Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggara Fitri Kartikasari
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan mengetahui hubungan dinamis jangka pendek (short-run relationship) dan jangka panjang (long-run relationship) antara nilai tukar dan indeks pasar saham terhadap FDI inflows selama periode 2003 hingga 2017 dengan menggunakan data kuartal. Metode yang digunakan dalam pengujian variabel adalah kausalitas Granger dan Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian didapatkan bahwa dari enam hubungan kausalitas yang terjadi pada tiga variabel yang diuji, hanya lima hubungan kausalitas yang signifikan. Hubungan kausalitas yang tidak ditemukan dalam penelitian ini adalah hubungan antara nilai tukar dengan pasar saham. Pada pengujian hubungan jangka pendek ditemukan hubungan negatif antara pasar saham dengan FDI inflows di negara Brazil. Selain itu, hubungan jangka panjang antara nilai tukar dan FDI inflows yang positif berada di negara China dan Afrika, sedangkan hubungan negatif berada di negara India. Hubungan positif jangka panjang antara pasar saham dan FDI inflows ditemukan di negara China dan hubungan negatif berada di Brazil, Rusia, India dan Afrika Selatan. ......The aim of this research to analyze and understand the dynamic short-run and long-run relationships between exchange rates and stock market index against FDI inflows during the period 2003 to 2017 using quarterly data. The methods used in this study are Granger causality and Vector Error Correction Model (VECM). The results showed that of the six causality relationships examed between Granger. The three variables have tested, only five relationships were significant. The relationship between exchange rates and stock market index was not significant. In the short-run relationship, there was found a negative relationship between stock market and FDI inflows in Brazil. In addition, a positive long-run relationships between exchange rates and FDI inflows can be found in China and South Africa, while negative relation can be seen in the case of Indian. The long-run positive relationships between stock market and FDI inflows was confirmed in China, while negative relations were found in Brazil, Russia, Indian and South Africa.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Halim
Abstrak :
ABSTRAK
Pasar Modal yang berkembang pesat merupakan sarana investasi yang cukup menggiurkan bagi semua orang. Perkiraan yang tepat akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Karena itu ramalan-ramalan tentang harga sekuritas selanjutnya yang bersifat ilmiah berkembang menjadi suatu komoditas yang diminati oleh banyak orang. Hampir semua ramalan-ramalan tersebut bersandar pada apa yang dikenal dengan Random Walk . JJka pasar yang ada tidak mengikuti random walk maka sulit menggunakan ramalan-ramalan tersebut. Pengujian yang dilakukan pada karya akhir int adalah untuk melihat sifat acak dari BEJ untuk periode 11 tahun dengan model tertentu sehingga pengunaan teknik peramalan yang ada menjadi lebih efektif. Pada kesempatan ini pengujian menggunakan model yang diturunkan oleh Lo dan.MacKinlay. Hasil yang didapat adalah terjadi penolakan Ho pada homocedasticity dan tidak ditolaknya Ho pada heteroscedasticity.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parmon Hardson
2001
T2386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
Abstrak :
Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia Pasca krisis moneter tahun 1998, terlihat pada kinerja Bursa Efek Jakarta yang terus menerus mencatatkan rekor Indeks Varga Saham Gabungan (IHSG) tertinggi yang telah mencapai level 1600an pada semester pertama tahun 2006. Sehingga instrumen investasi saham menjadi instrumen yang cukup diminati oleh investor karena memiliki return yang tinggi. Dengan tingginya return yang diterima oleh investor maka kompensasi adalah tingginya tingkat risiko investasi di pasar modal. Saham Perbankan dan Asuransi adalah saham industri Keuangan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Jakarta. Saham-saham Perbankan masuk dalam kelompok saham blue chip karena nilai kapitalisasi pasarnya relatif besar, Sedangkan saham-saham Asuransi masuk ke dalam kelompok saham lapis kedua atau saham dengan resiko lebih besar dibandingkan dengan saham blue chip. Karya Akhir ini memiliki tujuan utama mengetahui pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (Infasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia), return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember terhadap return saham Perbankan dan, Asuransi bulan Januari untuk melihat fenomena January Effect. Dalam literatur disebutkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh variabel endogen yang berasal dari internal perusahaan dan variabel eksogen yang berasai dari kondisi ekonomi makro. Penelitian yang dilakukan inerupakan penelitian empiris dengan periode observasi sepanjang tahun 1989 sampai 2006 menggunakan metode analisis regresi berganda. Variahel babas dalam regresi ini adalah variabel ekonomi makro, return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember sedangkan return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari berlaku sebagai variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Menurut literatur, sebelum dilakukan penyusunan model, data harus memenuhi beberapa asumsi dan tidak memiliki masalah tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam suatu model regresi berganda. Asumsi yang harus dipenuhi atau masalah data yang harus diatasi meliputi uji autokorelasi, uji mulitkolinieritas dan uji identitas. Analisis regresi berganda dilakukan dengan melalui tiga tahap yaitu: (1) regresi return IHSG bulan Januari terhadap return saham Perbankan dan Asuransi (2) regresi variabel-variabel ekonomi makro terhadap return saham Perbankan dan Asuransi (3) regresi variabel-variabel ekonomi makro, return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember terhadap return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Hasil analisis menunjukan bahwa variabel bebas ekonomi makro yang diujikan hanya mempengaruhi sebagian kecil return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Variabel bebas return saham bulan Desember tidak memiliki pengaruh yang signilikan terhadap return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Return IHSG bulan Januari memiliki pengaruh dan memiliki hubungan positif terhadap return saham Perbankan dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Sedangkan pada saham Asuransi, return IHSG bulan Januari tidak memiliki pengaruh terhadap return saham Asuransi bulan Januari. Dari hasil analisa disimpulkan bahwa fenornena Januaty efect hanya memiliki pengaruh terhadap saham Perbankan, dan tidak berpengaruh pada saham Asuransi.
The conditions enhancement of the economy of Indonesia subsequently the monetary crisis on year 1998 shows by the Jakarta Stock Exchange staled that the II-ISG reached the highest level of 1600 in the first semester on the year 2006. Therefore the instruments of the stocks investment become the investors' number one priority due to the highest return they received. This has caused the compensation on highest risk of investment in the stock market. Insurance and Banking stocks are the financial industries that marketable at the Jakarta Stock Exchange. Banking stocks includes in blue chip stock because the value of market capitalization relatively, higher. Whereas, the insurance stocks includes in the secondary or higher risk stocks superior compare to the blue chip stock. This thesis has the major aim to be acquainted with the influence of variable exchange of macro economy (inflation, exchange rate Rupiah/1BD, and the rate of the Indonesia Bank Certificate), January return of IHSG as well as December return of stocks towards January return of Banking and Insurance stocks which to be seen in the January Effect phenomena. In literature states that the stock price influences by the endogen variable from internal company and exogen variable from the macro conditions. Research conducted as empirical researches with observation period during year 1989 until 2006 using the multiple regression analysis method. Open variable in this regression are the macro economy variable, the January return of 1HSG and the December return of stock whereas January return of Insurance and Banking stocks acts as tied variable elaborates by the open variable. According to literature, before posting the model, data must be fulfilled with a few assumptions and free of specific requirement. With this research implemented assessments necessity must be fulfilled within a double regression model. The fulfilled assumption or the proven data requirement consists of auto correlation test, multi collinear test, and identity test. Multiple regression analysis conducted through 3 steps that are; (1) January return of regression towards January return of Insurance and Banking stock, (2) macro economic variables regression towards insurance and Banking stock return, (3) macro economic variables, January return of II-ISG, and December return of stock regression towards January return of Insurance and Banking stock. Research consequence explains that the macro economic as independent variable tested only influence small part January return of Insurance and Banking stocks. Independent variable December return of stock demonstrated no significant effect towards January return of Insurance and Banking stocks. The January return of IHSG presents effects and positive relationship towards banking stocks with different level of effects of each company. Whereas on the Insurance stock, the January return of IHSG saws no effects towards January return of Insurance stocks. Analyze result concludes that phenomena January Effect consist the influence only towards Banking stock not insurance stock.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuhasril
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor - faktor apa yang mempengaruhi dan berhubungan dengan pilihan struktur modal pada perusahaan yang masuk kedalam industeri farmasi dan ingin juga mengetahui apakah faktor-faktor tersebut baik secara individual maupun secara bersama-sama mempengaruhi struktur modal. Dan hasil analisis faktor yang dilakukan secara bertahap, yang lolos hanya variabel Return On Investment (R.OI), Fixed asset ratio, dan Dividend PayOut Ratio (devidend POR). Dari hasil analisis regresi linear berganda, hanya variabel R01 dan variabel fixed asset ratio yang terbukti mempengaruhi secara negatif dan berhubungan dengan struktur modal atau konsisten dengan hipotesis yang diajukan, sedangkan variabel dividend POR tidak terbukti mempengaruhi struktur modal, walaupun arahnya sesuai dengan hipotesisnya. Dan hasil uji F, seeara bersama - sama ketiga variabel tersebut mempengaruhi struktur modal dengan kemampuannya untuk menjelaskan variasi perubahan struktur modalnya sebesar 68.7 %.
The purpose of this research is to identify the factors that influenced and connected with capital structure option at pharmacy industry company, and to identify the effect of these factors at capital structures, individually and simultaneously. From the factors analysis performed is several phases, only Return On Investment (RQI), fixed asset ratio, and dividend Pay Out Ratio (dividend POR) variables that proven. From multiple linear regression analysis, only RQI and fixed asset ratio variables that proven influenced the capital structure or consistent with the propose hypothesis. As for the dividend POR was not proven influenced the capital structure, even though the direction was linear with the hypothesis. From F test, simultaneously, these three variables influenced the capital structure with the capability to exlain the capital structure transformation variace 68.7 %.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Eko Paulen
Abstrak :
Penulis melakukan penelitian analisis pergerakan harga saham dengan menggunakan metoda directional movement system dengan IHSG dan volume perdagangan saham sebagai variabel kontrol untuk periode Juni 2005 - Desember 2005 di mana bertujuan untuk mengetahui saham-saham mana yang memiliki keuntungan yang menarik, sehingga pemodal dapat mengidentifikasikan sahamsaham mama yang sebaiknya di beli dan saham-saham yang sebaiknya di jual dan menjauhi anggapan bahwa pasar modal itu hanya ajang spekulasi. Pengujian dalam penelitian dilakukan dengan dua Cara yaitu pertama dengan analisis teknikal dan kedua secara ekonometrika yaitu analisis regresi berganda. Data yang digunakan merupakan data harga saham harian dari bulan Juni 2005 sampai Desember 2005. Hasil dari penelitian ini adalah secara analisis teknikal dengan periode 1 menunjukkan Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM), True Range, Plus Directional Movement Indicator (+DI), Minus Directional Movement Indicator (-DI) dan Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (AMC) memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. Sedangkan secara ekonometrika menunjukkan Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM), True Range, Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (AMC) sebagai variabel dummy tidak signifikan pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan Volume Perdagangan Saham sebagai variabel numerik signifikan pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham.
The writer do study about analysis of stock price movement with use directional movement system method with IHSG and volume stock trading as control variables for period June 2005 - December 2005, to intend know which stocks have interesting gain, so the investor can indentify the stocks should buy or sell and it makes assumption away that stock exchange only speculation trading. Test of this research do by two way, first with tehnical analysis dan second by multiple linear regression. The data that been used is daily stock price form June 2005 until December 2005. The results of this study are by technical analysis with period I shows that Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM, True Range, Plus Directional Movement Indicator (+DI), Minus Directional Movement Indicator (-DI) dan Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (ADX) have high volatility. Whereas by multiple linear regression shows that Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM}, True & awe, Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (ADX) as a dummy variable not affect significantly to stock price movement. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) and Volume Stock Trading as a mrmeric variable affect significantly to stock price movement.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuning Indraswari Kusumaningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama yaitu mengetahui keberadaan dan besarnya initial abnormal return (underpricing) saham perdana dikaitkan dengan kondisi pasar modal tahun 1998 - 2000, perilaku saham perdana melalul pola cumulative abnormal return serta menguji signifikansi beberapa variabel kandidat, untuk melihat pengaruh variabel tersebut terhadap besaran initial abnormal return. Dalam literatur literatur keuangan disebutkan bahwa harga penawaran saham perdana umumnya lebih rendah dan nilal wajarnya. Beberapa penelitian seperti penelitian Lee, Taylor dan Walter (emisi saham baru di Australia), Ibbotson dan Ritter (emisi saham baru di Amerika), Dimson dan Levis (Inggris) dan Aggarwal, Leal dan Hernandez (Brazil) telah mengkonfirmasi adanya fenomena underpricing tersebut.

