Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendratni Sulistianti
"ABSTRAK
Telah diketahui bahwa pemakaian antibiotika- yang
tidak rasional dan terus menerus dapat menimbulkan keresistenan kuman terhadap antibiotika tereebut.
Karena itu usaha pencaharian antibiotika baru dilakukan secara terus menerus untuk mengatasi persoalan ini.
Penelitian mengenai "Aktifitas antibakteri Sefotak
Sim terhadap pelbagai kuman yang diasingkan dari penderita di Jakarta" merupakan salah satu usahfi ini dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai salah satu antibiotika pilihan pada situasi gawat dlmana pengobatan dengan antibiotika lain mengalami kegagalan.
Pada penelitian terhadap 500 strain kuman yang terdiri dari 30 strain Streptococcus alfa-haemolvticus. 20 strain Streptococcus beta-haemolyticus. 30 strain Streptococcus pneumonias, 30 strain Staphylococcus aureus. 20 strain Staphylococcus epidei-midis. 30 strain Escberichia coli, 30 strain Salmonella spp, 30 strain Proteus spp. 30 strain P_seudomonas spp. 30 strain Klebsiella snp. 20 strain Pifteroid, yang semuanya diasingkan dari para penderita yang datang dibagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Uni versitas Indonesia Jakarta, ternyata bahwa dari semua strain kuman yang diperiksa.Pseudomonas sun merupakan kuaan yang menuniukan persentase resistensi tinggi terhadap
Sefotaksim yaitu 6 strain ( 20% ), sedangkan kuman yang la in pada umumnya adalah sensitif terhadap Sefotaksim. Inx menunjukkan, bahv/a Sefotaksim secara keseluruhan efektif terhadap semua strain kujran yang dicoba, keruali untuk beberapa strain kuman Pseudomonas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Ervintari
"Temulawak (Curuma xanthorrizaRoxb.) telah terbukti memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans (S. mutans) dan Streptococcus sanguinis(S. sanguinis) single species. S. mutans dan S. sanguinissaling berkompetisi dalam biofilm.
Tujuan: Menganalisis pengaruh ekstrak etanol temulawak terhadap viabilitas dual speciesS. mutans dan S. sanguinis pada fase pembentukan biofilm yang berbeda.
Metode: Model biofilm S. mutans dan S. sanguinis diinkubasi selama 20 jam (fase akumulasi aktif) dan 24 jam (fase maturasi) pada suhu 37oC. Kedua model biofilm dipaparkan ekstrak etanol temulawak dengan konsentrasi 0,2%-25%, klorheksidin 0,2% sebagai kontrol positif, dan kultur bakteri tanpa intervensi sebagai kontrol negatif. Viabilitas bakteri dianalisis menggunakan uji MTT.
Hasil: Ekstrak etanol temulawak menurunkan viabilitas S. mutans dan S. sanguinis secara signifikan (p<0,05) mulai konsentrasi 0,2%. Viabilitas bakteri pada biofilm dual species Streptococccus fase akumulasi aktif lebih rendah dibandingkan fase maturasi. Efek antibakteri ekstrak etanol temulawak setara dengan klorheksidin 0,2%.
Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak dapat menurunkan viabilitas S. mutans dan S. sanguinis pada biofilm. Efek ekstrak etanol temulawak efektif pada fase akumulasi aktif.

Curuma xanthorriza (C. Xanthorrhiza) Roxb. extract had been reportedto have antibacterial effect against Streptococcus mutans (S. mutans) and Streptococcus sanguinis (S. sanguinis)single species. S. mutans and S. sanguinis are competing in the biofilm.
Objective: To analyze the effect of C. xanthorrhiza extract onthe viability of dual species S. mutans and S. sanguinis in differrent stages of biofilm formation.
Methods: S. mutans and S. sanguinis in dual species model biofilm was incubated for 20 hours and 24 hours at 37oC and exposed by 0.2%-25% C. xanthorrhiza ethanol extract, 0.2 % Chlorhexidine as a positive control, and bacterial culture only as a negative control. The viability of the bacteria was analyzed using the MTT assay.
