Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muharyo Singgih
Abstrak :
Sekuritas derivatif adalah sekuritas yang nilainya ditentukan oleh nilai dari suatu aset dasar. Contoh dari sekuritas derivative adalah option. Sedangkan aset dasar derivative dapat berupa saham, kurs mata uang dan komoditi. Pasar derivative telah berkembang dengan pesat dan telah banyak digunakan oleh investor yang profesional maupun oleh individu-individu di seluruh dunia. Studi ini mencoba melakukan simulasi untuk melihat bagaimana risk yang ditanggung oleh writer pada option. Data yang digunakan adalah Standards and Poor's 500. Simulasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode library research dan field research dalam melakukan penelitian dan analisis. Metode library research dilakukan untuk mengambil landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan. Field research yang digunakan untuk meneliti harga call dan puts option dengan melakukan perhitungan call dan puts option atas indeks harga saham gabungan Standards and Poor's 500. Penulis akan menyajikan beberapa simulasi empiris dengan atau tanpa hedging, ataupun dengan mengunakan data historis. Pertama-tama akan dilakukan pengujian statistik dari data simulasi yang akan digunakan. Tujuan pengujian statistik ini adalah untuk melihat sejauh mana data simulasi yang dipakai memenuhi kriteria distribusi normal serta merupakan random data. Hal ini penting dilakukan agar penerapan formula Black Scholes Option Model dapat dilakukan. Kemudian dilakukan penghitungan nilai volatilitas atau gejolak dari aset dasar indeks saham Standards and Poor's 500. Penghitungan ini dilakukan untuk mencari nilai Root Mean Squared Forecast Error (RMSE) yang optimal, baik untuk estimated volatility maupun realized volatility. Kedua nilai volatilitas diatas (estimated volatility dan realized volatility) kemudian dipakai dalam penghitungan nilai call dan put options dengan menggunakan formula Black Scholes Option Model. Hasil perhitungan terakhir yang akan dicari adalah total keuntungan dan kerugian yang ditanggung si penerbit option. Beberapa hal yang perlu dijadikan acuan disini adalah bahwa gambaran dan ulasan mengenai propek insvetasi pada option atas indeks Standards and Poor's 500 dilakukan dengan batasan batasan sebagai berikut:
1. Option adalah European option dimana option tidak dapat di-exercise sebelum jatuh tempo
2. Suku bunga bebas resiko adalah konstan selama periode option
3. Tidak adanya biaya untuk perdagangan option dan saham.
4. Tidak adanya perhitungan pajak dari proses jual beli option
5. Tidak terjadi pembayaran dividen selama transaksi penerbitan option dilakukan Dari perhitungan dan analisa yang dilakukan dalam tugas akhir ini, dapat diperoleh kesimpulan seperti berikut ini:
1. Untuk menghilangkan kesalahan forecast yang bisa terjadi, sebisa mungkin digunakan sampling data yang jumlahnya disesuaikan dengan forecast horizon yang akan dipakai pada transaksi penerbitan option. Disamping itu kesalahan forecast yang terjadi untuk periode yang panjang akan lebih kecil nilainya dibandingkan jika periodenya lebih pendek. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, dengan menggunakan sampling data yang panjang periodenya disesuaikan dengan forecast horizon dalam perhitungan pemodelan forecast, maka akan didapat nilai volatilitas dari aset dasar indeks saham Standards and Poor's 500 yang paling optimal. Hal kebanyakan yang dilakukan dalam memperkirakan nilai volatility adalah dengan menggunakan sampling data historis yang kurang mencukupi. Semakin banyak jumlah data lama yang dipakai, biasanya akan memberikan akurasi yang lebih baik, kecuali jika forecasting hanya dipakai untuk periode yang sangat pendek (misal, kurang dari tiga bulan).
2. Estimasi dari data harian yang dilakukan, akan memperbaiki akurasi untuk pemakaian di periode yang pendek (misal, 6 bulan atau kurang), tetapi untuk periode yang lebih panjang, data bulanan memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pengaruh yang diakibatkan oleh adanya gangguan frekuensi transien (transient frequency noise) dari harga pasar tidak banyak terjadi.
