Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Lusiani
Abstrak :
Tesis ini menyajikan penelitian cacat produk yang terjadi di pabrik lembaran baja dingin khususnya pada proses Tandem Cold Reduction Mill (TCM) di PT. Krakatau Steel, cacat produk yang terjadi secara kontinyu. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktorfaktor cacat produk yang dominan. Metode yang digunakan adalah metode peramalan dengan mengamati data cacat produk untuk dua tahun yang lalu yaitu tahun 2001 - 2002. Dan hasil perhitungan maka metode peramalan yang terpilih adalah metode Single Moving Average karena didapat nilai Mean Square Error yang terkecil. Setelah dilakukan verifikasi data ternyata data tersebut terdapat pada batas kontrol, hal ini berarti data carat produk significant. Hasil dari metode peramalan ini adalah untuk memprediksi trend pola data cacat produk untuk masa yang akan datang. Langkah berikutnya adalah menggunakan metode analisa faktor dimana data yang diamati berdasarkan jawaban hasil kuesioner dengan membandingkan data variable manifes sebanyak 20 variabel cacat, yang dikelompokkan dalam tujuh kategori. Setelah menggunakan metode analisa faktor dengan berbantuan program Software SPSS maka didapat bahwa dari beberapa variabel manifes mengelompok dan saling berkorelasi menjadi enam faktor variable laten. Hasil pengkajian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor - faktor cacat produk yang dominan hasil proses canai dingin terdiri atas enam faktor, dimana setiap faktor mempunyai variable cacat yang saling berkorelasi. Pengelompokan variable tersebut adalah : Faktor Reduction terdiri 6 variabel cacat, Faktor Bending terdiri 5 variabel carat, Faktor Incoming terdiri 3 variabel cacat, Faktor Speed, Lubrikasi dan Retailer masing-masing terdiri 2 variabel cacat.
This thesis to prepare of observation the product defect which be happened at Cold Rolling Mill especially in Tandem Cold Reduction Mill (TCM) process of Krakatau Steel Company. Defect which be happened is continue. The goal of observation to identification of dominates product rejection factors. The method to be used is forecasting method with manner observe reduction data in the last two year 2001 - 2002. The forecasting method changed with using Single Moving Average method will be found the smallest Mean Square Error value. After to be done data verification in fact the data is located on limit control, which means the rejection data, is significant. The using of the forecasting method is to know the pattern of data trend rejection for the following year. The next step is to use the method of factor analysis which be observed namely data of questioner answer result with comparing manifest data with quantity twenty defect variables is grouped into seven categories. After using factor analysis by means of SPSS software program, then it will be got the result from manifest variables to group and correlate become six latent variables. The analysis result of this observation thus will be got that dominant rejection factor produce of Cold Rolling Mill is divided into six factors, which every factor have defect variables to be correlate. Variables group namely: Reduction Factor consist of six defect variables, Bending Factor consist of five defect variables, Incoming Factor consist of three defect variables and Speed, Lubrication and Retailer Factor each consist of two defect variables.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Komang Astana Widi
Abstrak :