Results: The java turmeric ethanol extract decreased the S. mutans and S. sanguinis viability significantly (p<0.05 ) started from concentrations 0.2%. The viability of bacteria in dual species biofilms Streptococccus in the active accumulation phase is lower than in the maturation phase. The antibacterial effect of C. xanthorrhiza ethanol extract is equivalent to 0.2% Chlorhexidine.
Conclusion: The C. xanthorrhiza ethanol extract can reduce the viability of S. mutans and S. sanguinis in the biofilm. The effectivity of C. xanthorrhiza ethanol extract is higher in the active accumulation phase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febia Karunia
"Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus adalah bakteri kariogenik penyebab terjadinya karies. Upaya pencegahan karies dapat dilakukan melalui penyikatan gigi dengan pasta gigi berbahan aktif.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penyikatan gigi menggunakan pasta gigi xylitol terhadap jumlah S. mutans dan S. sobrinus dalam plak dan saliva.
Metode: Plak dan saliva diambil dalam 4 waktu yaitu sebelum, setelah, 3 jam setelah, dan 9 jam setelah penyikatan gigi dengan dan tanpa pasta gigi xylitol. DNA sampel diekstraksi dengan metode thermal shock. Lalu, dilakukan deteksi dan kuantifikasi sampel menggunakan mesin real-time PCR.
Hasil: Rata-rata jumlah S. mutans dan S. sobrinus dalam plak setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi xylitol menunjukkan penurunan hingga 9 jam setelah sikat gigi. Sedangkan jumlah S. mutans dan S. sobrinus dalam saliva mengalami perubahan jumlah yang tidak pasti. Jumlah S. mutans dan S. sobrinus pada sampel yang diberi perlakuan memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pada sampel kontrol.
Kesimpulan: Jumlah S. mutans dan S. sobrinus dalam plak dan saliva yang diberi perlakuan penyikatan gigi menggunakan pasta gigi xylitol mengalami penurunan dibandingkan dengan sampel kontrol. Namun perbedaan ini tidak berbeda bermakna secara statistik.

Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus are cariogenic bacteria that cause dental caries. Brushing teeth with toothpaste which contains active ingredients is one of caries prevention.
Objectives: Identifying the effect of using a xylitol-containing toothpaste to the quantities of S. mutans and S. sobrinus in dental plaque and saliva.
Methods: The dental plaque and saliva is collected in before, right after, 3 hours after, and 9 hours after brushing with and without the xylitol-containing toothpaste. The samples DNA are extracted with thermal shock method. Then, the samples are detected and quantified by real-time PCR.
Results: In the dental plaque, the mean quantity of S. mutans and S. sobrinus are decreased until 9 hours after brushing. In saliva, the mean quantity of S. mutans and S. sobrinus changes uncertainly. For all samples, the mean quantity of S. mutans and S. sobrinus are lower than the control group.
Conclusion: The statistics of S. mutans and S. sobrinus are lower compared to the control group. No significant differences were observed between all quantity differences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Rahmatya Gita Isjwara
"Temulawak adalah tanaman unggulan Indonesia yang ekstraknya dapat mempertahankan pH biofilm S. mutans pada pH netral selama 4 jam dan memiliki efe antibakteri. Salah satu faktor risiko karies adalah biofilm Streptococcus pada permukaan gigi, yang dapat menimbulkan penurunan pH lingkungan hingga mencapai pH kritis. Pada pH kritis terjadi demineralisasi permukaan email gigi yang dapat mempengaruhi kekerasan mikro permukaan email gigi.
Tujuan: Membuat model biofilm Streptococcus dual species, serta menganalisis kekerasan mikro permukaan email dengan biofilm Streptococcus dual species setelah paparan ekstrak temulawak.
Metode: Membuat model biofilm dengan cara memaparkan S. sanguinis dan S. mutans (1:1) pada 24 well plate yang telah dilapisi pelikel dari saliva manusia, kemudian pH diukur dalam rentang waktu 1-24 jam. Dengan cara yang sama model biofilm dibuat pada sampel permukaan gigi manusia, kemudian dipaparkan ekstrak temulawak dan diinkubasi selama 4 jam. Kekerasan mikro permukaan email gigi diukur dengan alat Knoop Hardness Tester.