3. Penggunaan metode hedging berdasarkan penerapan model penilaian(valuation model) yang menggunakan forecast volatilities yang optimal merupakan salah satu metoda yang ampuh dalam memperkecil resiko yang harus ditangggung seorang penerbit option. Dari kesimpulan ini, dapatlah dijadikan suatu acuan pertimbangan seorang penerbit option untuk menerapkan strategi transaksi dan manajemen penanggungan resiko (risk exposure management) yang paling optimal. Dari tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini, seperti dijabarkan dalam Bagian 1.3; untuk mengembangkan penilaian resiko yang diharapkan dapat dijadikan patokan strategi dasar dalam penerbitan opsi, dan dengan melihat ketiga kesimpulan diatas, maka terlihat adanya hubungan antara tujuan yang ingin dicapai (memperkecil resiko sekecil-kecilnya I memperbesar keuntungan sebesar-besarnya) dengan ketiga kesimpulan diatas (terutama untuk kesimpulan nomor 3 diatas).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiyono
Abstrak :
ABSTRAK Underpricing pada saham-saham perdana (Initial Public Offering, IPO) merupakan fenomena jangka pendek yang telah banyak ditemukan oleh peneliti-peneliti di Amerika Serikat, Amerika Latin, Inggris dan Indonesia. Namun hasil-hasil penelitian terbaru menunjukkan fakta bahwa saham-saham perdana tersebut adalah overpricing (harga saham perdana lebih tinggi dad pads harga saham di pasar sekunder) bila pengkajian difokuskan pada kinerja jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja jangka panjang dari saham-saham perdana di Bursa Efek Jakarta, di mana tujuan yang lebih terperinci adalah: mengetahui kinerja jangka panjang saham-saham perdana untuk membuktikan adanya fenomena overpricing saham perdana pada jangka panjang, mencari hubungan antara Initial Return dengan kinerja jangka panjang saham perdana untuk membuktikan adanya overreaction market pada saham perdana dan menguji faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi kinerja jangka panjang. Populasi penelitian ini adalah seluruh saham yang go public di Bursa Efek Jakarta, sedangkan sampel dari penelitian ini adalah saham perdana yang melakukan Penawaran Perdana (IPO) tahun 1993-1995. Dalam penelitian ini digunakan seluruh anggota sampel, dengan pertimbangan karena jumlah sampel yang tidak terlalu banyak dan agar didapatkan hasil yang lebih teliti. Dari pengamatan rata-rata abnormal return yang dihitung dengan variabel Indeks Harga Saham Individual (IHSI) dan variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk tahun 1, tahun 2 dan tahun 3 setelah saham perdana listing di bursa, yaitu -18,30%, -19,81% dan -45,05% membuktikan adanya fenomena "overpricing" saham-saham perdana di Bursa Efek Jakarta untuk jangka panjang. Hal ini konsisten dengan temuan sebelumnya. Ritter (1991) menemukan rata-rata abnormal return -1,67 % pada tahun 3 setelah saham IPO di pasar Amerika Serikat, Aggarwal (1993) menemukan rata-rata abnormal return -76,6 % di pasar Brasil Hasil pengujian korelasi antara Initial return pada hari pertama perdagangan di bursa dengan return tahun 1, return tahun 2 dan return tahun 3 tidak menunjukkan korelasi negatif yang signifikan. Hal tersebut berarti tidak ada korelasi antara Initial return dengan kinerja jangka panjang saham perdana di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja jangka panjang saham perdana dengan regresi linier berganda juga tidak memberikan hasil yang memuaskan. Dari hasil regresi ditemukan bukti hanya Jenis Industri yang berpengaruh terhadap terhadap kinerja jangka panjang saham perdana di Bursa Efek Jakarta, sedangkan faktor yang lain yaitu Initial return dan Nilai Emisi saham perdana tidak terbukti berpengaruh terhadap besarnya return jangka panjang saham perdana. Penjelasan yang mungkin dari hasil tersebut di alas adalah bahwa kondisi pasar di Bursa Efek Jakarta yang tipis (thin market), di mana supply dan demand dari sekuritas yang tersedia di pasar sedikit dan jumlah investor yang bermain juga sedikit, maka diduga bahwa investor hanya tertarik pada sahamsaham yang "hot" saja atau