dilembah profil thread. Tegangan mal-csimum yang teljadi setelah pembcbanan bergeser ke area yang lebih halus dan luas kontumya, yailu di area relief groove. Sehingga hal itu akan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan retak pada area kritis (lembah thread). Juga dengan penambahan relieg groove, kemampuan mulumya lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa penambahan relief groove pada male thread connection akan meningkatkan kemampuan defleksi (pemuluran) sehingga pada pengoperasiannya akan lebih aman digunakan pada pengeboran yang terjadi banyak belokan (pengeboran tidak sederhana)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahirah Lesnia Wibawati Chamsud
"Pada umumnya pipa digunakan untuk membawa dan mengalirkan fluida yang bekerja di bawah tekanan internal, eksternal, maupun keduanya. Adanya tekanan ini akan menimbulkan sebuah tegangan pada sistem perpipaan, namun tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan harus kurang dari tegangan yang diijinkan berdasarkan kode ASME (American Society of Mechanical Engginering). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan menggunakan tiga jenis material yang berbeda berdasarkan beban sustain dan beban termal yang diberikan, sehingga dapat diketahui material yang memiliki performa unggul ketika diberikan faktor beban. Ketiga material yang dijadikan bahan uji diatur oleh sebuah kode ASME B31.3 mengenai pipa proses, dalam penelitian ini dilakukan perhitungan dengan bantuan software analisa tegangan CAESAR II. Hasil analisa berdasarkan nilai rasio tegangan sustain dan ekspansi termal menunjukkan performa material baja karbon (A-106 Gr.B) lebih baik daripada material baja paduan (A-335 P5), dan baja tahan karat (A-312 TP-304) dengan syarat fluida yang mengalir pada sistem perpipaan tidak bersifat korosif.
Hasil ini ditunjukkan berdasarkan nilai rasio tegangan sustain terkecil material A-106
Gr.B bernilai 5,8% dan untuk nilai tegangan ekspansi termal ditentukan berdasarkan beban suhu tertinggi yaitu sebesar 350!C dimana pada material A-106 Gr.B
menunjukkan nilai tegangan ekspansi termal terkecil sebesar 127251090,4 N/m" dengan rasio 40%.

In general, pipes carry and flow fluids that work under internal, external, or both pressure. This pressure will cause stress in the piping system. Still, the stress that occurs in the piping system must be less than the allowable stress based on the ASME (American Society of Mechanical Engineering) code. This research was conducted to know the stress values that occur in the piping system using three different types of material based on the sustained load and the applied thermal load so that it can be known which material has superior performance when given a load factor. The three materials are regulated by an ASME B31.3 code regarding pipe processes. In this study, calculations will be using CAESAR II stress analysis software. The results of the analysis based on the value of the ratio of sustain stress and thermal expansion show that the performance of carbon steel
material (A-106 Gr.B) is better than alloy steel material (A-335 P5) and stainless steel (A-312 TP-304) provided that the fluid in the piping system is not corrosive. These results are based in the smallest percentage of sustain stress ratio of material A-106 Gr.B is 5,8%. For the value of thermal expansion stress determined based on the highest temperature load of 350!C where the value of stress material A-106 Gr.B is 127251090,4 N/m" and
the percentage of stress ratio is 40%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soemono
Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1980
624.176 SOE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mumuh Rohana
"Skripsi ini membahas mengenai besarnya tegangan, beban, dan pergeseran nozzle pada pompa sentrifugal sistem pemipaan Amonia Unitized Chiller. Perilaku pada sistem pipa ini digambarkan oleh parameter-parameter seperti besarnya tegangan, beban, pergeseran, momen, suhu, beban seismik dan parameter lainnya.
Analisa dilakukan dengan mengacu kepada kode ASME B31.3 dan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Caesar II versi 5.0. Hasil dari analisa ini adalah untuk mendapatkan sistem pemipaan yang aman ditinjau dari berbagai parameter sehingga pipa dapat dioperasikan pada ketentuan yang telah dipilih.

The focus of this study is concerning in stress, load, and nozzle displacement at centrifugal pump on piping system at Ammonia Unitized Chiller. Piping system behavioral described by calculations such as stress value, load, displacement, moment, temperature, seismic load, and other calculations.
This analysis performed in accordance with ASME B31.3 and Caesar II software ver. 5.0. Result of this analysis is to get save piping system which evaluated from many parameters so this piping system can be operated based on code selected.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50905
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Pratama
"Mahalnya harga baja yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 mengharuskan kita mencari cara agar produksi tetap berjalan. Salah satunya yaitu dengan optimasi, akan tetapi lamanya waktu optimasi menimbulkan masalah baru pada hal tersebut. Pada penelitian ini penulis mencoba melakukan optimasi pada struktur kapal dengan menggunakan persamaan Axial Stress dan Bending Stress. Penelitian ini dilakukan pada struktur plat geladak dengan 2 kondisi pembebanan yang berbeda, yaitu beban distribusi merata dan beban tarik. Pada penelitian ini didapatkan bahwa optimasi yang dilakukan dengan menggunakan persamaan axial stress lebih cepat 54% dibandingkan optimasi yang menggunakan persamaan bending stress. Selain itu, pada penelitian ini juga sukses menurunkan berat model sebesar 38% pada kondisi 1 dan sebesar 51% pada kondisi 2.

