Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elizabeth Melina
"ABSTRACT
Infeksi nosokomial dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, bahkan dapat berujung pada kematian. Salah satu organisme penyebab infeksi nosokomial adalah Staphylococcus epidermidis. Kasus resistensi S. Epidermidis terhadap antibiotik pun meningkat sehingga dibutuhkan terapi alternatif. Efek antibakteri dapat diperoleh dari ekstrak tanaman, salah satunya ekstrak daun sirih Piper betle L. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun Piper betle L. terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Lima konsentrasi ekstrak daun Piper betle L. 62,5 mg/mL, 125 mg/mL, 250 mg/mL, 500 mg/mL, 1000 mg/mL diuji potensi antibakteri secara in vitro dengan metode difusi cara sumuran, kemudian dibandingkan dengan siprofloksasin 5?g sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Sesuai standar Clinical Laboratory and Standards Institute, zona hambat siprofloksasin pada Staphylococcus epidermidis menunjukkan hasil susceptible pada diameter ge;21 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Piper betle L. memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis pada seluruh konsentrasi di atas diameter zona hambat ge;21 mm.

ABSTRACT
Nosocomial infection can increase morbidity and mortality of a patient, even lead to death. One of the causing organism is Staphylococcus epidermidis. Resistance of S. Epidermidis to various antibiotics is increasing so alternative therapy is needed. Antibacterial effect can be obtained from plant extracts, one of which is extract of Piper betle L. leaf. The purpose of this research is to know the antibacterial activity of extract of Piper betle L. leaf against Staphylococcus epidermidis. Five concentrations of Piper betle L. extract 62,5 mg mL, 125 mg mL, 250 mg mL, 500 mg mL, 1000 mg mL were tested in vitro using agar well diffusion method for antibacterial potency compared to ciprofloxacin 5 g as positive control and aquadest as negative control. According to the standard from Clinical Laboratory and Standards Institute, the ciprofloxacin is susceptible for Staphylococcus epidermidis if it has inhibiton zone diameter ge 21 mm. The result of this research shows that the extract of Piper betle L. leaf has antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis in all concentrations tested with inhibiton zone diameters ge 21 mm."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Widya Santy
"ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh resistensi metisilin Staphylococcus aureus terhadap probabilitas ketahanan hidup 1 bulan pasien infeksi Staphylococcus aureus dan penilaian variabel lain yang mempengaruhi hubungan tersebut di ruang rawat inap di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Desain : Kohort retrospektif dengan análisis survival menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien infeksi S.aureus tahun 2010-2015.
Hasil : Dari total sampel 89 , 42 (47,19%) karena MSSA dan 47 (52,81%) karena MRSA. Probabilitas ketahanan hidup secara keseluruhan pasien infeksi S.aureus adalah 86%. Pada análisis bivariat diketahui bahwa resistensi metisilin S.aureus berhubungan dengan ketahanan hidup 1 bulan pasien infeksi S.aureus dengan hazard ratio 4,86 (95% CI : 1,06 ? 22,18). Tetapi setelah dilakukan análisis multivariat maka hubungan resistensi metisilin S.aureus dan ketahanan hidup dengan mengontrol variabel jenis kelamin dan hemodiálisis didapatkan hazard ratio 2,92 (95 % CI ; 0,59 - 14,44).
Kesimpulan : Setelah memperhitungkan variabel jenis kelamin dan hemodialisis, penderita S.aureus yang resisten terhadap metisilin memiliki risiko kematian 2,92 kali (95 % CI ; 0,59 - 14,44) dibandingkan penderita S.aureus yang sensitif terhadap metisilin. Akan tetapi secara statistik hubungan ini tidak bermakna.

ABSTRACT
Objective : To identify the impact of methicillin resistance on 1?month survival rate in patients with Staphylococcus aureus infection and to evaluate of other variables, which affect the relationship between methicillin resistance and patient survival at Cipto Mangunkusumo (RSCM) hospital Jakarta.