Hasil: Model biofilm Streptococcus dual species dapat mencapai pH kritis pada jam ke-16 dan bertahan sampai jam ke 24. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada selisih angka kekerasan kelompok perlakuan dengan kontrol 24 jam namun tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) selisih angka kekerasan kelompok perlakuan dengan kontrol 20 jam.
Kesimpulan: Model biofilm Streptococcus dual species dapat mencapai pH kritis. Ekstrak temulawak tidak dapat mempertahankan kekerasan mikro permukaan email gigi dengan biofilm Streptococcus dual species.

Java Turmeric is one of Indonesia's prominent herbal plants which extract can maintain S. mutans biofilm pH on neutral level for 4 hours and has antibacterial effect. One of caries risk factors is Streptococcus biofilm on tooth surface, which can cause a drop of environment pH until reaching the critical pH. On critical pH, tooth surface will undergo demineralization that affects micro hardness of the tooth.
Purpose: Making Streptococcus dual species biofilm model, and analyzing tooth surface micro hardness after exposure of java turmeric ethanol extract.
Method: Making biofilm model by mixing S. sanguinis and S. mutans (1:1) on a well plate that has been coated with pellicle from human saliva, the pH is then measured between 1-24 hours of incubation. With the same method, biofilm model is made on human tooth surface sample and java turmeric extract is then added and incubated for 4 hours. Tooth surface micro hardness is measured by Knoop Hardness Tester.
Result: Streptococcus dual species biofilm model can reach critical pH on the 14th hour and stayed the same until the 24th hour. There are significant differences (p < 0,05) between control and exposure groups with incubation time of 24 hours but no significant differences between control and exposure groups with incubation time of 20 hours.
Conclusion: Streptococcus dual species biofilm model could reach critical pH. Java turmeric extract could not maintain micro hardness of tooth surface with Streptococcus dual species.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Andyanti
"Lisat sel telah menarik perhatian untuk dijadikan bahan baku sediaan kesehatan karena struktur kimia jelas, parameter dosis aman, umur simpan lama, dan konten dari berbagai sinyal molekul. Lisat sel dapat diperoleh dari Streptococcus macedonicus MBF 10-2 yang ditumbuhkan dalam medium de Man Rogosa dan Sharpe MRS Vegitone. Streptococcus macedonicus dipilih karena terbukti menghasilkan asam laktat yang bersifat sebagai pelembab, antimikroba dan meremajakan kulit, eksopolisakarida, peptida antimikroba macedocin dan macedovicin, komponen intraselular bersifat antioksidan, enzim dan asam organik. Kultur sel dioptimasi lama fermentasi dan komposisi mediumnya untuk memperoleh produksi lisat yang ideal. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Komposit Pusat CCD dengan Response Surface Methodology RSM software Design Expert 7.0.0 dengan tiga faktor: dekstrosa 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 ; dan 3, proteose pepton vegetable 0,5 ; 0,75 ; 1 , 1,25 dan 1,5 serta lama fermentasi 15; 17; 19; 21 dan 23 jam. Analisis yang dilakukan: aktivitas Bacteriocin-Like Inhibitor Substance BLIS lisat sel dan pH lisat sel. Hasil perhitungan untuk respon aktivitas BLIS mengikuti persamaan model kuadratik dengan R2= 74,60 dan untuk respon pH lisat juga mengikuti persamaan model kuadratik dengan R2=78,73. Kondisi optimum produksi lisat menunjukkan konsentrasi dekstrosa optimal sebesar 2,5, proteose pepton vegetable optimal sebesar 1,25, lama fermentasi 17 jam dengan konsentrasi starter 10 dan nilai OD600nm 0,2 0,05.