The high price of steel caused by the Covid-19 pandemic requires us to find ways to keep production running. One of them is optimization, but the length of time for optimization creates new problems in this regard. In this study, the author tries to optimize the ship structure using the Axial Stress and Bending Stress equations. This research was conducted on the deck plate structure with 2 different loading conditions, namely uniform distribution load and tensile load. In this research, it was found that the optimization using the axial stress equation was 54% faster than the optimization using the bending stress equation. In addition, this study also succeeded in reducing the model weight by 38% in condition 1 and by 51% in condition 2 ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidun Adam
"Alat berat membutuhkan kualitas dan kehandalan yang tinggi untuk menunjang produktivitas dan kepuasan pelanggan. Konstruksi utama rangka pada alat berat terbuat dari material baja pelat dan coran yang disambungkan melalui proses pengelasan Gas Metal Arc Welding (GMAW). Kondisi saat ini, produsen belum melihat tegangan sisa dari proses manufaktur sebagai pertimbangan khusus terhadap kualitas produk. Pada penelitian ini, pelat baja SM490 berukuran 200x100 mm disambungkan dengan pengelasan robot GMAW secara butt joint single V 45. Kawat las AWS A5.18-05 ER70S-G berdiameter 1,4 mm digunakan dengan polaritas DCEP bersama gas pelindung CO. Masukan panas, tebal spesimen, dan perlakuan pengelasan divariasikan untuk mengetahui efeknya terhadap tegangan sisa dan sifat mekanik yang dihasilkan. Tegangan sisa diukur tanpa merusak menggunakan mesin portabel berbasis X-Ray Diffraction (XRD). Nilai kekerasan diuji dengan mesin uji keras Microvickers, kekuatan tarik diuji dengan mesin Universal Testing Machine (UTM), serta struktur mikro diamati dengan mikroskop optik strereo dan Electron Probe Micro Analyzer (EPMA). Hasil pengujian menunjukkan kenaikan masukan panas sebesar 350 J menit meningkatkan tegangan sebesar 50-90 MPa pada arah x. Peningkatan ketebalan hingga 30 mm, tidak memberikan perbedaan tegangan sisa yang signifikan. Namun, tebal 40 mm, tegangan sisa justru turun 250 MPa. Ketebalan spesimen hingga 40 mm memberikan penurunan tegangan sisa arah y hingga 400 MPa. Proses gerinda memberikan tegangan sisa tarik hingga 800 MPa lebih tinggi dari tegangan sisa spesimen 2 (tanpa perlakuan). Penambahan preheat dan postheat 150oC tidak memberikan efek terhadap tegangan sisa. Proses gerinda menurunkan tegangan sisa hingga 480 MPa. Hanya jet chisel yang konsisten memberikan tegangan sisa kompresi hingga 480 MPa pada arah x dan y. Kenaikan masukan panas hingga 350 J menit menyebabkan nilai kekerasan HAZ dan logam las turun hingga 50 HB. Ketebalan spesimen hingga 30 mm, cenderung meningkatkan kekerasan hingga 30 HB. Perlakuan preheat dan postheat mengurangi nilai kekerasan hingga 10 HB. Kebalikan dari itu, perlakuan jet chisel mampu meningkatkan kekerasan hingga 12 HB, terutama pada kampuh las. Berbagai variasi masukan panas, ketebalan, dan perlakuan pengelasan tidak memberikan perbedaan yang signifikan kekuatan tarik. Peningkatan ketebalan hingga 40 mm cenderung menurunkan kekuatan hingga 70 MPa. Perlakuan jet chisel memberikan tegangan sisa dan sifat mekanik paling optimal di antara preheat, postheat, dan gerinda.