Design : Retrospective cohort with survival analysis between January 2010 and January 2015. The inclusion criteria were all patients with dm gangren, cellulitis,endocarditis, sepsis, osteomyelitis,burn wound infection and pneumonia. Data was collected from the medical records.
Results : A total of 89 patients with S.aureus infection were included. Of these, 42 (47,19 %) had MSSA and 47 ( 52,81 %) had MRSA. Overall patients survival rate was 86%. By bivariate analysis, methicillin resistance associated with 1-month survival in patients with S.aureus infection (HR 4,86 ; 95% CI : 1,06 ? 22,18) . After adjusted or sex and hemodyalisis, MRSA infection was not found as an independent risk factor for 1-month survival (HR 2,92 ; 95 % CI ; 0,59 - 14,44).
Conclusions : Patients with MRSA infections have a higher hazard rate than MSSA infections after adjusted for sex and hemodialysis (HR 2,92 ; 95 % CI ; 0,59 - 14,44), although MRSA infections was not found significantly associated with patients survival."
Universitas Indonesia, 2015
T44088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Rasyid
"ABSTRAK
Aspergillus clavatus merupakan kapang yang dapat menghasilkan
senyawa metabolit sekunder bersifat antibiotik. Untuk meningkatkan senyawa antibiotik, maka di perlukan suatu perlakuan terhadap kapang tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penambahan ekstrak khamir (0 %, 0,1 %, dan 0,2 %) dapat meningkatkan aktivitas aritibiotik metabolit sekunder yang dihasilkan oleb galur Asp. clavatus UICC 312 terhadap bakteri Alcaligenes faecalis UICC B-5, Bacillus subtillis UICC B-Il, Eschenichia coli UICC B-15, Micrococbus luteus UICC B-25, Proteus vulgaris UICC B-39, Pseudomonas solanacearum UICC B-23, Staphylococcus aureus UICC B-28. Galur Asp . clavatus UICC 312 yang diuji aktivitas antibiotiknya ditumbuhkan pada medium Potato Dextrose Broth dengan masing-masing konsentrasi ekatrak khamir, pengocokan 112 rpm, suhu inkubasi 300C selama 6 hari. Uji aktivitas antibiotik dilakukan dengan menggunakan " cylinder assay method". Aktivitas antibiotik penambahan ekstrak khamir d.iketahui dengan mengukur diameter zona bening.
Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa: (1) Penambahan ekstrak khamir pada medium PDB menurunkan aktivitas antibiotik galur Asp. clavatus UICC 312 terhadap ketujuh jenis bakteri; (2) Bakteri yang paling sensitif adalah Alc. feacalis UICC B-5 sedangkan yang kurang sensitif adalah S. aureus UICC B-28; (3) Pada fermentasi metode pengocokan untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder bersifat antibiotik oleh galur Asp. Clavatus UICC 312 tidak perlu diberikan ekstrak khamir.
ABSTRAK
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marshal
"Penelitian ini membahas viabilitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap pajanan gelombang audiosonik sebesar 7kHz selama 10 dan 30 detik. Proses penelitian ini dimulai dengan pembuatan kultur bakteri Staphylococcus aureus pada media agar nutrisi kemudian dipindahkan dalam media Brain Heart Infusion (BHI) untuk diberikan pajanan gelombang audiosonik. Setelah selesai diberi pajanan bakteri di inkubasi dan dipindahkan ke media Plate Count Agar (PCA) untuk dinilai viabilitasnya dengan metode Total plate Count. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan viabilitas Staphylococcus aureus sebesar 97,8% pada pajanan 10 detik bila dibandingkan dengan kontrol dan 288% pada pajanan 30 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan gelombang audiosonik memberikan pengaruh positif terhadap viabilitas Staphylococcus aureus.

