Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jimmy Chandra
Abstrak :
ABSTRACT
Makin tajamnya persaingan antra bank dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), dan antar bank satu sama lain dewasa ini menuntut kemampuan para manajer masing-masing bank bertindak secara profesional dan rasional agar pertumbuhan dan pangsa pasar yang telah dimiliki sekurang?kurangnya. dapat dipertaharkan, dan jika mungkin ditingkatkan.

Dengan dikluarkannya paket deregulasi Oktober 1988 (PAKTO 1988) persaingan menjadi lebih taiam karena masing?masing bank berupaya mempertahankan kelangsungan hidupnya sebagai akibat munculnya bank-bank baru dan bank campuran. Dalam karya akhir ini, kami mencoba untuk menganalisa perkembangan industri perbankan dalam kaitannya dengan PAKDES 1987 dan PAKTO 1938, ditinjau dari beberapa aspek yaitu, lingkungan makro, daya saing dalam industri, kondis pasar, keadaan keuangan dan potensi manajemefl puncak dari bank yang go-pubic.

Lingkungan makro yang meliputi faktor ekonomi, teknologi dan politik dan peraturan pemerintah merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan implementasi strategi manajemen dan pencapaian tujuan perusahaan.

Aspek lingkLangan makro yang berpengaruh terhadap industri perbankan adalah deregulasi Oktober 1988, karena memberi peluag bagi bank yang telah ada untuk membuka cabang dan cabang pembantu, serta dipermudahnya pemberian pemberian izin pembukaan bank baru dan bank campuran. Kesempatan tersebut merupakan momentum yang terbaik bagi kelompok persahaan besar (akhir?akhir ini disebut konglomerat) untuk berlomba membuka bank-bank baru dan atau bank campuran.

Daya saing dalam industri perbankan tidak lepas dari dampak PAKDES 1987, dimana ancaman pendatang baru berupa pembukaan bank baru dan bank campuran oleh perusahaan konglomerat, disamping ancaman dari luar industri perbankan berupa produk substitusi dan LKBB dan pasar modal.

Kekuatan negosiasi pembeli jasa dapat dilihat dari aspek kemampuan bank dalam memberikan kredit terutama tingginya tinçgkat suku bunga pinjaman bank bila dibanding sumber lain sehingga pembeli jasa berusaha mencari alternatif pembiayaan substitusi melalui pasar modal yang sekarang ini sangat gencar digalakkan oleh BAPEPAM, disamping sumber pembiayaan lain dari LKBB.

Kekuatan negosiasi pemilik dana dapat dilihat dari aspek kemampuan industri perbankan untuk menghimpun dana dan masyarakat, antara lain melalui tabungan tahapan, tabungan kesra, tabungan deposito, giro dan lain sebagainya. Karena meninkatnya jumlah bank, persaingan dalam memperebutkan dan. masyarakat yana terbata soemakin han semakin tajam.

Walaupun telah lahjr bank-bank baru dan bank campuran sebagai akibat dari PAKTO 1988, industri perbankan secara keseluruhan tetap cerah karena pertumbuhan ekonomi nasional yang baik pada tahun 1989 sebesar 6,4 % (Sumber laporan Bank Dunia).

Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan manjemennya, apakah dapat bertindak secara profesional, fleksibel dan cepat dalam pengambilan keputusan sesuai dengan perubahan lingkungan usaha yang semakin cepat. Dengan kata lain. potensi manajemen terutama manajemen puncak yang menentukan tujuan dan strategi sangat menentukan keberhasilan perusahaan, dimana ini juga berlaku pada industri perbankan.

Sebagai alah satu alterratif sumber pembiayaan, beberapa bank telah melakukan penawaran saham kepada publik melalui pasar modal guna mendapatkan dana murah dan jumlah relatif besar. Dalam kaitan ini, kami memilih pokak bahasan ?penentuan harga saham perdana pada BII dan Bank Niaga? dengan mengacu pada proyeksi laporara keuangari dan prospektus bank-bank tersebut, wawancara dengan pejabat-pejabat bank yang berwenang serta publikasi dari Bank Indonesia dan BAPEPAM, dan teori yang berkaitan.

Dalam perentuan harga saham perdana terdapat beberapa pendekatan yaitu pendekatan arus deviden, pendekatan earning, pendekatan nilai aktiva bersih, pendekatan arus kas, pendekatan dengan analisa teknis, serta aspek penawaran untuk mendapat izin go-public, bank harus tergolong sehat sesuai dngan kriteria Bank Indonesia, sehingga setelah bank tersebut. Go-public, pemodal diharapkan dapat memperoleh hasil yang memadai dan pembelian saham bank yang bersangkutan.

Penentua Price Earning Ratio (P/E ratio) dalam praktek adalah berdasarkan kesepakatan antara emiten dengan underwriter, dan ratio dari perusahaan sejenis, tetapi keputusan akhir harga saham perdana dipengaruhi juga oleh animo dan daya beli investor, serta jumlah saham yang ditawarkan paca saat penawaran umum. Penentuan harga saham perdana dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan harga kurs saham dìpasar Sekunder tidak iatuh dibawah harga Perdana walaupun tidak ada Jaminan bahwa harga kurs tidak akan turun karena terdapat gejala IHS baik di BEJ maupun BES terjadi penurunan dan kemunduran volume transaksi perdagangan saham di pasar sekunder sekitar Oktober 1909 sampai dengan Januari 1990. Hal tersebut dìsebabkan karena masyarakat pemodal sudah kritis dan tidak bersifat latah dalam membeli saham, investor asing lebih selektif dalam melakukan pembelian saham di Pasar Modal Indonesia. Berdasarkan penelitian dan anaisa ini, kami menarik kesimpulan bahwaa penentuan harga saham perdana atas kedua bank tersebut, menggunakan pendekatan earning, dan nenilai harga saham perdana kedua bank tersebut terlalu tinggi pada saat dilakukan penawaran umum.

Dari hasil studi ini, kami memberi saran kepada emiten dan underwriter dalam memilih alternatif penentuan harga saham berdasarkan prospek dan perkembanqan usaha emiten, keadaan keuangan, reputasi manajemen dan citra perusahaan tersebut dengan memperhatikan faktor eksternal lain yang berpengaruh, antara lain jumlah supply saham baru, sikap investor atas perkembangan pasar modal di Indonesia, dan peraturan yang relevan di pasar modal antara lain investor asing tidak diizinkan membeli saham perbankan. Dengan penentuan harga saham dengan cara tersebut lebih menekankan kepentingan jangka panjang emiten dan pemodal, sehingga perkembangan pasar modal yang berkesinambungan dapat terwujud.

Sebagai investor yang bijaksana harus selalu mempertimbangkan besarnya resiko yang bersedia dítanggung dibandingkan dengan hasil yang diharapkan dalam pemilihan saham yang ditawarkan, sehingga keputusan investasinya benar- benar atas dasar pertimbangan rasional-obyektif, dengan demikian diharapkan dapat memperoleh hasil investasi yang diinginkan. Akhirnya kami menghimbau calon investor untuk menganalisa secara seksama prospektus perusahaan yang go- public, informasi lain yang berkaitan dengan bidang kegiatan industri yang bersangkutan, dan indikator ekonomi. makro dan kebijaksanaan pemerintah yang dapat mempengaruhi usaha calon emiten, serta peraturan dibidang pasar modal sebelum mereka memutuskan membeli saham.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library