Heavy equipment requires high quality and reliability to support productivity and customer satisfaction. The main frame construction on the machine is made of steel plate and castings which are connected through the Gas Metal Arc Welding (GMAW) process. Current conditions, manufacturers have not seen the residual stress from the manufacturing process as a special consideration to product quality. In this study, a 200x100 mm SM490 steel plate was connected by GMAW robots welding with a single V 45 butt joint. AWS A5.18-05 ER70S-G welding wire 1.4 mm in diameter is used with DCEP polarity and CO2 protective gas. Heat input, specimen thickness, and welding treatment are varied to determine their effect on residual stresses and mechanical properties. Residual stress is measured using a non destructive portable machine based on X-Ray Diffraction (XRD). Hardness values were tested with Microvickers Hardness Tester, tensile strengths with Universal Testing Machine (UTM), and microstructure was observed with optical strereomicroscope and Electron Probe Micro Analyzer (EPMA). The test results show an increase in heat input of 350 J / min increases the stress by 50-90 MPa in the x direction. Increased thickness up to 30 mm, does not provide a significant residual stress difference. However, 40 mm thick, the residual stress would drop 250 MPa. Specimen thicknesses of up to 40 mm provide a reduction in the residual stress in the y direction up to 400 MPa. The grinding process provides tensile residual stresses of up to 800 MPa higher than specimen 2 residual stress (without treatment). The addition of preheat and postheat 150oC had no effect on residual stress. The grinding process reduces the residual stress to 480 MPa. Only jets chisel that consistently provide compression residual stresses of up to 480 MPa in the x and y directions. Increase in heat input up to 350 J/min causes the HAZ hardness value and weld metal to decrease to 50 HB. Specimen thickness up to 30 mm, tends to increase hardness up to 30 HB. The preheat and postheat treatments reduce the value of hardness to 10 HB. In contrast, jet chisel treatment can increase the hardness to 12 HB, especially in weld joints. Various variations in heat input, thickness, and welding treatment do not provide a significant difference in tensile strength. Increasing thickness up to 40 mm tends to reduce strength up to 70 MPa. Jet chisel treatment provides the most optimal residual stress and mechanical properties between preheat, postheat and grinding."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Netriady
"Pada tanggal 10 Mei 1990, terjadi peristiwa runtuhnya sebuah jembatan di atas Kali Krasak akibat kebakaran truk tangki bahan bakar. Sampai saat ini masih terjadi kesimpangsiuran tentang mengapa dan bagaimana sebenarnya keruntuhan tersebut dapat terjadi.
Prof. Ir. Sidharta S. Kamarwan, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keruntuhan disebabkan turunnya batas tegangan leleh baja menjadi 50% akibat kenaikan temperatur hingga 300 oC yang mengakibatkan struktur rangka atas tidak mampu menahan gaya tekan yang terjadi, kemudian dilanjutkan oleh Arya Perdana menyimpulkan bahwa kegagalan struktur terjadi pada temperatur rata-rata 1125°C.
Setelah membaca laporan tersebut, penulis merasa tertantang untuk meneruskan hasil penelitian beliau lebih lanjut, yaitu dengan merekonstruksi peristiwa tersebut melalui membuat prototype percobaan kemudian dari hasil percobaan tersebut dilanjutkan dengan simulasi menggunakan program ANSYS V11.0, salah satu program simulasi terbaik berbasis analisa elemen hingga.
Percobaan dengan prototype berbasis pada teori keserupaan dengan menggunakan material aluminium dapat memberikan petunjuk bahwa deformasi struktur yang terjadi dimulai akibat terjadinya kenaikan temperatur pada elemen rangka jembatan yang diikuti dengan buckling pada beberapa titik lokasi.
Kegagalan struktur mulai terjadi pada suhu 600 °C memiliki nilai modulus elastisitas sebesar ±62000 Mpa, pada deformasi maksimum, nilai modulus elastisitas dari simulasi model jembatan krasak adalah 22000 MPa (11% dari Modulus Elastisitas awal).

On May 10, 1990, events in the collapse of a bridge Krasak by fire truck fuel tank. Until now there is still confusion about exactly why and how the collapse could occur.
Prof. Ir. Sidhartha S. Kamarwan, in his study concluded that caused the collapse of the yield stress is drop limit to be 50% due to a rise in temperature to 300 ° C which resulted in a frame structure above is not able to withstand compressive force occurs, followed by Arya Prime conclude that the failure of the structure occurs at temperatures average average 1125 ° C.
After reading the report, the authors feel challenged to continue his research further, by reconstructing events through prototyping experiments and from the results of the experiment followed by simulation using ANSYS V11.0 program, one of the best simulation program based on the finite element analysis.
Experiments with a prototype based on the similarity theory using aluminum materials can provide clues that the structural deformation that occurs due to the temperature rise begins in order to bridge the element followed by buckling at some point locations.
The failure of the structure began to occur at a temperature of 600 ° C has a modulus of elasticity values of ± 62 000 MPa, the maximum deformation, modulus of elasticity of simulation models Krasak bridge is 22 000 MPa (11% from early Modulus of Elasticity).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31895
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1991
S28001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>