Study karya akhir berdasarkan metodologi event study yang dikombinasikan dengan metodologi time-series. Metodologi time-series digunakan untuk membersihkan data dan unsur autokorelasi sebelum dimasukkan sebagai input (model normal return) dalam metodologi event study dalam rangka memperoleh abnormal return. Gabungan kedua metodologi ini akan menghasilkan output yang relatif akurat sebagai model pengukur normal return saham. Pokok penelitian dalam study adalah IPO 1998-2000 dengan tujuan memperoleh gambaran perilaku emisi saham pada kondisi krisis, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dengan masa sebelumnya.

Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa selama periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2000, emisi saham perdana menghasilkan initial abnormal return (nderpricing) sebesar 3347% secara rata-rata dan signifikan (pada ? =1%) saat pertama kah diperdagangkan. Hash penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal besarannya yang sangat signifikan. Penelitian Hanafi (1998) mendapatkan besaran sebesar 15% untuk emisi saham perdana periode 1989 ? 1990, sedangkan Hermawan (2000) menemukan underpricing pada hari pertama signifikan sebesar 8,52% Perbedaan yang jauh atas besaran underpricing tersebut terutama disebabkan kondisi pasar yang berbeda. Pertama, pada saat krisis, harga-harga saham jatuh ke level yang paling murah, bahkan untuk beberapa saham, tidak dianggap berharga karena nilainya jauh dibawah nilai nominalnya. Hal ini menyebabkan harga saat penawaran saham perdana, ditentukan rendah, relatif bila dibandingkan dengan periode sebelum krisis. Ketika pada hari pertama, saham perdana dengan harga rendah tersebut, dengan overreaction pasar yang terjadi ketika dilepas ke pasar sekunder, maka besaran underpricing menjadi relatif lebih besar dibandingkan jika harga saham ditawarkan pada harga normal (sebelum krisis).