This study discuss about the effect of sonification using 7 kHz audiosonic wave within two different duration 10 and 30 seconds to viability of Staphylococcus aureus. This bacteria first cultured in nutrition agar and then transferred to another media, Brain Heart Infusion (BHI) before exposed to the audiosonic waves. After exposure to the wave the bacteria transferred again to Plate Count Agar (PCA) media, for the counting purpose using the Total Plate Count. This study shows that Staphylococcus aureus viability is increased by 97,8% in the 10 seconds exposure and 288% in 30 seconds exposure. This results show that exposure to audisonic waves will give positive effect to Staphylococcus aureus viability."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diza Tazkiya
"Penggunaan methicillin yang tidak terkendali dapat menyebabkan munculnya strain resistan S. aureus, yaitu Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan gen utama pengode resistansi mecA dan femA. Terdapat tiga strain MRSA: Healthcare-associated (HA-MRSA), Livetock-associated (LA-MRSA) dan Community-associated (CA-MRSA). Salah satu media yang berpotensi untuk mentransmisikan mikroorganisme patogen MRSA di masyarakat adalah aliran udara mesin pengering tangan di pusat perbelanjaan. Bakteri dari aliran udara tersebut diisolasi dengan medium Mannitol Salt Agar (MSA) menggunakan metode settle plate. Isolat yang tumbuh terpisah dan mengubah warna medium dari merah menjadi kuning kemudian dikonfirmasi dengan multiplex PCR menggunakan primer gen mecA dan femA serta 16S rRNA (STPY). Hasil penelitian mendapatkan sembilan isolat MRSA karena positif terhadap gen 16S rRNA (STPY) dengan gen resistan mecA atau mecA dan femA. Tiga isolat lainnya dianalisis dengan metode singleplex PCR menggunakan gen 16S rRNA universal (27F dan 1492R) dan kemudian dilakukan sekuensing DNA sehingga terdeteksi sebagai S. cohnii dan S. saprophyticus. Keberadaan kedua bakteri tersebut menandakan bahwa aliran udara mesin pengering tangan di pusat perbelanjaan berpotensi memaparkan mikroorganisme patogen resistan antibiotik karena intensitas pemakaian dan pemaparan langsung melalui udara ke tangan pengguna (komunitas).

The uncontrolled use of methicillin can lead to the emergence of resistant strains of S. aureus, specifically Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), characterized by the presence of the primary resistance-coding genes mecA and femA. There are three MRSA strains: Healthcare-associated (HA-MRSA), Livestock-associated (LA-MRSA), and Community-associated (CA-MRSA). One potential medium for transmitting MRSA pathogenic microorganisms in the community is the airflow from hand dryers in shopping centers. Bacteria from this airflow were isolated using Mannitol Salt Agar (MSA) through the settle plate method. Isolates that grew separately and changed the color of the medium from red to yellow were then confirmed using multiplex PCR with mecA, femA, and 16S rRNA (STPY) genes as primers. The research results revealed nine MRSA isolates that tested positive for the 16S rRNA (STPY) gene, with either mecA or both mecA and femA resistance genes. Three other isolates were analyzed using the singleplex PCR method with universal 16S rRNA genes (27F and 1492R) and then underwent DNA sequencing, identifying them as S. cohnii and S. saprophyticus. The presence of these two bacteria indicates that the airflow from hand dryers in shopping centers has the potential to expose antibiotic-resistant pathogenic microorganisms to users' hands in the community due to the intensity of usage and direct exposure through the air."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Hana Azzahra