Proses nitrokarburisasi austenitik pada temperatur 600, 650 dan 700 0C dengan lamanya perlakuan 1, 3 dan 5 jam menggunakan dapur fluidized bed dengan komposisi gas 64 % m3/jam NH3, 20 % m3/jam N2, dan 16 % m3 /jam LPG, telah dilakukan pada penelitian ini terhadap dua jenis baja yaitu : baja karbon tipe AISI 1013 dan baja paduan tipe AISI P20, sebagai material yang banyak digunakan dalam dunia industri. Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik lapisan yang terbentuk akibat perlakuan nitrokarburisasi austenitik dengan pengujian XRD, SEM dan metalografi, profit kekerasan mikro dan uji keausan OGOSHI. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa perlakuan nitrokarburisasi austenitik dengan parameter di atas telah terjadi proses difusi atom N dan C ke permukaan baja pada daerah temperatur austenit, yang dibuktikan dengan hadirnya sebagian besar fasa a Fe2N,C pada lapisan senyawa dan terbentuknya fasa martensitibainit di bagian sub-permukaan serta fasa Cr2N yang terdapat pada daerah difusi. Karakterisasi hasil perlakuan ini, terhadap parameter proses di atas menunjukkan bahwa, baja AISI 1013 memberikan ketebalan lapisan senyawa yang lebih besar dibandingkan baja AISI P20. Pada tingkat ketebalan tertentu (113 µm) porositas mulai hadir, ini terjadi pada temperatur proses 600 0C selama 5 jam. Penyebab porositas ini akibat dari waktu proses yang lama. Selain waktu proses, tingginya temperatur proses juga akan menyebabkan makin berlebihnya tingkat porositas. Pada penelitian ini pemyataan tersebut dibuktikan pada temperatur proses 700 °C selama 3 jam terjadi porositas yang semakin berlebih dibandingkan temperatur sebelumnya. Jika temperatur proses meningkat hingga 5 jam pads temperatur yang sama, maka akan terjadi pengelupasan lapisan senyawa (spelling) yang mengakibatkan berkurangnya ketebalan lapisan. Tingkat kekerasan permukaan yang dihasilkan pada penelitian ini, untuk baja AISI 1013 antara 230 - 470 VHN. Sedangkan untuk baja AISI P20 antara 472 - 651 VHN. Pengukuran kedalaman pengerasan yang dihasilkan masing-masing baja bervariasi tergantung dari tempertur proses, waktu proses, komposisi kimia dan mikrostruktur material dasar. Meningkatnya laju difusi atom N dan C sebagai akibat dari meningkatnya temperatur dan waktu proses. Besarnya tingkat difusifitas kedua atom tersebut ke permukaan baja akan sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia dan mikrostruktur dari baja tersebut, yang akan menentukan tingkat kedalaman pengerasan. Besarnya nilai kekasaran permukaan sangat berpengaruh terhadap ketahanan ausnya. Dengan perlakuan nitrokarburisasi austenitik, dibuktikan melalui penelitian ini, tingkat kekasaran permukaan yang semakin rendah (lebih halus/rata) dibandingkan dengan baja yang tidak diproses nitrokarburisasi austenitik. Ketahanan aus juga sangat tergantung pada kekerasan permukaan dan ketebalan lapisan keras yang dihasilkan. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan meningkatnya kekerasan permukaan dan ketebalan lapisan pada penelitian ini, diperoleh laju keausan yang semakin rendah. Melalui penelitian ini disimpulkan, perlakuan nitrokarburisasi austenitik pada temperatur proses 700 °C dengan waktu proses 1 jam merupakan parameter proses optimum yang menunjukkan belum terbentuknya porositas, tetapi lapisan senyawa å fe2-3N,C dengan deep case depth sudah tercapai.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
OKKY HELJA OCTORA SR
Abstrak :
Sifat mampu bentuk baja lembaran merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam proses manufaktur. Dengan adanya sifat mampu bentuk yang baik, ditunjang dengan faktor – faktor yang sesuai, maka industri lembaran baja dapat semakin berkembang. Salah satu faktor yang sangat penting dalam proses manufaktur adalah tingkat laju aliran regangan dari material. Dalam sebuah studi, diketahui bahwa untuk memperoleh informasi mengenai laju aliran regangan dari material adalah dengan melakukan uji regangan dengan tiga kecepatan pukulan yang berbeda dalam uji stretching dengan menggunakan ujung punch berbentuk hemispherical. Selain itu, forming limit curve (FLC) digunakan sebagai acuan dalam pembentukan lembaran baja, sehingga akan dilakukan studi korelasi antara kecepatan pukulan terhadap FLC0. Pengujian kali ini akan berfokus pada evaluasi pengaruh kecepatan punch terhadap pembentukan FLC0 dengan material yang digunakan 2 lembar baja karbon rendah tipe SPCD 1 mm dan SPCE 0.35 mm. Material uji sebelumnya dilakukan penandaan dengan pola lingkaran ukuran diameter 2 mm pada permukaannya. Pengujian metode Nakazima dilakukan menggunakan alat universal sheet metal testing machine kapasitas 12 tonF, dengan hasil uji berupa grafik kurva