Cell lysate has drawn attention to be raw material healthcare because of its clear chemical structure, safety dose parameters, long shelf life and the content of various signaling molecules. Cell lysate can be obtained from Streptococcus macedonicus MBF 10 2 in de Man Rogosa and Sharpe MRS Vegitone medium. Streptococcus macedonicus was chosen because has been proven to produce compounds such as lactic acid that has moisturizing, antimicrobial and rejuvenating effects on the skin, exopolysaccharide, antimicrobial peptide macedocin and macedovicin , antioxidant compounds, enzyme, and organic acid. Fermentation duration and medium composition of cell culture was optimazed to obtain ideal cell lysate production. Central Composite Design CCD was used as Response Surface Methodology RSM Design Expert 7.0.0 obtained from software with three factors dextrose 1 1,5 2 2,5 and 3, proteose peptone vegetable 0,5 0,75 1 , 1,25 and 1,5 and fermentation process duration 15 17 19 21 and 23 hours. Analysis parameter was Bacteriocin Like Inhibitor Substance BLIS activity analysis and pH of cell lysate. The result of calculation showed BLIS activity response had quadratic model with R2 74,60 and pH lysate response also had quadratic with R2 78,73. The optimum condition for lysate production shows optimal dextrose consentration 2,5 with optimal proteose peptone vegetable 1,25 , while optimal fermentation process duration was 17 hours with starter concentration was 10 and value OD600nm 0,2 0,05."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Rahmadhany
"Latar Belakang: Penelitian mengenai proporsi dan faktor prediksi karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A di faring belum banyak di Indonesia. Karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A tersebut dapat menjadi sumber penularan terutama untuk lingkungan terdekat. Pada individu yang rentan, demam reumatik akut dapat terjadi pasca-faringitis Streptococcus beta-hemolyticus grup dengan komplikasi jangka panjang yaitu penyakit jantung reumatik.
Tujuan: Mengetahui faktor prediksi dan proporsi karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A, mengetahui proporsi karditis subklinis dan mengetahui pola sensitivitas antibiotik terhadap Streptococcus beta-hemolyticus grup A.
Metode: Penelitian ini adalah studi analitik potong lintang di SDN 05 Manggarai Jakarta Selatan terhadap 201 subyek anak usia 6-12 tahun pada November-Desember 2019. Pada seluruh subyek tidak dijumpai riwayat infeksi saluran napas akut maupun riwayat penggunaan antibiotik dalam dua minggu terakhir dan tidak terdapat penyakit jantung bawaan/penyakit jantung reumatik. Subyek menjalani pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium (darah perifer lengkap, LED, CRP, ASTO, kultur usap tenggorok) dan ekokardiografi. Analisis bivariat faktor prediksi terdapatnya karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang bermakna dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik multipel. Hasil analisis multivariat dilaporkan sebagai odds ratio (OR).
Hasil: Dari 201 subyek, 54,7% subyek berjenis kelamin perempuan dan median usia adalah 9,6 tahun. Proporsi karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A dan proporsi karditis subklinis adalah 13,9% IK 95% (9,2%-18,6%) dan 0,5%. Faktor prediksi terdapatnya karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah pembesaran tonsil (p=0,03). Pembesaran kelenjar getah bening servikal, status ekonomi, status gizi, jumlah saudara kandung dalam 1 rumah, jenis kelamin, jumlah orang dalam 1 rumah, kondisi rumah, dan pendidikan ibu tidak terbukti menjadi faktor prediksi terdapatnya karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A. Pola sensitivitas antibiotik penisilin G, eritromisin, vankomisin, klindamisin, kloramfenikol, azitromisin, dan tetrasiklin terhadap Streptococcus beta-hemolyticus grup A berturut-turut adalah 100%, 89%, 86%, 75%, 68%, 68% dan 32%.
Simpulan: Proporsi karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A dan proporsi karditis subklinis adalah 13,9% dan 0,5%. Faktor prediksi terdapatnya karier Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang bermakna adalah pembesaran tonsil. Penisilin G memiliki sensitivitas 100% terhadap Streptococcus beta-hemolyticus grup A.
Background: Published data from Indonesia is rare regarding proportion and predicting factors of group A Streptococcal (GAS) carrier. There is risk of streptococcal transmission from GAS carrier to surrounding environment. Among highly susceptible patient, rheumatic fever could happen after GAS pharyngitis episode and also poses long-term morbidity of rheumatic heart disease.
Objective: To know predicting factors and proportion of GAS carrier, proportion of subclinical carditis and antibiotic sensitivity pattern of GAS.
