Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danny Halim
Jakarta: Erlangga, 2010
616 STE (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Martinus
"ABSTRAK
Latar belakang: Cidera saraf perifer sebagai keluaran dari post operatif hingga saat ini belum ditangani dengan maksimal. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan potensi dari sekretom pada regenerasi cidera saraf perifer.
Metode: Cidera saraf perifer buatan dilakukan pada tikus dengan melakukan diseksi pada saraf sciatic. Evaluasi perbaikan motorik dilakukan mengunakan Sciatic Functional Index (SFI) pada minggu ke enam (SFI 1), minggu ke sembilan (SFI 2), dan minggu ke dua belas (SFI 3). Rasio berat basah antara otot gastrocnemius kanan dan kiri dibandingkan serta dilakukan histomorphometry saraf sciatic pada tiap kelompok.
Hasil: Kelompok III menunjukan SFI 1 yang lebih baik dibandingkan kelompok I (p=0.017). Kelompok I dan III menunjukan perbedaan SF2 yang signifikan dibandingkan dengan kelompok II dan IV (p<0.001). Rasio tertinggi dari otot gastrocnemius ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai 0.65 ± 0.059 dan 0.67 ± 0.179 (p<0.001). Pada histomorphometry, akson termyelinisasi paling banyak ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai p<0.001.
Kesimpulan: Sekretom sel punca mesenkimal korda umbilikalis dapat digunakan sebagai terapi baru untuk menggantikan autograf pada penanganan kerusakan saraf perifer.

ABSTRACT
Background: Currently, the post-surgical outcome of peripheral nerve injury has not been optimal. The purpose of this research is to determine the potency of secretome in peripheral nerve injury regeneration.
Method: The mice had artificially-induced peripheral nerve injury, which was created by dissecting the sciatic nerve. Sciatic Functional Index (SFI) was used to evaluate the motoric recovery on week six (SFI 1), week nine (SFI 2), and week twelve (SFI 3). The mice was sacrificed on week twelve. The wet mass ratios of the right and left gastrocnemius muscle were compared, then the sciatic nerve histomorphometry evaluation was performed on each group.
Results: Group III showed a better SFI 1 result than Group I (p=0.017). Group I and III showed significantly better SFI 2 than group II and IV (p<0.001). The highest ratio of gastrocnemius muscle was found in group I and III, which were 0.65 ± 0.059 and 0.67 ± 0.179 (p<0.001). On histomorphometry, the highest number of myelinated axons were found in group I and III, which were p<0.001.
Conclusion: Umbilical cord mesenchymal stem cell secretome can be used as a new therapy to replace the autograft in peripheral nerve defect management."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudbury: Jones and Bartlett , 1997
617.441 BLO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Madhyra Tri lndraswari
"Latar Belakang: Di era ini, terapi dengan sel punea untuk mengobati berbagai
penyakit semakin dirninati. Sejauh ini, banyak pendapat mengenai keamanan sel
punea, yang dikatakan aman untuk manusia. NaIllun" belum ada penelitian lebih
jauh mengenai keamanan sel punea yang disuntikan lewat vena, untuk kesehatan
pembuluh darah. Tujuan dari peneiitian ini adalah untuk menganalisis efek sel
punea yang disuntikkan secara IV, pada pembuluh darah arteri yang nannal.
Metode: Data didapatkan dari eksperimen klinik tikus Wistar yang dilaksanakan
di Instilut Pertanian Bogor, merupakan studt awal pada tikus dengan tekanan darah
normal. Tikus dengan tekanan darah nonnal (140/100 mmHg, diukur dengan
CODA) tersebut dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama ada kelompok
kontrol, kelompok kedua disumikan secara IV sel punca 1 x 106 , dan kelompok
keliga 3xl 06 sel, dalam sekali penyuntikan. Kelompok kedua dan ketiga diamati
selama 1 bulan setelah penyuntikan sel punca. Setelah 1 bulan, tikus dinekropsi
dalam keadaan anastesi. Selanjutnya, dengan bantuan J Image Software, dilakukan
pcngamatan terhadap diameter dan ketebalan dinding dari meri karotis, karotis
interna, karotis eksterna, aorta abdominal, iliaka kiri, dan iliaka kanan. Analisis
statistik dilakukan dengan metode ANOV A terhadap 3 kelompok tikus untuk.
mengukur perbedaan diameter pembuluh darah dan ketebalan dinding pembulu
darah. Jika persebaran data tidak rata, maka digunakan metode T Independent Test.
Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam
diameter dan ketebalan dinding untuk kelompok I, kelompok 2, dan kelompok 3
untuk semua pembuluh darah kecuali arteri iliaka kiri. Arteri iliaka kiri
menunjukkan perbedaan yang bennakna dalam diameter dan ketebalan pembuluh
darah.
Diskusi: Hasil riset ini, memmjukkan keamanan sel punca pada arteri bila
disuntikan ke dalam vena. Ini ditunjukkan dengan hasil yang tidak. terdapat
perbedaan bermakna dalam 5 pembuluh darah yang dipenksa. kecuali arteri iliaka
kiri menunjukkan hasil yang bermaknadan perlu diteliti lebih lanjutdenganjumlah
sam pel yang memadai (30 tikus). Setiap kelompok mempunyai sampel minimum
9 ekor, namun dan hasil penelitian masing-masing kelompok mempunya 5 ekor
tikus yang dapat dianalisis. Sehingga hasil analisis yang didapatkan tidak bisa
mencerminkan hubungan yang kuat secara statistik, namun merupakan suatu
kecenderungan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hossein Baharvand
"Advances in stem cell research discusses recent advances in stem cell science, including therapeutic applications. This volume covers such topics as biomanufacturing iPS cells for therapeutic applications, techniques for controlling stem cell fate decisions, as well as current basic research in such areas as germ line stem cells, genomics and proteomics in stem cell research. "
New York: Springer, 2012
e20401396
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"This volume aims to cover important aspects of the various facets of organ transplantation and regenerative medicine."
New York: Springer, 2012
e20401812
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dina Fitriana Sholikhah
"Latar Belakang: Sel punca hematopoietik perlu dikultur guna memperbanyak sel untuk kepentingan transplantasi sumsum tulang. Diperlukan medium kultur dengan serum yang berasal dari manusia. Akan tetapi, belum ada penelitian mengenai subtitusi suplementasi medium kultur dengan kombinasi Platelet-rich Plasma (PRP) dan Human Serum Albumin (HSA).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kombinasi PRP dan HSA sebagai suplementasi medium kultur terhadap proliferasi dan kepuncaan sel punca hematopoietik.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental in vitro. Sampel yang digunakan adalah sel CD34+ yang diisolasi dari darah tali pusat. Sel dikultur dengan pengulangan dua kali menggunakan medium komplit serta penambahan suplementasi kontrol berupa serum darah tali pusat dan perlakuan berupa beberapa kombinasi PRP dan HSA. Pemeriksaan FACS dan perhitungan sel dilakukan pada hari ke-0 dan 7, morfologi diamati di hari ke-1, 3, 5, dan 7. Pewarnaan giemsa dilakukan di hari ke-7 untuk melihat perubahan morfologi sel.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan penurunan jumlah sel di hari ke-7 bila dibandingkan dengan jumlah sel pada hari ke-0. Hal ini terjadi pada seluruh kelompok dengan penurunan paling rendah terjadi pada suplementasi PRP 15% + HSA 5%, yaitu sebanyak 15%. Hasil flow cytometry menunjukkan penurunan persentase sel CD34+ pasca kultur 7 hari yang terjadi pada semua kelompok. Penurunan paling rendah terjadi pada suplementasi PRP 15% + HSA 3%, yaitu sebesar 69,5%. Hasil pewarnaan giemsa menunjukkan ditemukannya sel yang terwarna dan memiliki morfologi menyerupai metarubrisit.
Kesimpulan: Pada penelitian ini, kombinasi PRP dan HSA pada kultur sel punca hematopoietic tidak meningkatkan proliferasi dan ekspresi sel CD34+. Suplementasi PRP 15% + HSA 5% pada medium kultur sel menunjukkan efek paling baik terhadap jumlah sel dan ekspresi CD34+ dibandingkan kelompok lain. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme yang mendasarinya.
Background: Hematopoietic stem cells need to be cultured to multiply cells for bone marrow transplantation purposes. A culture medium with human-derived serum is required. However, there has been no study on the substitution of culture medium supplementation with Platelet-rich Plasma (PRP) and Human Serum Albumin (HAS) combination.
Objective: This study aims to observe the effect of PRP and HSA combination as a culture medium supplementation on the proliferation and stemness of hematopoietic stem cells.