Kedua, return pasar yang rendah disebabkan minimnya perdagangan (thin trading) untuk tahun 1998 ?2000 relatif jika dibandingkan periode sebelumnya. Selama periode krisis dan berikutnya, bursa cenderung bersifat spekulatif dan segala informasi dianggap kesempatan untuk menghasilkan keuntungan. Hal ini terlihat dari pola cumulative abnormal return, khususnya pada tahun 1998.

Ketiga, jika dikaitkan dengan faktor risk-return dan saham-saham BEJ dalam periode krisis, tentunya investor mengharapkan return yang tinggi akibat makin membengkaknya risk untuk memegang Saham-saham di bursa Indonesia, sehingga pihak perusahaan atau penjamin emisi menetapkan tingkat underpricing yang besar untuk menarik minat investor atas sahamnya, dengan menetapkan harga penawaran yang jauh Iebih rendah dan nilai wajar perusahaan. Selain dari segi harga perdana yang ditawarkan, tingkat risiko yang diantisipasi investor juga telah tercermin dalam tingkat expected return saham perdana. Sehingga secara keseluruhan, meningkatnya besaran initial abnormal return (underpricing) secara signifikan untuk periode krisis merupakan suatu hal yang wajar.

Perilaku saham perdana yang dilihat dan pergerakan cumulative average abnormal return menunjukkan bahwa tingkat underpricing yang terbesar hanya terjadi pada hari pertama. Pada hari kedua, saham perdana mengalami koreksi yang cukup signifikan. Average abnormal return masih diharapkan positif pada hari-hari berikutnya nampaknya tidak terjadi. Pada pola cumulative average abnormal return jika pada penelitian Hermawan (2000) menunjukkan kecenderungan penurunan perlahan pada hari hari berikutnya, maka yang terjadi pada penelitian ini adalah pola cumulative average abnormal return mengalami pola yang stabil untuk masa 60 hasil perdagangan, sebagai penyesuaian atas overreaction di hari pertama, bahkan sedikit terlihat tren yang meningkat. Akan tetapi periode pengamatan yang hanya 60 hari membatasi untuk mengambil kesimpulan secara umum untuk periode yang lebih panjang.

Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signitikan antara variabel variabel kandidat dengan tingkat initial abnormal return kecuali untuk variabel nilai emisi saham perdana yang menunjukkan hubungan yang negatif dimana nilai emisi yang lebih rendah akan menyebabkan besaran initial abnormal return yang Iebih tinggi. Hal ini terkait dengan persepsi investor bahwa perusahaan dengan nilai emisi kecil cenderung Iebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan besar (dilihat dari besarnya nilai emisi).

Temuan ini memberikan beberapa implikasi. Bagi investor, makin menguatkan kelebihan dan strategi ambil-untung yaitu pembelian saham di pasar perdana untuk dijual Iangsung di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan. Karena besaran underpricing yang didapatkan jauh lebih besar pada periode setelah krisis jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Kemudian bagi peneliti, adalah tantangan untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa structural changes yang dialami Bursa Efek Jakarta jika dikaitkan dengan indikasi bahwa terjadi perubahan besaran initial abnormal return yang signifikan. Sedangkan bagi para akademisi, hal ini semakin menguatkan kesimpulan bahwa Bursa Efek Jakarta memiliki bentuk pasar yang definitely semi-strong inefficient.
2001
T3544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeconiah Hashfi Baronna
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini membahas underreaction akibat bias konservatisme dan overreaction akibat representativeness heuristic terhadap informasi earning selama periode 2008-September 2014 pada Bursa Efek Indonesia. Metoda yang digunakan adalah menguji strategi membeli saham dengan pertumbuhan EPS tinggi dimasa lalu dan menjual saham dengan pertumbuhan EPS yang rendah , untuk periode: 4, 8, 12 kuartal dengan masa kepemilikan 3,6, 9, 12 bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa ke 12 strategi tersebut tidak menghasilkan abnormal return positif secara statistik, bahkan satu strategi menghasilkan abnormal return negatif yang signifikan, yang mengindikasikan adanya representativeness heuristic.
ABSTRACT
This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of representativeness heuristic.;This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of representativeness heuristic.;This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of representativeness heuristic., This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of representativeness heuristic.]
[2015;2015;2015;2015, 2015]
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putuhena, Carolus M.
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk memacu pertuinbuhan ekonomi, pemerintah sejak tahun 1983 telah melakukan berbagai deregulasi di bidang keuangan. deregulasi tersebut. bertujuan untuk menciptakan iklim yang mengundang investasi swasta dan mendorong persaingan yang mengarah pada efisiensi penggunaan sumber daya keuangan. Salah satu bentuk deregulasi tersebut adalah deregulasi di sektor pasar modal, yang memberikan peluang kepada dunía usaha untuk memanfaatkan dana-dana masyarakat untuk pengembang usaha dengan penjual saham perusahaan kepada masyarakat.