batas pembentukan (FLC). ......Formability sheet metal is one of capabilities that needed in the manufacturing process. With a good formabilty of sheet metal, supported by appropiate factors, industry of sheet metal forming can be develop further more. One of the most important factors in the manufacturing process, especially formability sheet metal, is the strain flow rate of material. It is known that to obtain information about strain rate of the material is to perform formability test known as stretching test that in this study with a three different punch speeds using a hemispherical punch. In addition, the forming limit curve (FLC0) is used as a reference in the formation of steel sheets, because of that, it will be perform study that carried out correlation between speed punch and FLC0. This study will be focus on evaluating the effect of punch speed on the formation of FLC0 used low carbon steel sheets of  1 mm SPCD type and 0.35 mm SPCE type. Sample was marked with a 2 mm cirlce pattern on its surface. The Nakazima test method was carried out using a universal sheet metal testing machine with a capacity of 12 tonF with a graph of FLC0 as a result.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Lendutan yang terjadi pada struktur blok atau rangka batang akan berbanding lures dengan panjang bentang balok atau rangka batang tersebut, artinya semakin panjang bentang maka lendutan yang terjadi akan sernakin besar, diiihat dari aspek teknis lendutan yang besar akan mengurangi keamanan struktur oleh karena itu lendutan yang terjadi harus dibmasi. Pembatasan lendutan ini selanjutnya disebut dengan lendutan izin yang besarnya menurut Peratu.ran Perencanaan Bangunari Baja Indonesia (PPBBI 1984) adalah L1360 dimana L adalah panjang bentang struktur tersebut. Apabila struktur baloklrangka baja mengalami lendutan yang melebihi lendutan ijinya belum tentu bahwa struktur tersebut tidak kuat terhadap beban atau gaya yang dipikulnya, karena kontrol lendutan baru bisa dilakukan setetah ukuran profil ditentukan terlebih dahulu. Adanya kontrol lendutan adalah sebagai syarat dari days layan (serviceability) dari suatu struktur. Kasus yang akan dianalisa oleh penulis adalah yang terjadi pads Jembatan Pipa Pertamina Cipunegara, dimana lendutan yang terjadi adalah 31,30 cm sedangkan lendutan yang diijinkan untuk bentang 80 m adalah 22,20 cm (L1360 sedangkan berdasarkan data yang diperoleh penulis hasil perhitungan kontraktor lendutan yang diijinkan adalah 1,1300 atau 26 cm) sehingga dapat disimpulkan bahwa lendutan yang terjadi melebihi dari yang diijinkan. Untuk mengatasi hal ini dengan tidak mengganti profil yang telah dipakai maka pada jembatan tersebut dipasang kabel prategang external pada kedua balok induk jembatan, sehingga dengan memberikan gaya tank pads kabei prategang diharapkan lendutan yang ter adi pada jembatan tersebut akan lebih kecil. Dalam Tugas Akhir ini penulis akan menganalisa berapa besarnya gaya prategang yang harus diberikan sehingga sehingga lendutan yang terjadi lebih keeil dari yang diij:nkan_ Untuk perhitungan lendutan yang terjadi pada struktur rangka penulis akan menggunakan program komputer seperti STAAD Ill
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwa Santosa
Abstrak :
Analisis struktur bangunan seperti gedung bertingkat adalah Salah satu prosedur yang harus dilakukan seorang perancang, untuk mencapai hasil perancangan yang aman bagi pengguna bangunan, ekonomis, mudah dilaksanakan dan diharapkan dapat memenuhi tuntutan fungsi dan estitika sebaik mungkin. Secara teknis tujuan analisis kita adalah untuk mendapatkan hasil perancangan yang berfungsi dengan baik dan aman. Sebagai ilustrasi untuk pembahasan dalam tulisan ini penulis melakukan perancangan struktur baja untuk gedung ll lantai, berukuran l0x35x39 meter dan berdiri diatas tanah lunak di Jakarta yang diperuntukkan sebagai kantor, System yang digunakan Eksentris Braced Frame (EBF) dan Moment Resisting Frame (MRF). Metode yang digunakan untuk perancangan konstruksi bajanya adalah metode elastis menurut spesifikasi AISC-LRFD 1994 dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung 1987 untuk analisis pembebanannya, sedang untuk analisis pembebanan Iateralnya menggunakan analisis dinamik respon spektrum dengan kombinasi SRSS . Spesifikasi bahan yang digunakan adalah baja A36 (fy = 36 ksi) dan Electrode Las E420 (fu = 4.200 kg/cm2.) Adapun isi pembahasannya mencakup pemilihan system struktur, analisis pembebanan menurut pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, analisis mekanika struktur dengan program aplikasi STAAD-III ver. 2.1. dan perancangan struktur baja dengan metode elastis menurut spesifikasi AISC-LRFD 1994. Dari hasil analisis kita akan mempelajari beberapa perbedaan yang diperolch dari kedua system struktur yang meliputi jumlah pekerjaan sambungan, berat struktur dan respon struktur, yaitu defleksi maksimum, interstory drift dan gaya geser lingkat.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakti Prasetyo Utomo
Abstrak :
Dalam perancangan suatu konstruksi baja (steel structuye) dibutuhkan suatu desain serta proses produksi dan pemasangan yang telah terintegrasi, agar dapat menekan biaya yang dibutuhkan dan mempermudah proses pengerjaan dan pemasangannya. Salah satu cara yang ditempuh dalam proses desain adalah dengan mengimplementasikan sistem CAD/CAM/CAE pada bagian engineering sebagai sumber awal informasi. Penggunaan sistem CAD dalam proses desain steel structure khususnya pada tahap preliminary design dan detail design sangatlah dirasakan keberadaannya mengingat akan pekenjaan steel structure bukanlah suatu pekerjaan kecil dan membutuhkan banyak iterasi dalam proses desainnya. Penelitian ini adalah untuk membuat sistem perencanaan sebelum produk manufaktur dibuat detail desainnya untuk kemudian dilempar ke shop floor, sistem perencanaan dan pengendalian material yang telah banyak diterapkan diberbagai pihak industri adalah sistem klasifikasi dan kodeilkasi material atau part membering yang memiliki kemampuan dalam mendefinisikan komponen untuk pengendalian pengadaanl pemesanan raw marerial dan pengendalian proses produksinya secara sekaligus. Dengan demikian penerapan sistem klasifikasi dan kodefikasi komponen material membantu bagian engineering design dalam pengeluaran take of material dan bill of quantity-nya. Juga membantu bagian produksi dalam mengendalikan proses produksinya. ......An Integrated design, production and installation processes are needed in the steel structure planning. Its purposes are to reduce cost and to make production and installation process more easily. One way that have been implemented in a design process is by implementing CADICAMJCAE system in engineering department as the preliminary infomation resources.The use of CAD system in design process for steel structure especially at preliminary design and detail design is important because steel structure is not that kind of small work, it needs so many iteration in it?s design processes. This research is carried out to make a planning system for detail design of the manufactured product before it is sent to the shop floor. One of the system that have been made in many companies is coding and classification system or part numbering that have the ability to define part/component to manage process of ordering material and also to control production process. Thus the implementation of material coding and classification system helps engineering design departement to produce take off material and bill of quantity and also helps production departement to control their production process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
Abstrak :
Baja perkakas SKD 11 merupakan bzy`a perkakas yang banyak digunakan dalam industri karena memiliki si/ar kekerasan yang tinggi dan fahan aus akibat kandungan kromiun yang tinggi sekitar 11-13%. Banyak peralatan per/nesinan yang menggunakan bahan baja perkakas SKD 11 dalam dunia induslri masih impor dari luar negeri, unruk ilu dilakukan penelitian ini sehingga diharapkan dapal mengurangi kelergantungan perkalfas baja SKD I 1' dari luar negeri dan seecara ridalc langsung rnaka biaya produ/ui dapai dikurangi.

