Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Yetri
Abstrak :
Tujuan utama pelapisan elektrogalvanisasi pada baja adalah untuk meningkatkan ketahanan korosi dan ketahanan aus, akan tetapi proses pelapisan tersebut dapat menyebabkan atom-atom hidrogen berdifusi ke dalam baja yang bisa mengakibatkan hydrogen embrittlement sehingga dapat menggetaskan material. Penggetasan ini mengarah kepada terjadinya kegagalan atau kerusakan yang tertunda (delayed brittle failure). Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah untuk U-bolt pada salah satu komponen otomotif. Untuk mengurangi hidrogen yang berdifusi ke dalam material baja karbon rendah akibat proses galvanisasi, dalam penelitian ini dilakukan pemanasan (baking) pada temperatur 200 °C selama 15 jam, 48 jam dan 65 jam. Pengujian metalografi dilakukan menggunakan mikroskop optik, sedangkan pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan, tekuk, tank dan kelelahan. Hasil pengujian struktur mikro memperlihatkan bahwa material mempunyai struktur ferit dan perlit, dan temperatur baking 200 °C tidak merubah struktur mikro material namon merubah sifat mekanik material tersebut. Kekerasan semakin menurun dengan meningkatnya waktu baking, hal ini diduga disebabkan oleh menurunnya kadar hidrogen yang terkandung di dalam material karena terjadi difusi hidrogen ke permukaan akibat pemanasan. Dengan demikian, untuk temperatur yang sama dengan meningkatnya waktu baking, waktu perpatahan pengujian kelelahan (fatigue) juga semakin lama.
The main purpose of electrogalvanizing in steel is to improve corrosion resistance and wear resistance. Unfortunately, electrogalvanizing can cause hydrogen atoms to diffuse into the steel core which results in hydrogen embrittlement. The embrittlement of materials tends to cause failure or delayed brittle failure. Materials used in this research are low carbon steel for U-bolt used as an automotive component. To reduce hydrogen diffusion into the low carbon steel after electrogalvanizing the materials were baked at temperature 200 °C at various time, i.e. 15, 48 and 65 hours. Metallographic examination was carried out using optical microscope and mechanical properties measurements included hardness, bending, tensile and fatigue test. The micro structural examination shows that the samples have ferrite and pearlite structure. The baking temperature at 200 °C does not change the microstructure but changed the mechanical properties of the materials. The lengthening of baking time decreases the hardness due to the decreasing of hydrogen content in the materials as a result of diffusion process during the baking.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soerjadi Hassan Hoesein
Abstrak :
ABSTRAK
Baja tipe AISI 304 adalah salah satu baja anti karat jenis Austenit merupakan modifikasi dari komposisi 18-8 yang memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dari baja anti karat jenis Ferit dan Martensit. Pemberian panas dan pendinginan secara perlahan-lahan pada baja AISI 304 di daerah temperatur sensitasi sekitar 4000C sampai dengan 8000C akan terbentuk presipitasi Chrom karbida sepanjang batas butir, sehingga daerah di sekitar batas butir mengalami kekurangan Chrom. Akibatnya pada daerah tersebut tidak terbentuk lapisan pasif C Cr 2 03 dan akibat adanya media korosi larutan asam dan perlakuan tegangan tarik akan mempercepat pecahnya lapisan pasif yang merupakan awal terjadinya retak.

Penelitian i ni ber t u j uan mengamati efek korosi akibat deformasi terhadap sifat mekanik baja anti karat Austenit 304 yang mengalami berbagai pendinginan. Dengan metode yang digunakan adalah melakukan uji tarik, uji kekerasan dan pemeriksaan struktur mikro pada sampel yang dipanaskan 10000C selama satu jam, kemudian didinginkan secara cepat dalam air (Water Cooling, WC), udara (Air Cooling, AC) dan secara lambat di dalama tungku (Furnace Cooling, FC).