Methods: Cross-sectional analytic study was performed from November till December 2019 at SDN 05 Manggarai Jakarta Selatan Indonesia. We enrolled 201 subjects who were asymptomatic, no history of antibiotic use in the last 2 weeks nor history of rheumatic fever or rheumatic heart disease. All subjects underwent physical examination, laboratory examination (complete blood count, erythrocyte sedimentation rate, c-reactive protein, ASTO, pharyngeal swab culture) and echocardiography. Statistical analysis included bivariate and multivariate analysis (logistic regression).
Results: Of the 201 subjects, 54.7% were female and median age were 9.6 years. Proportion of GAS carrier and subclinical carditis were 13.9% (CI 95% 9.2%-18.6%) and 0.5%. Predicting factor for GAS carrier was tonsil enlargement (p=0.03). Cervical node enlargement, economics status, nutritional status, number of siblings, sex, number of people in the house, house density, and mother‟s education were statistically insignificant. Antibiotic sensitivity pattern of penicillin G, erythromycin, vancomycin, clindamycin, chloramphenicol, azithromycin, and tetracycline respectively were 100%, 89%, 86%, 75%, 68%, 68% and 32%.
Conclusion: Proportion of GAS carriage and subclinical carditis are 13.9% and 0.5%. Predicting factor for GAS carrier is tonsil enlargement. Penicillin G has good sensitivity (100%) to GAS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Calvin
"Latar Belakang : Ekstrak kismis telah dikenal sejak dahulu dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen, karena mengandung oleanolic acid yang telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri rongga mulut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antimikroba infusum Kismis terhadap Streptococcus mutans.
Metode: Infusum Kismis dibuat dengan proses pemanasan 100oCselama 15 menit pada 50 gr kismis dalam 500ml air (konsentyrasi 10%), kemudian diopanaskan lagi sehingga larutan tersisa 50ml (konsentrasi 100%). Untuk penelitian ini dibuat infusum 80%, 60%, 40%, 30%, dan 15% sesuai dengan prosedur yang benar. Efek antimikroba masing2 infusum kismis diperiksa dengan metode dilusi sehingga diperoleh nilai KHM dan KBM serta metode difusi sehingga diperoleh nilai Zona Hambatan terhadap 6 koloni streptococcus mutans.
Hasil: Efek infusum Kismis terhadap Streptococcus mutans adalah sebagai berikut : Pada koloni 1 : zona hambatan 1,00 mm; KHM 30% /ml ,KBM 60% /ml ; koloni 2 : zona hambatan 1,50 mm; KHM 30% /ml ,KBM 60% /ml; koloni 3 : zona hambatan 1,00 mm; KHM 30% /ml ,KBM 60% /ml; koloni 4 : zona hambatan 0,50 mm; KHM 30% /ml ,KBM 60% /ml; koloni 5 : zona hambatan 1,00 mm; KHM 30% /ml ,KBM 60% /ml; koloni 6 : zona hambatan 1,00 mm; KHM 30% /ml ,KBM 60% /ml;
Kesimpulan: Secara in vitro, infusum kismis dengan konsentrasi 30% bersifat bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi 60% bersifat bakterisid dengan rata-rata Zona hambatan 1,0625 mm.

Background : Seedless Raisins has been known that it can inhibit the growth of pathogen bactery, because it contains of oleanolic acid that can inhibit the growth of oral pathogen.
Objectives: The aim of the study is to determine the sensitivity of Infusum Raisins on mutans streptococci.
Methods: Infusum is the product of the process of steeping Raisins for extraction of its medicinal principle. The effect of infusum Raisins was examined in vitro on the inhibit the bacterial growth by determining the inhibition zone (agar diffusion method), minimum inhibition concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC). The microorganisms tested were composed 6 colony of Streptococcus mutans wild strain that taken from Oral Biology Laboratory of Faculty of Dentistry University of Indonesia, labeled as Streptococcus mutans1, Streptococcus mutans2, Streptococcus mutans3, Streptococcus mutans4,Streptococcus mutans5, Streptococcus mutans6. Data obtained was done in a descriptive method.