Bagi masyarakat sendiri, baik secara individu maupun dalam organisasi, kehadiran saham publik tersebut memberikan alternatif baru dalam investasi disamping bentuk-bentuk tradisionil yang ada selama ini seperti emas/batu mulia, deposito berjangka, valuta? asing, surat berharga, atau dalam bentuk investasi fisik seperti tanah dan rumah.

Permasalahan yang dihadapi adalah cara dalam melakukan penilaian saham sehingga investasi dapat memaksimumkan kekayaan dimasa mendatang. Selama ini dikenal dua metode dalam analisa pemilihan saham, yaitu Analisa Teknikal dan Analisa Fundamental. Secara teoritis analisa fundamental dapat memberikan manfaat maksimum kepada investor. Namun dalam aplikasi praktis analisa tersebut sering terbentur pada berbagai kesulitan seperti kelangkaan data, keterbatasan waktu dan turbulensi lingkungan usaha, sehingga jarang digunakan. Oleh sebab itu berbagai upaya terus dilakukan untuk mendapatkan teknik-teknik analisa fundamental yang lebih sederhana, lebih mudah dan lebih cepat penggunaannya.

Dalam tulisan ini diperkenalkan teknik Nine High-Low Method dalam memilih saham secara fundamental. Dalam teknik ini nilai saham dapat diperkjrakai-i dengan melakukan perkalian antara estimasi PER dengan estimasi EPR, PER (Erice Earnings Rasio) menceritiinkan pembentukan harga saham oleb pasar, sehingga estimasi dapat dilakukan dengan menentukan nilai PER rata-rata, tertinggi dan terendah yang pernah terjadi selama ini. Sedangkan EPS mencerminkan kemampuan perusahaan nienghasilkan laba sehingga estiniasi harus menggunakan fakta/data fundamental baik berupa kinerja perusahaan dimasa lampau maupun analisa lingkungan usaha dimasa mendatang yang akan meinpengaruhi keberhasilan tersebut. Proyeksi laba perusahaan dilakukan berdasarkan 3 jeriis prediksi sehingga secara kese].uruhan akan menghasilkan 9 nilai saham. Jika harga sahai lebib kecil dan nilai saham terendah, maka saham tersebut menguntungkan untuk dibe].i1 dan sebaliknya jika harga saham lebih besar dan nilai tertinggi, maka saham tersebut menguntungkan untuk dijual.

Proses pemilihan dapat dipercepat dengan memfokuskan analisa pada saham-saham yang memuliki potensi menguntungkan yaitu, saham yang mempunyai harga rendah, rasio P/BV rendah dan perusahaan mempunyai prospek cerah. Pada contoh penggunaafl teknik ?Nine High Low Method? dalam pemulihan saham yang beredar di Bures Efek Jakarta per April 1991, ternyata saham PT. Prapatan merupakan satu-satunya sabam dan keloinpok industri perhotelan yang iiemenuhi syarat investasi (NPV positif). Berdasarkan perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomj dunia tahun 1991 mengalamj penurunan dan ekonomi Indonesia 1991 dengan kebijakan uang ketat dan suku bunga tinggi hanya menghasjik pertuinbuhan PDB sekitar 8.4 Z dengan laju inflasi sekitar 6.5 X. Kunjungan wisatawan acing sebagai leading indicator?, hanya mengalami pertumbuhan 10 Z. Dengan kondisi tersebut ternyata PT Prapatan masih menunjukkan pertumbuban usaha dan kemampuan laba yang menarik. Dan hasil perhitungan diperoleb fluai saham PT Prapatan per April 1990 adalah Rp. 6.374,? sedangkan barga saham pade. saat tersebut hanya Rp. 4.750,-. Berdasarkan fluai tersebut saham PT. Prapatan alcan memberikan tingkat pengembalian hampir 40 %.