Kemudian di l ak uk an perendaman dal am media korosi larutan Natrium Chlor i da dan setelah itu diberikan variasi tegangan tarik. Hasil penelitian sampel yang mengalami korosi tegangan menunjukkan adanya perubahan sifat mekanik, kekuatan, keuletan dan kekerasannya.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra
Abstrak :
ABSTRAK
Baja paduan rendah berkekuatan tinggi dapat diperoleh dengan perlakuan panas (normalisasi, quench--temper) dan penambahan unsur paduan penghalus butir. Kekuatan tinggi tersebut dapat dicapai tetapi ketangguhan akan berkurang dan rentan terhadap korosi retak tegang. Banyak kegagalan telah terjadi dalam penggunaan baja tersebut dan pada daerah sambungan las diperkirakan sebagai bagian kritikal terjadinya pertumbuhan retak. Menurut beberapa referensi, penggunaan baja dengan kekuatan luluh dibawah 135 KPsi secara umum imun terhadap lingkungan yang merusak seperti terjadinya korosi retak tegang. Kepekaan material getas maupun tangguh terhadap korosi retak tegang tergantung pada penerapan tegangan dan lingkungan yang dilayaninya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan penggunaan pipa baja berkekuatan tinggi terhadap lingkungan H2S/CO2 dari ikutan senyawa kondensat (sour corrosion) dan mekanisme terjadinya kegagalan korosi retak tegang.

'Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pemeriksaan visual (pengukuran dimensi), uji NDT, uji sifat mekanis, uji metallografi dan uji korosi pada setiap specimen serta daerah yang mengalami kegagalan.

Hasil observasi menunjukkan bahwa telah terjadi retak patah getas prematur pada pipa yang berorientasi tegangan, diperkirakan hoop stressnya 85% SMYS (specified minimal yield strength) atau masih dibawah desain Hoop stress 90% SMYS dan tidak dijumpai adanya retak pada bagian yang mengalami kompressi. Material pipa tersebut sebenarnya masih layak untuk dioperasikan dengan keberadaan kekuatan pipa sisa (perbandingan antara tebal pipa dengan kedalaman korosi sumuran) sekitar 3,83% atau masih dibawah 10% dari yang diizinkan. Menurut beberapa sumber acuan umumnya material yang mempunyai tingkat kekerasan 200 HB (248 HV) rentan untuk terjadinya korosi retak tegang. Hasil pengujian kekerasan pada logam induk A 182 HV, HAZ A 181 HV, las A 171 HV. Selanjutnya pada logam induk B dan C (279 HV dan 256 HV), daerah HAZ B dan C (234 HV dan 219 HV), las B dan C (227 HV dan 213 HV). Berarti material pipa daerah upstream (B) dan downstream (C) rentan untuk terserang korosi retak tegang. Sedangkan hasil pengamatan metalografi mengindikasikan bahwa penjalaran retak diawali dari batas butir.

Lingkungan H2S mudah melepaskan H+ terhadap material tersebut sehingga dapat menyebabkan penggetasan hydrogen (hydrogen emrittlement,).
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rustandi
Abstrak :
Laju korosi material baja API 5L X52 di dalam larutan 3,5 % NaCl teraerasi pada kondisi aliran turbulen berlangsung relatif tinggi yang dapat mencapai lebih dari 80 mpy (2 mm/tahun). Upaya menurunkan laju korosi tersebut umumnya dilakukan secara konvensional dengan penambahan zat inhibitor seperti oxygen scavenger atau senyawa organik jenis adsorpsi. Bilamana efektifitas kinerja inhibitor tersebut relatif rendah maka diperlukan jenis inhibitor altematif dengan kinerja yang lebih baik. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian eksperimental terhadap suatu jenis inhibitor barn yaitu ekstrak campuran antara green tea (teh hijau) dengan kandungan utama epiga/lo cacethin gallate dan piper betle (daun sirih) dengan kandungan utama hydroxychavicol yang bersifat ramah lingkungan (green corrosion inhibitor). Penelitian bertujuan untuk menganalisis penurunan besaran laju korosi material baja (API 5L X52) di dalam lingkungan larutan 3,5 % NaCI teraerasi, pada kondisi aliran turbulen (0-5000 rpm) dengan penambahan inhibitor campuran ekstrak piper betle dengan green tea sehingga dapat dievaluasi effisiensinya. Selain itu dilakukan