Results: showed that Raisins?s Infusum had effect on all of mutans of Streptococcus mutans 1 (inhibition zone 1.00 mm; MIC 30% /ml ,MBC 60% /ml); Streptococcus mutans 2 (inhibition zone 1.50 mm; MIC 30%/ml ,MBC 60%/ml); Streptococcus mutans 3 (inhibition zone 1.00 mm; MIC 30%/ml ,MBC 60%/ml); Streptococcus mutans 4 (inhibition zone 0.50 mm; MIC 30%/ml ,MBC 60%/ml); Streptococcus mutans 5 (inhibition zone 1.00 mm; MIC 30%/ml ,MBC 60%/ml), Streptococcus mutans6 (inhibition zone 1.00 mm; MIC 30/ml ,MBC 60%/ml).
Conclusion: We concluded that Raisins's Infusum has anti microbial activity against 6 colony of Streptococcus mutans in oral cavity, in vitro. Hence it may have potential anti-cariesproperty."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony Handaya
"Latar Belakang : Jambu air Semarang (Syzygium samarangenase) atau jambu cincalo telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen, karena mengandung senyawa Tannin dan Oleanolic acid.
Tujuan: Penelitian ini untuk membuktikan daya antimikroba infusum Jambu air Semarang terhadap Streptococcus mutans.
Metode: Infusum Jambu air Semarang dibuat dengan proses pemanasan 100o C selama 15 menit terhadap 50 gram jambu air semarang dalam 500 ml air, kemudian disaring untuk mendapatkan 500 ml larutan (konsentrasi 10%), dipanaskan lagi sehingga larutan tersisa 50 ml (konsentrasi 100%), untuk penelitian ini dibuat infusum 80%, 60%, 40%, 30%, 20%, dan 15% sesuai prosedur yang benar. Efek antimikroba masing-masing konsentrasi infusum diperiksa dengan metode difusi serial dilusi sehingga diperoleh nilai KHM dan KBM serta metode difusi sehingga diperoleh nilai zona hambatan terhadap 6 koloni S.mutans.
Hasil: Terhadap ke-6 koloni S.mutans diperoleh hasil sebagai berikut: KHM : 80%/ml dan KBM tidak diketahui serta rata-rata zona hambatan 1,533 mm.
Kesimpulan: Secara in vitro, Infusum Jambu air Semarang dengan konsentrasi 80% berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri S.mutans(efek bakteriostatik).

Background : Wax apple (Syzygium samarangenase) has been known to prevent the growth of pathogen bacteria since anciety because it is contain fenol (tannin) and oleanolic acid which had been proved to prevent the growth of bacteria.
Objectives: This research are for determine the antimicroba activity of Wax apple?s infusum on Streptococcus mutans.
Methods: Wax apple?s infusum was made by the process of steeping seedless 50 gram Wax apple in 500 ml water, to see it?s medicinal properties after getting 100% concentration of solution. After that we made 80%, 60%, 40%, 30%, 20%, and 15% infusum. The antimicrobial activity of wax apple?s infusum was examined by dilution method to get the minimum inhibition concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC), and diffusion method to get the inhibition zone to 6 colony of S.mutans. Data obtained from this research in a descriptive method.