dengan kata lain para investor cenderung untuk berinvestasi pada jangka pendek saja, yaitu membeli saham-saham yang menariklhot saja (misalnya saham perdana) dan menjualnya kembali jika sudah dianggap menguntungkan. Sehingga saham-saham yang lama nilainya akan.cenderung turun. Aggarwal (1993) juga tidak menemukan hubungan antara Initial return dengan return jangka panjang saham perdana di Amerika Latin. Menurut Aggarwal (1993) hal tersebut disebabkan oleh kecilnya sampel dan kebanyakan saham IPO terkonsentrasi pada beberapa tahun saja. Iamenulis bahwa fenomena tersebut terjadi pada hampir seluruh pasar saham kecuali di Amerika Serikat dan inggris. Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara fenomena underpricing saham perdana pada jangka pendek dan fenomena overpricing saham perdana pada jangka panjang seperti yang ditemukan oleh Ritter (1991) di pasar Amerika Serikat.. Maka sebagai saran dalam penelitian ini, perlu diteliti apakah jeleknya kinerja jangka panjang saham perdana itu disebabkan oleh karena adanya excess initial return emisi saham perdana atau karena investor sudah tidak tertarik lagi dengan saham-saham lama, dan lebih tertarik dengan sahamsaham baru atau saham yang hot saja .
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinan Sukatendel
Abstrak :
Penelitian ini melihat pengaruh faktor-faktor perekonomian, regulasi perbankan dan penawaran saham di pasar modal terhadap imbal hasil investasi saham di Bursa Efek Jakarta (IHSG) dengan periode pengamatan selama 15 tahun (1990 - 2004). Faktor perekonomian diwakili tingkat bunga deposito 3 bulan (interest), inflasi (IHK), suku bunga bank sentral Amerika (the FED), nilai tukar rupiah terhadap USS (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan krisis perekonomian Indonesia (dummyKris). Regulasi perbankan diwakili pemberlakuan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 (dummyReg) sedangkan penawaran saham diwakili penawaran umum perdana saham (WO) dan penawaran umum terbatas saham (RI). Variabel durnmyReg digunakan untuk membedakan periode waktu sebelum dan setelah penerapan Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Variabel dummyKris digunakan untuk membedakan periode waktu sebelum dan setelah terjadinya krisis perekonomian. Hasil penelitian menunjukan interest, IRK, kurs, krisis perekonomian Indonesia, pemberlakuan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dan penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sementara the FED dan M2 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
This research investigates how economic factors, bank regulation and stock issuances in Capital Market influence Return on Investment of Stock in JSX (IHSG) with an observation period of 15 years (1990-2004). Economic factors are represented by three month deposit interest rate (interest), inflation (CFI), the FED interest rate (the FED), exchange rate (kurs), money supply (M2), and economic crisis of Indonesia (dummyKris), while bank regulation is represented by Undang-Undang No.10 Tahun 1998 (dumrnyReg), while stock issuances are represented by Initial Public Offering (IPO) and Right Issue (RI). dummyReg is used to distinguish previous period and period after Undang-Undang No.10 Tahun 1998 applied dummyKris used to distinguish pre and post economic crisis periods. Research results show that interest, CPI, kurs, economic crisis of Indonesia, Undang-Undang No.10 Tahun 1998, and stock issuances influence significantly IHSG, whereas the FED and M2 do not.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T 17772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rudi Hartono
Abstrak :