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus yang tersusun seperti anggur dan dapat menyebabkan penyakit. Penggunaan antibiotik methicillin yang berlebihan menyebabkan bakteri menjadi resistan atau dikenal dengan Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Resistensi pada MRSA ditandai dengan keberadaan gen mecA dan femA. Salah satu penyebaran MRSA dapat melalui hewan ternak. Penyebaran patogen zoonosis MRSA diduga terjadi melalui ayam atau cross contamination dari talenan. Tujuan penelitian adalah mendeteksi gen mecA dan femA pada Staphylococcus aureus dari talenan dan ampela ayam mentah di penjual ayam pasar tradisional. Penelitian dilakukan dengan pengambilan 6 sampel talenan dan ampela ayam mentah di 3 pasar tradisional Kota Depok dengan metode swab dan menggunakan medium Mannitol Salt Agar (MSA). Isolat-isolat yang mengubah warna medium menjadi kuning akan dilakukan pendeteksian gen penanda MRSA, yaitu 16S rRNA (STPY), mecA, dan femA dengan metode multiplex PCR. Hasil penelitian mendapatkan 19 isolat MRSA dan 2 isolat Methicillin resistant Staphylococcus (MRS) dengan menggunakan primer 16S rRNA universal, yaitu Staphylococcus cohnii dan Staphylococcus gallinarum. Keberadaan gen resistan dari isolat yang diperoleh menunjukkan bahwa talenan dan ampela ayam mentah dapat berpotensi menjadi sumber transmisi MRSA.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus yang tersusun seperti anggur dan dapat menyebabkan penyakit. Penggunaan antibiotik methicillin yang berlebihan menyebabkan bakteri menjadi resistan atau dikenal dengan Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Resistensi pada MRSA ditandai dengan keberadaan gen mecA dan femA. Salah satu penyebaran MRSA dapat melalui hewan ternak. Penyebaran patogen zoonosis MRSA diduga terjadi melalui ayam atau cross contamination dari talenan. Tujuan penelitian adalah mendeteksi gen mecA dan femA pada Staphylococcus aureus dari talenan dan ampela ayam mentah di penjual ayam pasar tradisional. Penelitian dilakukan dengan pengambilan 6 sampel talenan dan ampela ayam mentah di 3 pasar tradisional Kota Depok dengan metode swab dan menggunakan medium Mannitol Salt Agar (MSA). Isolat-isolat yang mengubah warna medium menjadi kuning akan dilakukan pendeteksian gen penanda MRSA, yaitu 16S rRNA (STPY), mecA, dan femA dengan metode multiplex PCR. Hasil penelitian mendapatkan 19 isolat MRSA dan 2 isolat Methicillin resistant Staphylococcus (MRS) dengan menggunakan primer 16S rRNA universal, yaitu Staphylococcus cohnii dan Staphylococcus gallinarum. Keberadaan gen resistan dari isolat yang diperoleh menunjukkan bahwa talenan dan ampela ayam mentah dapat berpotensi menjadi sumber transmisi MRSA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumil Qarisa
"Epidemiologi dari penyakit menular atau infeksi di Indonesia memiliki angka yang cukup tinggi, termasuk infeksi bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus MRSA . Menurut National Nosocomial Infection Surveillance System, terdapat lebih dari 60 isolat Staphylococcus aureus dari pasien intensive care unit yang merupakan bakteri MRSA. Vankomisin merupakan antibiotik yang dapat mengatasi infeksi MRSA, namun baru-baru ini ditemukan golongan bakteri yang bersifat kurang sensitif terhadap obat tersebut, sehingga perlu dicari zat lain sebagai terapi alternatif. Daun suren Toona sureni Blume Merr. merupakan salah satu tumbuhan Indonesia yang telah digunakan di bidang kesehatan sejak dahulu kala. Ekstrak daun suren telah diketahui memiliki senyawa metil galat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini, dilakukan uji eksperimental dengan metode makrodilusi untuk mengetahui peran daun suren sebagai antibakteri terhadap bakteri MRSA. Vankomisin yang diketahui dapat mengobati infeksi MRSA digunakan sebagai pembanding untuk melihat sensitivitas bakteri yang diuji. Dari penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak daun suren Toona sureni Blume Merr. pada konsentrasi 1280 g/mL hingga 0,625 g/mL tidak memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap MRSA. Peran ekstrak daun terhadap bakteri MRSA perlu diteliti lebih lanjut dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi.