Methods: This study uses an in vitro experimental design. The sample used was CD34+ cells isolated from umbilical cord blood. Cells were cultured with two repetitions using complete medium and the addition of control supplementation in the form of cord blood serum and treatment in the form of several combinations of PRP and HSA. FACS examination and cell count were carried out on days 0 and 7, morphology was observed on days 1, 3, 5, and 7. Giemsa staining was done on the 7th day to see the change of cell morphology.
Result: The results showed a decrease in the number of cells on day 7 compared to the number of cells on day 0. This occurred in all groups with the lowest decrease occurring at 15% PRP supplementation + 5% HSA, which was as much as 15%. The flow cytometry results showed a decrease in the percentage of CD34 + cells after 7 days of culture that occurred in all groups. The lowest decrease occurred at 15% PRP supplementation + 3% HSA, which was 69.5%. Giemsa staining results show the discovery of cells that are colored and have a metarubrisite-like morphology.
Conclusion: In this study, the combination of PRP and HSA in hematopoietic stem cell culture does not increase proliferation and expression of CD34+. PRP 15% + HSA 5% supplementation showed the best effect on cell count and CD34+ expression compared to other groups. Hence, further research is needed to find out the underlying mechanism."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Winartomo
"Latar Belakang: Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan kepadatan tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang dengan konsekuensi peningkatan kerapuhan tulang. Kondisi tersebut menyebabkan penderita rentan untuk mengalami fraktur khususnya fraktur kompresi. Salah satu penelitian yang sudah dilakukan berupa penggunakan sel Sekretom sebagai penghambat perburukan osteoporosis, sekretome adalah sekresi non-sel yang diproduksi oleh sel punca mesnkimal.
Metode: Penelitian ini merupakan kohort retrospektif dengan data sekunder diambil dari rekam medic,sampel diambil secara Total sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi osteoporosis vertebra. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2022 sampai dengan Desember 2023, dengan data sekunder yang diambil dari periode Januari 2017— Desember 2022.
Hasil: Penelitian ini melibatkan 11 subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terdiri dari 4 (36,4%) laki-laki dan 7 (63,6%) perempuan. Golongan usia yang paling banyak adalah 60-74 tahun (54,5%). terdapat perbedaan efektiftas yang bermakna pada sebelum dan sesudah pemberian secretome pada paseien osteoporosis berdasarkan parameter laboratorium osteocalcin, CTX, Trombosit, dan LED terdapat perbedaan efektiftas yang bermakna bermakna berdasarkan parameter Radiologi diantaranya T-Score Lumbal 1, lumbal 2, lumbal 3, lumbal 4 dan lumbal 1-4 sebelum dan sesudah pemberian sekretom pada pasien osteoporosis vertebra.
Kesimpulan: Sekretom dapat memperbaiki perburukan osteoporosis vertebra berdasarkan penurunan biomarker laboratorium dan kenaikan biomarker radiologi BMD.

Introduction: Osteoporosis is a systemic bone disease characterized by low bone density and microarchitectural deterioration of bone tissue with consequent increased bone fragility. This condition causes the patient to be susceptible to fractures, especially compression fractures. One of the studies that have been carried out is the use of secretome cells as an inhibitor of the worsening of osteoporosis, secretomes are non-cell secretions produced by meschymal stem cells.
Method: This study is a retrospective cohort with secondary data taken from medical records, the sample was taken by total sampling in accordance with the inclusion and exclusion criteria for vertebral osteoporosis. The study was conducted from July 2022 to December 2023, with secondary data taken from the period January 2017—December 2022.
Result: This study involved 11 research subjects who had met the inclusion and exclusion criteria consisting of 4 (36.4%) men and 7 (63.6%) women. The most common age group is 60-74 years (54.5%). there was a significant difference in effectiveness before and after administration of secretome in osteoporosis patients based on laboratory parameters osteocalcin, CTX, Platelets, and ESR. lumbar 1-4 before and after administration of secretome in patients with vertebral osteoporosis.
Conclusion: Secretome can ameliorate the worsening of vertebral osteoporosis based on a decrease in laboratory biomarkers and an increase in the radiological biomarker BMD.
"
Jakarta: 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Allan, David S., editor
"The goal of this book is to provide an up-to-date review of the various types of blood-derived cells with regenerative capacity, identify opportunities for intervention by examining specific clinical applications, and recognize the regulatory environment that will encompass future therapies in regenerative medicine."
New York: Springer, 2012
e20401742
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>