Karya tulis ini bertujuan untuk mempelajari dan mengukur volatilitas serta membuat estimasi model yang dapat meramalkan volatilitas imbal basil saham-saham sektor tekstil dan Barmen. Periode penelitian adalah antara tahun 1998 sampai dengan 2005. Dalam melakukan estimasi model volatilitas model yang dipilih adalah Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) dan Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Kelebihan dari model tersebut adalah kemampuannya untuk menangkap kecendrungan dari volatility clustering dimana berdasarkan basil observasi pergerakan yang besar (kecil) biasanya diikuti dengan pergerakan yang besar (kecil) pula. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat 8 emiten yang memiliki volatilitas return bersifat homoscedastic yaitu PT Argo Pantes Tbk (ARGO), PT Centex Tbk (CNTX), PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI), PT Apac Citra Centertex Tbk (MYTX), PT Pan Brothers Tex Tbk (PBRX), PT Texmaco Jaya Tbk (TEJA) dan PT Teijin Indonesia Fiber Corporation Tbk (TFCO). Volatilitas return saham 8 emiten tersebut bersifat konstan sepanjang waktu sehingga tidak dapat dibuat model conditional variance dengan menggunakan model ARCH/ GARCH. Sementara itu terdapat 10 emiten yang memili volatilitas return bersifat heteroscedastic yaitu PT Karwell Indonesia Tbk (KARW), PT Panasia Filamen Inti Tbk (PAFI), PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY), PT Stinson Textile Manufacture Tbk (SSTM) dan PT Panasia Indosyntec Tbk (HDTX). Dengan demikian hanya terliadap 10 emiten tersebut dapat dibuat estimasi model conditional variace dengan metode ARCH/GARCH untuk meramalkan volatilitas return saham emiten yang bergerak dalam bidang tekstil dan garmen. Kesimpulan permodelan volatilitas (conditional variance) terhadap 10 emiten yang memiliki volatilitas bersifat heteroscedastic adalah model ARCH hanya cocok digunakan untuk emiten ERTX (ARCH (3)), RICY (ARCH (3)), dan SSTM (ARCH (2)) sedangkan model GARCH cocok untuk emiten ADMG (GARCH (1, I)), HDTX (GARCH (1, I)), INDR (LARCH (I, 1)), KARW (GARCH (3, 2)), MYRX (GARCH (2, 3)), PAF1 (GARCH (4, 1)), dan POLY (GARCH (4, 1)). Berdasarkan model ARCH/ GARCH tersebut diketahui bahwa pada periode 1998 sampai dengan 1999 (awal-awal krisisi ekonomi) volatilitas imbal hasil saham relatif tinggi, yang diikuti oleh volatilitas yang rendah setelah tahun 1999 sampai dengan 2005. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal dkk (1999) bahwa pada saat krisis terjadi perubahan volatilitas yang cukup besar karena adanya perubahan kurs mats uang negara yang bersangkutan. Seluruh model volatilitas dengan ARCH/ GARCH signifikan secara statistik, namun demikian seluruh model tersebut memiliki tingkat explanatory power yang rcndah dimana model tersebut hanya dapat menerangkan variasi volatilitas sekarang di bawah 5% kccuali terhadap dua emiten yaitu MYRX dan POLY . Hal ini mcnunjukkan bahwva masih banyak variabel lain yang dibutuhkan untuk dapat menerangkan volatilitas return saham selain volatilitas dan kesalahan periode sebelumnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oom Komariyah
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis risiko harga saham syariah dengan mengukur potensi kerugian maksimal yang akan dialami dalam satu hari, lima hari, dan 20 hari ke depan. Metodologi yang digunakan adalah Value at Risk Variance Covariance model dan Historical Simulation model. Obyek penelitian meliputi 10 saham syariah yang konsisten selama dua tahun tercatat dalam Jakarta Islamic Index. Dalam penelitian ini diasumsikan pasar modal efisien, dengan demikian maka risiko harga dalam penelitian ini menunjukan total risiko dari saham-saham syariah. Dengan metodologi yang digunakan. dapat diukur potensi kerugian maksimal dari masing-masing saham dan potensi kerugian maksimal dari portofolio 10 saham tersebut pada convident Ievel 95%. Validitas model diuji dengan melakukan back testing dengan Kupiec Test yaitu membandingkan potensi kerugian maksimal hasil perhitungan dengan kerugian yang sebenarnya terjadi. Dari penelitian ini, ditemukan perbedaan hasil pengukuran antara Variance Covariance model dan Historical Simulation model, di mana potensi kerugian yang diukur dengan Variance Covariance model lebih besar dibandingkan dengan potensi kerugian maksimal yang diukur dengan Historical Simulation model. Meskipun demikian, kedua model ini dinyatakan valid untuk mengukur potensi kerugian maksimal dari saham syariah.