Pengoptimalan sU`a! bqia perkakas SKD 11 dapal dilakukan dengan perlakuan panas yang terdiri aras prehearing, ausrenfsasi, quenching dan lemper. Penefilian ini dilakukan unruk mengeta/mf dampak Iempel' lunggaf dan temper ganda terhadap Sifdl kekerasan baja perkakas dan srruktur mi/fro. Proses remper dilaksanakan dalam berbagai Iemperarur. Dari pengujian yang dflakukan didapafkan hasil bah wa baik temper runggal maupun lemper ganda menghasilkan srruktur marrensir temper dan karbida. Kekerasan alfan berkurang dengan meningkalnya lemperarur remper kecuali pada kondisi dimana tedadi prisriwa secondary hardening. Pada kondisi inf baja SKD Il memiliki kekerasan yang tinggi_ Secondary hardening rampal: terjadi jika baja SICD 11 diremper pada 425"C baik pada femper tunggal rnaupun lemper ganda. Temper ganda akan mengahasilkan kekerasan yang cenderung lebih rendah dibandingkan Iemper tunggal.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuaji NP
Abstrak :
Baja ASSAB XW-42 (vetara dengan AIS! D2) merupakan baja perkakas pengeqaan dingin dengan kadar karbon dan kromium yang tinggi. Untuk aplikasinya. Inga ASSAB XW-42 ini banyak digunalcan umulc afal pemarong, punch dan dies, yung memerlukan kekerasan, ketalzanan aw: yang linggi dun kestabilan dimensi yang baik Pada penelirian ini digzmakan 3 variabel temperatur au.s'1enisasi yaitu pada 980"C, I010"C dan I040”C, dan dengan 4 kondisi pada musing - masing variabel temperatur yaim as quench, quench lemper, as subzero dan .vubsero rempcr. Hasil pene/ilian nzemmju/ckan bahwa perlrzkunn subzero meningkalkan kekemxan yailu dari 52,49 HRC menjadi 53,06 HRC pada temperutur 9800C,‘ 52,72 HRC menjadi 52,86 HRC pada temperalw' 101 0” C; 52,29 HRC menjadi 53,37 HRC pada remperalur I0-10” C. Perlakuan subsero juga meningkaflfan ketahanan aus dengan menurzmkan laju aus yairu dari 3, 99xl 04 mm’/mm merjadi 3,-I5xl0" mms/mm pada remperatur 9800C; 4,06x10“ mm"/mm menjadi 3,83.r10'6 mmj/lvnm pada Iempcratur I Ol 00 C; 4,00xI04 mms/mm menjadi 3,94.rl0'6 mm’/mm pada temperatur 10400 C. Untuk ketanggu/mn, perlalruan subzero juga menirrglrarkan harga impak aim dari 0,033 .loule/mm? menjadi 0,036 Joule/Jwrng padu femperalur 101066: 0,036 Joule/Jmmz menjadi 0,0-I7 Joule/mm2 pada remperarur 10-IOUC. Harga impak rurzm pada temperalur 980° C yaitu duri 0, 038 Joufe/mm? menjadf 0,033 ./oulefinml. Penfrzgkaran /cefalzanan aus ini disebabkan kareua lerbemzzkrzya karbidu yang Iebih merara dan halus. Dari hasil pengzyiarz dapaf disimpulkan bahwa perlalman .s-ub:ero ram - ram menai/dean 1,1-1% kekeraxan, 7,49% kerahancm aus dan 156% kerangguhan dibandingkan dengun ranpa perlulruan subsero. Peningkamn syn: material yang optimal refjadi dengan mclakukan proses remper serefa/1 proses .subzero dilakukcm_ Puda fom mikro fer/ihur srrukfur /mrbida yang febi/1 /wins dan mermu has!! perlakuan subzero. Perbedaan warm: rnarrilrs cmrara sampel ranpu dan dengan tenyner menwyulrkau adargfa perubahan rrmtrilm yaifu pcrubalzan marrensif menjadi murfensir Iemper. Dari hasil jblo mi/fro tidak dapat diamati per:1ba!1m1 persentase austeni! sisa dun per.s-enlase marlensir.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Ulpan
Abstrak :
Pemodelan sambungan sendi pada analisis struktur baja biasanya disederhanakan dengan hanya melakukan release moment. Sedangkan keberadaan pelat buhul (gusset plate) dan eksentrisitasnya diabaikan. Pada penelitian ini dikaji pengaruh gusset plate pada respon struktur ketika komponen tersebut dimodelkan dan eksentrisitasnya diperhitungkan. Kemudian, analisis dilakukan dengan 3 macam pemodelan. Pertama, sambungan sendi dimodelkan dengan release moment. Kedua, gusset plate dan baut (untuk memunculkan efek eksentrisitasnya) pada sambungan sendi dimodelkan sebagai frame. Terakhir, sama dengan pemodelan kedua namun sebagai elemen shell. Variasi pembebanan yang dilakukan selain pada kondisi ideal juga terhadap adanya eksentrisitas pembebanan, faktor kejut, dan beban gempa. Untuk studi kasusnya yaitu pada bangunan struktur baja pabrik butadiene yang menahan sebuah mesin kondensor. Hasilnya, terjadi kenaikan nilai rasio tegangan dan rasio puntir yang cukup signifikan pada pemodelan kedua dan ketiga. Bahkan banyak sambungan sendi yang menjadi gagal terutama pada sambungan yang dekat dengan lokasi beban besar.
