Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Martinus
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Cidera saraf perifer sebagai keluaran dari post operatif hingga saat ini belum ditangani dengan maksimal. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan potensi dari sekretom pada regenerasi cidera saraf perifer.

Metode: Cidera saraf perifer buatan dilakukan pada tikus dengan melakukan diseksi pada saraf sciatic. Evaluasi perbaikan motorik dilakukan mengunakan Sciatic Functional Index (SFI) pada minggu ke enam (SFI 1), minggu ke sembilan (SFI 2), dan minggu ke dua belas (SFI 3). Rasio berat basah antara otot gastrocnemius kanan dan kiri dibandingkan serta dilakukan histomorphometry saraf sciatic pada tiap kelompok.

Hasil: Kelompok III menunjukan SFI 1 yang lebih baik dibandingkan kelompok I (p=0.017). Kelompok I dan III menunjukan perbedaan SF2 yang signifikan dibandingkan dengan kelompok II dan IV (p<0.001). Rasio tertinggi dari otot gastrocnemius ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai 0.65 ± 0.059 dan 0.67 ± 0.179 (p<0.001). Pada histomorphometry, akson termyelinisasi paling banyak ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai p<0.001.

Kesimpulan: Sekretom sel punca mesenkimal korda umbilikalis dapat digunakan sebagai terapi baru untuk menggantikan autograf pada penanganan kerusakan saraf perifer.
ABSTRACT
Background: Currently, the post-surgical outcome of peripheral nerve injury has not been optimal. The purpose of this research is to determine the potency of secretome in peripheral nerve injury regeneration.

Method: The mice had artificially-induced peripheral nerve injury, which was created by dissecting the sciatic nerve. Sciatic Functional Index (SFI) was used to evaluate the motoric recovery on week six (SFI 1), week nine (SFI 2), and week twelve (SFI 3). The mice was sacrificed on week twelve. The wet mass ratios of the right and left gastrocnemius muscle were compared, then the sciatic nerve histomorphometry evaluation was performed on each group.

Results: Group III showed a better SFI 1 result than Group I (p=0.017). Group I and III showed significantly better SFI 2 than group II and IV (p<0.001). The highest ratio of gastrocnemius muscle was found in group I and III, which were 0.65 ± 0.059 and 0.67 ± 0.179 (p<0.001). On histomorphometry, the highest number of myelinated axons were found in group I and III, which were p<0.001.

Conclusion: Umbilical cord mesenchymal stem cell secretome can be used as a new therapy to replace the autograft in peripheral nerve defect management.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madhyra Tri lndraswari
Abstrak :
Latar Belakang: Di era ini, terapi dengan sel punea untuk mengobati berbagai penyakit semakin dirninati. Sejauh ini, banyak pendapat mengenai keamanan sel punea, yang dikatakan aman untuk manusia. NaIllun" belum ada penelitian lebih jauh mengenai keamanan sel punea yang disuntikan lewat vena, untuk kesehatan pembuluh darah. Tujuan dari peneiitian ini adalah untuk menganalisis efek sel punea yang disuntikkan secara IV, pada pembuluh darah arteri yang nannal. Metode: Data didapatkan dari eksperimen klinik tikus Wistar yang dilaksanakan di Instilut Pertanian Bogor, merupakan studt awal pada tikus dengan tekanan darah normal. Tikus dengan tekanan darah nonnal (140/100 mmHg, diukur dengan CODA) tersebut dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama ada kelompok kontrol, kelompok kedua disumikan secara IV sel punca 1 x 106 , dan kelompok keliga 3xl 06 sel, dalam sekali penyuntikan. Kelompok kedua dan ketiga diamati selama 1 bulan setelah penyuntikan sel punca. Setelah 1 bulan, tikus dinekropsi dalam keadaan anastesi. Selanjutnya, dengan bantuan J Image Software, dilakukan pcngamatan terhadap diameter dan ketebalan dinding dari meri karotis, karotis interna, karotis eksterna, aorta abdominal, iliaka kiri, dan iliaka kanan. Analisis statistik dilakukan dengan metode ANOV A terhadap 3 kelompok tikus untuk. mengukur perbedaan diameter pembuluh darah dan ketebalan dinding pembulu darah. Jika persebaran data tidak rata, maka digunakan metode T Independent Test. Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam diameter dan ketebalan dinding untuk kelompok I, kelompok 2, dan kelompok 3 untuk semua pembuluh darah kecuali arteri iliaka kiri. Arteri iliaka kiri menunjukkan perbedaan yang bennakna dalam diameter dan ketebalan pembuluh darah. Diskusi: Hasil riset ini, memmjukkan keamanan sel punca pada arteri bila disuntikan ke dalam vena. Ini ditunjukkan dengan hasil yang tidak. terdapat perbedaan bermakna dalam 5 pembuluh darah yang dipenksa. kecuali arteri iliaka kiri menunjukkan hasil yang bermaknadan perlu diteliti lebih lanjutdenganjumlah sam pel yang memadai (30 tikus). Setiap kelompok mempunyai sampel minimum 9 ekor, namun dan hasil penelitian masing-masing kelompok mempunya 5 ekor tikus yang dapat dianalisis. Sehingga hasil analisis yang didapatkan tidak bisa mencerminkan hubungan yang kuat secara statistik, namun merupakan suatu kecenderungan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library