This thesis analyzes price risk of sharia stocks by measuring maximum potential loss for the next one, five, and 20 days. The methodologies used are Value at Risk Variance Covariance and Historical Simulation models, The object of research includes 10 stocks listed in Jakarta Islamic Index for the last two years, 2003 and 2004 consequentially. It was assumed that the capital market is efficient so that the price risk reflects total risk of the sharia stocks. Using the methodologies as described, the maximum potential loss of each stock and its portfolio of 10 stocks can be calculated at 95% confidence level. The models were validated using back testing and Kupiec Test which compare the maximum potential losses with their actual losses. The research found that there was different result of Value at Risk calculated using Variance Covariance method and Historical Simulation methode. The potential loss calculated using Variance Covariance method is bigger than that one calculated using Historical Simulation method. However, these two methods are valid ones to measure maximum potential loss of sharia stocks.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Komariyati
Abstrak :
Sehubungan dengan keputusan investasi yang rnenyangkut masa akan datang yang sifatnya tidak pasti, maka terdapat resiko untuk mendapatkan return yang diharapkan. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengamati atau melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi expected return di Bursa Efek Jakarta. Pengamatan dilakukan dari tahun 1994 sampai dengan 1995. Faktor-faktor atau variabel-variabel bebas yang digunakan antara lain Beta, DER (Financial Leverage), Operating Leverage, Type of business, Size (ME) dan rasio ME/BE. Dari hasil pengujian dengan menggunakan model regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor atau variabel yang paling signifikan dan konsisten adalah DER dan size (ME). Hal ini menunjukkan bahwa expecetd return suatu saham sangat dipengaruhi oieh financial leverage dan size saham, sedangkan variabel-variabel bebas lainnya masih bersifat sementara (temporer) atau dalam keadaan tertentu dapat mempengaruhi expected return, dan untuk keadaan yang lain hasilnya tidak signifikan. Adanya faktor-faktor eksternal yang tidak diikutsertakan dalam pengujian, tentunya mempunyai pengaruh yang kecil atau besar terhadap variabel-variabel tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan hasil pengujian, dimana arah atau tanda yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan, terutama pada variabel Operating leverage yang mempunyai hubungan yang negatip terhadap expected return, walaupun hasilnya signifikan.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Lesmana Putri
Abstrak :
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki korelasi antara Twitter dan kinerja pasar saham dengan melihat perspektif tingkat industri untuk perusahaan tertentu yang tergabung dalam IDX30. Indeks saham ini adalah sub-kategori likuiditas dari Headline Index yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang digunakan sebagai referensi untuk menggambarkan situasi pasar saham yang memenuhi kriteria utama memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Untuk mendukung penelitian ini, kami mengumpulkan beberapa pendapat yang diperoleh dari Twitter sebagai sumber data streaming menggunakan pemrograman Python, dan Thomson Reuters untuk mendapatkan informasi harga saham, volume, dan kapitalisasi pasar masing-masing perusahaan. Model penelitian dibangun berdasarkan metode Amihud Illiquidity dan perhitungan volatilitas untuk mengukur korelasi antara analisis sentimen dan kinerja saham. Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis sentimen terhadap pernyataan yang diunggah di Twitter memiliki korelasi yang tidak signifikan terhadap likuiditas dan volatilitas saham IDX30 di Indonesia. Namun demikian, penelitian ini belum dapat memisahkan antara tweet yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna dan tweet yang dibuat berdasarkan permintaan dari pelaku pasar tertentu untuk mempengaruhi nilai saham dengan menyebarkan informasi yang bias untuk memancing reaksi publik. ......This paper is aimed at investigating the correlation between Twitter and stock market performance by looking at industry-level perspective to specific companies incorporated in the IDX30. This stock index is the sub-category liquidity of the Headline Index which consists of companies