Namun kepada investor perlu diingatkan bahwa ketepatan perkìraan tersebut sangat tergantung pada jumlah data, penggunaan metode peramalan, pemilihan model dan pemilihan variabel ?leading indicator?. Dalam contoh perhitungan di atas hanya tersedia 12 data penjualan triwulanan (3 tahun) dengan fluktuasi yang sangat besar seperti tercermin dalam ?Irregularity Index yang mencapai cukup besar. Kemungkinan laporan-laporan keuangan tersebut disusun dalam rangka ?go-publìc sehingga segala daya diupayakan untuk memberikan citra positif. Keterbatasan data menyebabkan basil regresi kurang memuaskan seperti tercermin dalam ?coefficient of deteminatiOn? (r2) yang tidak mencapai 90 % dan ?standard error of estimate? yang cukup besar.

Namun demikian tidak berarti bahwa metode tersebut tidak efektif. Angka yang dihasilkan walaupun ketepatanflys diragukan tetap dapat digunakan sebagai acuan, disamping pertimbangan pengalaman (jucigement) dan intuisi.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lambey, David
Abstrak :
ABSTRAK
Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat walaupun relatif Iebih lambat dibandingkan dengan negara - negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura dan Malaysia. Tetapi perkembangan yang pesat ¡ni tidak didukung pengetahuan masyarakat yang baik tentang pasar modal dan teknik - teknik analisa investasi khususnya Dalam kondisi kinerja Bursa Efek Jakarta yang semakin terpuruk saat ¡ni, pengetahuan akan teknik -teknik analisis investasi semakin dibutuhkan masyarakat karena terbuka suatu kesempatan untuk memperoleh saham suatu perusahaan yang baik kinerjanya dengan harga yang jauh lebih rendah daripada harga intrinsiknya.

Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisis implementasi teknik Warren Buffett dalam keputusan investasi saham di Indonesia. Teknik Warren Buffett menggabungkan antara analisis kuantitatif yang dikembangkan Benjamin Graham dengan analisis kualitatif yang díkembangkan Philip Fisher. Analisis implementasi teknik Warren Buffett pada keputusan investasi di Bursa Efek Jakarta dibagi menjadi dua tahapan besar, yaitu:

1. Tahapan pertama adalah membentuk portfolio berdasarkan teknik Warren Buffett. Portfolio yang terbentuk pada tahapan pertama terdiri dan lima perusahaan (Daya Guna Samudera, Indosat, Jaya Real Property, Surya Toto dan Tambang Timah).

2. Tahapan Kedua adalah mengukur kinerja dan resiko portfolio yang terbentuk dan membandingkannya dengan pasar. Pengukuran kinerja portfolio dan pasar menggunakan dua metode, yaitu metode holding period return dan return - Tisk adjusted. Resiko yang diperhitungkan meliputi resiko sistematik dan non-sistematik. Selain itu, periode yang digunakan dibagi dua, yaitu periode sebelum pemerintah (Bank indonesia) inencabut band intervensi terhadap nilai tukar mata uang Rupaih dan periode sepanjang tahun 1997.

Dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa portfolio yang dibentuk mempunyai tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pengembalian pasar baik untuk metode holding period return dan retrun - risk adjusted maupun untuk periode sebelum pemerintah mencabut kurs intervensi (kondisi normal) maupun sepanjang tahun 1997. Portofolio juga memiliki tingkat resiko yang lebih rendah dibandingkan pasar untuk dua periode berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik Warren Buffett dapat diimplementasikan pada Bursa Efek Jakarta. Walaupun demikian ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi analisis, yaitu kondisi fundamental masing - masing perusahaan, penggunaan metode akuntansi yang berbeda, penggunaan data historis, krisis keuangan dan kondisi pasar modal yang relatif masih muda. Untuk itu ada pula saran - saran untuk mengoptimalkan implementasi teknik Warren Buffett, yaitu: analisis prinsip usaha dan manajemen, penyesuaian current earning untuk memberikan prediksi pertumbuhan dan owner?s earning di masa depan dan memasukkan hutang dalam mata uang asing sebagal salah satu faktor pertimbangan.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>