pula analisis serta sintesis terhadap mekanisme inhibisi elektrokimia ekstrak campuran inhibitor tersebut. Metoda pengukuran laju korosi dilakukan dengan menggunakan simulasi Rotating Cylinder Electrode (RCE) serta pengukuran elektrokimia kurva polarisasi. Mekanisme korosi diteliti dengan metoda Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Sedangkan karakterisasi ekstrak green inhibitor dilakukan dengan menggunakan metoda Fourier Transform Infra Red (FTIR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi material baja API 5L X52 di dalam larutan 3,5 % NaCl meningkat secara tajam hingga 195 mpy atau 5 mm/tahun pada 5000 rpm tanpa penambahan inhibitor. Sebagai pembanding, penggunaan inhibitor oxygen scavenger yang berupa senyawa sodium sulfit dapat menurunkan laju korosi dengan effisiensi inhibitor > 90 %. Pada konsentrasi campuran green inhibitor I 000 ppm piper betle + 4000 ppm green tea, effisiensi inhibitor dapat mencapai ±90 %. Inhibitor korosi tersebut berpengaruh terhadap kurva polarisasi anodik mapun katodik sehingga dapat berperan sebagai mixed inhibitor. Pengujian EIS menunjukkan pada kondisi turbulen dengan penambahan inhibitor, proses korosi dikontrol oleh mekanisme aktivasi yang ditunjukkan oleh adanya impedansi kapasitif. Pengujian FTIR menunjukkan adanya gugus-gugus fungsi ikatan kimia yaitu: hydroxyl phenolic, C=O dan alkena =CH2 yang berkombinasi sebagai pembentuk lapisan (film- forming). Pada kondisi 3,5% NaCI dengan tekanan gas C02 sebesar I atmosfir dan keadaan stagnan, dengan penambahan konsentrasi ekstrak campuran inhibitor I 000 ppm piper betle + 4000 ppm green tea, effisiensi inhibitor yang diperoleh adalah sebesar ± 74 %. Sintesis lapisan inhibisi campuran ekstrak green tea dengan piper betle ditunjukkan dengan usulan model lapisan yang bekerja secara sinergis antara karakteristik sifat-sifat: adsorpsi, antioxidant dan hydrophobic.
The corrosion rate of type API 5L X52 steel in 3.5% NaCl aerated solution under turbulent flow condition is relatively high (can reach more than 2 mrnlyear). Method to reduce the rate of corrosion is generally done conventionally by the addition of corrosion inhibitor substance such as oxygen scavenger or adsorption of organic compounds. In case of the effectiveness of inhibitor performance is low then types of alternative inhibitors with better performance are required. This study was carried out dealing with experimental testing of a new inhibitor type i.e. a mixture extracts of green tea with the main content epiga/lo cacethin gallate (EGCG) and piper betle with the main content hydroxychavicol which were classified as environmentally friendly inhibitor (green corrosion inhibitor). The purpose of this study was to analyze the decreasing of corrosion rate of type API 5L X52 steel in aerated 3.5% NaCl solution under turbulent flow conditions (0-5000 rpm). The effect of green inhibitor addition in the solution was observed and its inhibitor efficiency was evaluated. Moreover, analysis as well as synthesis of the electrochemical inhibition mechanism of the extract mixture of these inhibitors was performed. Corrosion rate measurement method was conducted by using a simulation of the Rotating Cylinder Electrode (RCE) and by electrochemical measurements of polarization curves. Corrosion mechanism was examined by Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) while the characterization of green inhibitor material was carried out using the method of Fourier Transform Infra-Red (FTIR). The results showed that the corrosion rate of type API 5L X52 steel in 3.5% NaCl aerated solution increased sharply up to 195 mpy (5 mm/year) at 5000 rpm without the addition of corrosion inhibitor. As a comparison, the use of inhibitor of type oxygen scavenger using sodium sulfite compound decreased the corrosion rate with inhibitor efficiency > 90%. The addition of green inhibitor concentration of 1000 ppm piper betle + 4000 ppm green tea