that are used as a reference to describe the stock market situation that meet the main criteria of having a high level of liquidity. To support this research, we collected some opinions obtained from Twitter as a source of streaming data using Python programming, and Thomson Reuters to obtain information of stock prices, volumes, and market capitalization of each company. Research models are built based on Amihud Illiquidity method and volatility calculation to measure the correlation between sentiment analysis and stock performance. This research shows that sentiment analysis of statements uploaded on Twitter has insignificant correlation to the liquidity and volatility of IDX30 stock in Indonesia. Nevertheless, this research has not been able to separate between tweets which are generated based on user opinion and tweets which are made based on requests from certain market participants to influence the value of shares by spreading biased information to provoke a public reaction.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hansel Tanuwijaya
Abstrak :
Penelitian ini membahas anomali Day of The Week Effect yang banyak ditemukan di pasar modal yang maju dan sedang berkembang di seluruh dunia, terjadi di pasar modal Indonesia. Day of The Week Effect adalah sebuah fenomena pada nilai return saham yang dipengaruhi hari perdagangan. Salah satu contoh dari Day of The Week Effect adalah Monday Effect dimana return saham menurun dan bernilai rendah pada hari Senin. Populasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode Oktober 2012 sampai Maret 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari BEI, yaitu Jakarta Composite Index (JCI), BISNIS27, IDX30, dan Srikehati. Penelitian ini membagi data tersebut menjadi dua bagian data panel yang sama besar, yaitu Q4 2012 (sebelum perubahan regulasi jam perdagangan) dan Q1 2013 (sesudah perubahan regulasi jam perdagangan). Data penelitian ini juga disajikan menggunakan statistik deskriptif pada data intraday return di setiap interval 30 menitnya dan mean dari data tersebut dianalisis. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan analisis dan kesimpulan yang lebih detail dan lebih akurat. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis, meliputi uji regresi dengan Eviews6, Uji F atau Brown-Forsythe (ANOVA), dan uji Post Hoc Tukey Honestly Significant Difference (HSD) dengan SPSS20. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya partially Monday Effect pada Q4 2012 dan partially Weekend Effect pada Q1 2013 di BEI. Hasil pengujian membuktikan bahwa terdapat Day of The Week Effect dan hari yang berpengaruh terhadap return tidaklah selalu sama serta konsisten harinya. Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat secara bergantian mempengaruhi return. Dari hasil penelitian juga didapatkan perbandingan return hari Senin dengan hari lainnya tidak selalu memiliki perbedaan return negatif yang besar dan hari Senin tidak selalu berpengaruh terhadap return pada setiap interval perdagangan.
This research examined the anomalous Day of The Week Effect which are found in many developed and developing capital markets around the world, occurred in Indonesian capital market. Day of The Week Effect is a phenomenon on stock returns value that are influenced by the trading day. One example of Day of The Week Effect is Monday Effect, which is the stock return value declined or low value on Monday. The data population were Equity Indices which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX ) during October 2012 to March 2013. The data which is primary data that obtained from the Indonesia Stock Exchange, such as Jakarta Composite Index (JCI), BISNIS27, IDX30 , and Srikehati. This research split the population data into two balanced data panel that are Q4 2012 (before trading hours regulation changed) and Q1 2013 (after trading hours regulation changed). The data of this research are also presented using descriptive statistics on the data of intraday returns in any 30 minute interval and the mean were analyzed. This is done to capture more detailed and accurate result. The statistical methods were used to test the hypothesis, include regression test with Eviews6, F Test or Brown - Forsythe (ANOVA) and Tukey's Post Hoc Test of Honestly Significant Difference (HSD) with SPSS20. The results indicate the occurrence of partially Monday Effect in Q4 2012 and partially Weekend Effect in Q1 2013 on the BEI. Test results proved that there are Day of the Week Effect and the day that influence the returns is not always the same and consistent day. Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday and Friday are alternately affect the return. In addition, the comparisons of return on Monday with another days are not always have large negative return differences and Monday is not always affect the return on each trading interval.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Gaby Tulangow