Results: Effect of Wax apple?s infusum on Streptococcus mutans are : Streptococcus mutans type 1 inhibition zone 1,5 mm; MIC 80% /ml ,MBC unknown; Streptococcus mutans type 2 inhibition zone 1,5 mm; MIC 80% /ml ,MBC unknown; Streptococcus mutans type 3 inhibition zone 1,4 mm; MIC 80% /ml ,MBC unknown; Streptococcus mutans type 4 inhibition zone 1,6 mm; MIC 80% /ml ,MBC unknown; Streptococcus mutans type 5 inhibition zone 1,7 mm; MIC 80% /ml ,MBC unknown; Streptococcus mutan type 6 inhibition zone 1,5 mm; MIC 80% /ml ,MBC unknown;
Conclusion: We conclude that Wax apple?s Infusum has anti microbial activity against Mutans Streptococci, in vitro. Hence it may have potential anticariesproperty."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Vanessa Achmad
"S.mutans dikatakan sebagai salah satu penyebab utama karies. Bakteri ini dinyatakan sebagai bakteri pertama yang dapat melekat dan berkoloni pada permukaan gigi dan menyebabkan plak terbentuk secara terus menerus, dan terjadinya penurunan pH plak. Probiotik adalah suatu mikroorganisme hidup yang apabila dipergunakan dalam jumlah yang cukup, memberikan manfaat kesehatan bagi host. Berdasarkan berbagai penelitian, berbagai produk probiotik dapat mempengaruhi bakteri-bakteri penyebab karies gigi, terutama S.mutans. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni S.mutans dalam plak anak sebelum dan sesudah kumur minuman probiotik. Pengambilan sampel plak dilakukan terhadap 13 subyek dan dilakukan pertama kali yaitu sebelum memulai kumur minuman probiotik. Setelah itu subyek diinstruksikan untuk kumur minuman probiotik selama 7 hari dan pada saat hari ke 3 dan ke 7 kumur minuman probiotik sampel plak diambil kembali. Hasil penelitian memperlihatkan penurunan jumlah koloni S.mutans dari sebelum kumur minuman probiotik, kemudian pada hari ke 3 kumur, hingga setelah kumur minuman probiotik selama 7 hari. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa kumur minuman probiotik selama 3 dan 7 hari dapat menurunkan jumlah koloni S.mutans dalam plak gigi anak secara bermakna dibanding dengan sebelum kumur (p = 0,001).

S.mutans is said as one of the major etiology of caries. This bactery is said to be the first bactery that sticked and colonized on the tooth surface and caused the continuity of plaque formation, also the decrease of plaque?s pH. Probiotic is living microorganisms that, if used in adequate amount, will give health benefits to the host. Based on previous researches, various products of probiotic can influence caries etiology bacterias, especially S.mutans. The aim of this study is to know the differences of S.mutans colonization total amount before and after rinsing with probiotic drink. The plaque samples were first taken from 13 subjects before starting the probiotic oral rinse. After that subjects were instructed to rinse with probiotic drink for 7 days, and then in the 3rd and 7th days of rinsing, the plaque samples were taken again. The study showed that after 7 days rinsing with probiotic drink, the total amount of S.mutans colonization was found decreasing on the 3rd day and continued to the 7th day. Statistic count showed that rinsing with probiotic drinks for 3 and 7 days can make a significant difference on the amount of S.mutans colonization than before rinsing (p = 0,001)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31182
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Tri Wardhani
"Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang ketika diberikan dalam jumlah yang tepat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan host. Lactobacillus Casei merupakan salah satu contoh bakteri asam laktat yang digunakan dalam probiotik. Bakteri ini dapat mencegah adhesi dan invasi bakteri patogen, memodifikasi lingkungan usus dan memodulasi respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni S.mutans pada plak gigi anak sebelum dan setelah minum minuman probiotik di Jakarta. Subyek penelitian berusia 9-12 tahun, sebanyak 13 orang anak. Sampel penelitian berupa koloni S.mutans yang terdapat dalam plak gigi anak. Jumlah koloni diukur dengan colony forming unit. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan rerata jumlah koloni S.mutans pada hari ketiga dan ketujuh, sebelum dan setelah minum probiotik. Pada perhitungan statistik ditemukan perbedaan bermakna antara jumlah koloni S.mutans pada plak gigi anak sebelum dan setelah minum minuman probiotik.

Probiotics are live microorganisms which when administered in adequate amounts confer a health benefit on the host. Lactobacillus Casei is one example of lactic acid bacteria used in probiotics. These bacteria may prevent bacterial adhesion and invasion of pathogens, modify the intestinal environment and modulate the immune response. This research was conducted to determine the differences of total S.mutans colony on children dental plaque before and after probiotics consumption in Jakarta. Subjects aged 9-12 years, 13 children. Research sample are S.mutans on children dental plaque. Total S.mutans colony were measured using colony forming unit. The results showed a mean difference between total S.mutans colony on children dental plaque, on the third day and the seventh day, before and after probiotics consumption. From the results of statistical analysis showed significant differences between total S.mutans colony on children dental plaque before and after probiotics consumption."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31730
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>