resulted in approximately 90% inhibitor efficiency. The green inhibitor affected the cathodic as well as the anodic polarization curves which were known as mixed corrosion inhibitor type. EIS testing showed that under turbulent conditions with the addition of corrosion inhibitor, the processes were controlled by an activation mechanism which indicated by the presence of capacitive impedance. The type of chemical bonds on the steel surface layer was analyzed by FTIR method which indicated the presence of function groups : phenolic hydroxyl, C=O and alkene C=CH2 which combined as film forming. In a solution containing 3,5 % NaCl with I atm C02 gas pressure and stagnant condition, the addition of 1000 ppm piper betle + 4000 ppm green tea extracts resulted in approximately 74% inhibitor efficiency. Synthesis of inhibition layer created by a mixture of extracts of green tea and piper betle was proposed which had several characteristics : adsorption, antioxidant and hydrophobic which were believed to have a synergistic effect.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
D2026
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
I Md Gd Indo H
Abstrak :
Proteksi korosi dengan penggunaan inhibitor telah menjadi alternatif yang cukup menguntungkan terutama untuk industri-industri gas dan petrokimia. lnhibitor merupakan substansi yang dapat menghambat bahkan menghentikan reaksi kimia. Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan konsentrasi penambahan inhibitor yang opiimal untuk menurunkan laju korosi baja paduan rendah inhibitor memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung aplikasinya dalam industri. Untuk penelitian ini digunakan inhibitor korosi P 99-S yang tergolong ke dalam oxygen scavenger yang berfungsi untuk menarik kandungan oksigen dari lingkungan dan mengurangi laju korosi. Lingkungan yang menjadi fokus penelitian adalah larutan HCI dengan konsenfrasi 0,1 M; 0,001 M: 0,00001 M. Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah baja ST 41 yang tergolong low alloy steel.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Eberson
Abstrak :
Korosi pada iogam merupakon suotu permasalahan sering redadi dalam dunia industri. Sudah bonyak dana yang dikeluarkan oleh pihak industri untuk menanggulangi mosalah ini. Permasalahan korosi pada logam dapai diselesaikon dengan cara memilih logam yang tepat/sesuai dengan ling/amgan atau memberikan periakucm kepada logam atau Iingkungon yang akan ditempatkan oleh Iogam. Penelitian ini membohas remrang Iaju korosi Iogam baja karbon yang diceiupkan pada Iarutan asam sulfur yang diberikan inhibitor berbasis sodium suyir. Inhibitor Berbasis Sodium Sum! adalah senyawa sodium suifit yang iergolong ke dalam oxygen scavenger yang berghmgsi untuk rnenarik kandungan oksigen dari larutan dan mengurangi lfju korosi. Pengujian ini dilakukan dalam skaia iaboratorium. Pengujian yang dilalmkan adalah pengujian sialic yang mengacu kepada standard ASTM G1-03 dan ASTM G31 -72. Material yang digunakan adalah bqia karban rendah. Penghirungan Iaju lnorosi dilakukan dengan merode kehilangan beraf. Dari hasil penelitian didaparkan bahwa Iaju korosi baja [carbon rendah semakin bertambah seiring dengan penambahan konsentrasi asam sumrt. Pada penambahan berturur-turut 30, 50, 70, dan 100 ppm inhibitor pada lingicungan HZSO4 (98%) sebanyak 0,15 ml seiama riga hari, menunjukkan bahwa Iaju korosi semakin berlcurang dengan bertambahnya jurnlah inhibiror. Sedangkan unluk dengan semalcin bertambahnya wakzu penceiupan maka Iaju korosi pada bcya karbon rendah semokin berkurang. Nilai ejisiensi inhibitor terbesar tedadi dengan penambahan 100 ppm pada H;S04 (98%) sebanyak 0,15 ml .selama tiga hari dengan nilai efisiensi 15, 6%. Kesimpulan Iain yang didapat yaitu bahwa inhitor ini lrurong makfimal jika digunakan dalam lingkungarz asam, kareno kelarutan oksigen dalarn Iinglmngan asam szdfat sedildt.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>