Abstrak :
ABSTRACT


Transak:si Derivatif sudab mulai diperkenalkan di pasar modal Indonesia Pengamatan temadap volatilitas suatu transaksi adalah penting mengingat barga suatu derivatif bisa dibitung dari volatilitasnya. Karya tulis ini ingin melibat bagaimana pengaruh peluncuran indeks futures LQ 45 di Bursa Efek Surabaya terbadap volatilitas indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. lndeks futures LQ 45 mulai ditransaksikan sejak: 13 Agustus 200 I. Observasi dilak:ukan temadap nilai indeks dan imbal basil indeks LQ 45 ~ejak 4 Januari 2000 sampai dengan 31 Juli 2003. Peluncuran indeks futures LQ 45 tersebut tidak berpengaruh terbadap volatilitas indeks LQ 45. Hal ini banyak disebabkan teijadinya asimetri volatilitas dan volatilitas imbal basil berubah secara difusi dalam bentuk autoregresi kuadrat residualnya saat sebelum dan sesudah peluncuran indeks futures LQ 45 terse but. Selain itu, kurang likuidnya perdagangan indeks futures LQ 45 ini juga menyebabkan dampak derivatif ini tidak: terlihat. Oleb karena itu, sosialisasi dari bursa dan edukasi terbadap investor sangatlah diperlukan dalam pasar modal Indonesia yang sedang berkembang ini.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Maradjabessy
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis dynamic connectedness antara stablecoin berbasis fiat yang diwakili oleh USD Coin (USDC), Pax Dollar (USDP), Tether USDt (USDT) dan stablecoin berbasis emas yang diwakili oleh Digix Gold Token (DGX) dan Gold Coin (GLC) dengan indeks saham internasional yang diwakili oleh S&P500, STOXX50, Nikkei225, CSI300, dan JKSE dengan menggunakan metode baru yaitu pendekatan keterhubungan dinamis berbasis DCC-GARCH. Dengan adanya spillover volatilitas antara stablecoin dan indeks saham, penelitian ini melanjutkan menggunakan metode t-copula DCC-GARCH untuk melihat strategi investasi dengan menghitung rasio lindung nilai dan bobot portofolio antara kedua jenis aset tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dynamic connectedness antara stablecoin dengan indeks saham internasional walaupun tidak terlalu kuat dan dalam menyusun strategi investasi bedasarkan rasio lindung nilai, secara keseluruhan penelitian ini menemukan bukti yang menunjukkan bahwa konstruksi portofolio dapat secara signifikan mengurangi risiko investasi di semua aset terhadap Nikkei225 dan JKSE, sedangkan strategi investasi dengan bobot portofolio pada posisi long cocok untuk stablecoin berbasis emas yaitu GLC dan DGX, dimana kedua aset ini dapat menjadi strategi diversifikasi dalam menyusun portofolio pada posisi long dengan semua aset yang digunakan. ......This research analyzes the dynamic relationship between fiat-based stablecoins represented by USD Coin (USDC), Pax Dollar (USDP), Tether USDt (USDT) and gold-based stablecoins represented by Digix Gold Token (DGX) and Gold Coin (GLC) with indices international stocks represented by S&P500, STOXX50, Nikkei225, CSI300, and JKSE using a new method, the DCC-GARCH based dynamic connected approach. Given the volatility spillover between stablecoins and the stocks indeces, this research continues adopt the DCC-GARCH t-copula method to find investment strategies by calculating the hedging ratio and portfolio weight between the two types of assets. The research results show that there is a dynamic connectedness between stablecoins and international stock indices, although not too strong and in developing investment strategies based on hedging ratios, overall this research finds evidence that shows that portfolio construction can significantly reduce investment risk in all assets used in This research is on two assets Nikkei225 and JKSE, while the investment strategy with portfolio weights in long positions is suitable for gold-based stablecoins GLC and DGX, where these two assets can be a diversification strategy in compiling a portfolio in long positions with all the assets used.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>