Modeling shear connection on steel structure analysis, commonly simplified by doing release moment. While the existence of gusset plate and its eccentricity were ignored. This study was examined the effect of gusset plate on structure response when its component was modeled and the eccentiricity was considered. Then, the analysis was done with 3 kinds of modeling. Firstly, the shear connection was modeled by releasing moment. Secondly, gusset plate and bolt (to appear its eccentricity) on the shear connnection were modeled as frame. The last, similar with second modeling, but as shell element. Loading variations that were assigned beside in ideal condition, also toward the loading eccentricity, impact factor, and seismic load. The case study was taken at steel structure building of butadiene factory that hold a condensor machine. As the result, the stress ratio and torsion ratio increased significantly at second and third modeling. Even, many shear connections were being failure especially in connection that close to the big loading.
2013
S52931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Yudha Priyadi
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam perencanaan struktur tahan gempa, baja dinilai memiliki ketahanan berupa daktilitas serta disipasi energi yang baik. Salah satu sistem struktur yang memiliki karakteristik kekakuan tinggi adalah sistem bresing eksentris EBF. Sistem struktur ini merupakan gabungan portal baja serta sistem bresing konstentrik. Di samping itu, proses perencanaan struktur baja memuat metode analisis stabilitas. Metode analisis stabilitas diantaranya adalah Advanced Analysis atau analisis second order inelastic, Direct Analysis Method DAM, dan Effective Length Method ELM. Masing-masing metode tersebut memiliki batasan pada penggunaannya, terutama pada ELM karena analisisnya dibatasi pada batas linier orde pertama. Stress ratio hasil validasi struktur EBF satu tingkat dengan link geser memberikan nilai yang rendah akibat pembebanan gempa statik ketiga parameter, maka struktur EBF satu tingkat jika dilihat stress ratio nya lebih efisien menggunakan link lentur. Stress ratio pada struktur EBF tiga tingkat dengan link geser menunjukkan hasil yang efektif pada gempa besar untuk keempat metode analisisnya. Nilai yang paling mendekati advanced analysis dari struktur EBF satu tingkat link geser adalah DAM, sedangkan struktur EBF satu tingkat link lentur yang mendekati adalah ELM dengan orde pertama, pada struktur EBF tiga tingkat dengan link geser adalah ELM orde pertama, dan pada struktur EBF empat tingkat adalah ELM orde kedua dan DAM yang memiliki nilai identik sama besar.
ABSTRACT
In the design of earthquake resistant structures, steel is considered to have the resilience of ductility and good energy dissipation. One of the structural systems having high stiffness characteristics is eccentrically braced frames system EBF . This structure system is a combination of moment resisting frames and concentrically braced frames. In addition, the steel structure planning process contains stability analysis methods. There are various stability analysis methods, including Advanced Analysis which is an inelastic second order analysis, Direct Analysis Method DAM, and Effective Length Method ELM. Each of these methods has limits on their use, especially in the ELM because the analysis is limited to first order linear boundaries.Stress ratio of one storey EBF validation structure with shear link gives low value due to static earthquake loading of three parameters, then the structure of one storey EBF if seen the stress ratio more efficient using flexural link. Stress ratios on three storey EBF with shear links show effective results in large earthquakes for all four methods of analysis. The closest approximation value of the one storey EBF with shear link is DAM, while the one storey EBF with shear flexural is first order ELM, in a three storey EBF with shear link being first order ELM, and on a four storey EBF with shear link is a second order ELM and a DAM that has identically identical values.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>