Epidemiology of infectious disease or infection, including Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA infection, in Indonesia has a high rate. According to the National Nosocomial Infection Surveillance System, more than 60 of Staphylococcus aureus isolates from patients in intensive care units was represented by MRSA infection. Vancomycin is an antibiotic that can treat MRSA infection, but there are some bacterial strains show less sensitivity to the drug, recently, so it is necessary to find other substances as an alternative therapy. Suren leaves Toona sureni Blume Merr. is one of the Indonesian plant that has been use for medicinal purposes by the ancestors. Suren leaf extract contains methyl gallate which can inhibit the growth of Staphylococcus aureus. In this experimental study, macrodilution methode was conducted to determine the role of suren leaf extract as an antibacterial against MRSA. Vancomycin as a chosen therapy for MRSA infection is used as a comparison to see the sensitivity of the bacterium. From this study, it was found that the suren leaf extract at a consentration 1280 g mL up to 0,625 g mL has no ability as an antibacterial against MRSA. The role of suren leaf extract as antibacterial against MRSA needs further research using higher concentrations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi
"Kolonisasi SA merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang berperan sebagai pencetus eksaserbasi dan menetapnya inflamasi kulit DA. Prevalensi kolonisasi SA pada pasien DA lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum, baik pada lesi kulit, kulit nonlesi, maupun nares anterior. Kolonisasi SA di nares anterior berperan sebagai reservoir dan merupakan faktor panting untuk kolonisasi kulit. Data tentang kolonisasi SA nasal pada pasien DA bayi dan anak di Indonesia belum ada. Belum diketahui apakah densitas koloni SA nasal berhubungan dengan derajat keparahan DA bayi dan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data perbandingan prevalensi kolonisasi SA nasal pasien DA bayi dan anak dengan bayi dan anak nonDA. Selain itu untuk mencari hubungan antara derajat densitas koloni SA nasal dengan derajat keparahan DA bayi dan anak. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan membandingkan antar kelompok (comparative cross sectional).
Penelitian dimulai pada bulan September 2004 sampai Januari 2005 di Poliklinik Divisi Dermatologi Anak Departemen IKKK RSCM, Jakarta. Pemeriksaan biakan untuk identifikasi dan hitung koloni SA dilakukan di Divisi Mikrobiologi Departemen Patologi Klinik RSCM, Jakarta.
Subyek penelitian terdiri atas 42 orang yang datang ke Poliklinik Divisi Dermatologi Anak Departemen IKKK RSCM dan memenuhi kriteria penerimaan serta penolakan. Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 21 orang sebagai kelompok pasien DA dan 21 orang nonDA sebagai kelompok kontrol.
Variabel bebas yang diteliti adalah kolonisasi dan densitas koloni SA nasal, sedangkan variabel tergantung adalah derajat keparahan DA. Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka (1989). Dilakukan pencatatan derajat keparahan DA dengan skor EASI.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik subyek penelitian
Usia, jenis kelamin, riwayat atopi diri selain DA, dan riwayat atopi keluarga antara kedua kelompok sebanding. Usia termuda 6 bulan dan tertua 13 tahun 11 bulan. Subyek penelitian terbanyak berusia 5 -14 tahun, yaitu 52%.
Pada kelompok pasien DA, 80,8% merupakan pasien DA fase anak. Pasien DA laki-laki 1,3 kali lebih banyak daripada perempuan. Terdapat 3 (14,3%) pasien DA yang disertai riwayat RA dan 2 (9,5%) pasien dengan riwayat asma bronkial. Tidak ditemukan pasien DA yang memiliki 2 manifestasi atopi saluran papas.
Usia awitan DA bervariasi antara 1 bulan - 12 tahun, terbanyak pada kelompok usia 1-5 tahun yaitu 8 (38,1%) pasien. Saat penelitian, 14 (66,5%) pasien menderita episode DA kurang dari 2 minggu. Frekuensi kekambuhan penyakit terbanyak terjadi 3 - 6 kali/tahun, yaitu pada 7 (33,2%) pasien.
2.Prevalensi kolonisasi SA nasal
Kolonisasi SA nasal pada pasien DA didapat pada 16 (76,2%) kasus, sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan pada 8 (38,1%). Dengan menggunakan uji Chi-square didapat perbedaan bermakna (p=0,029). Prevalensi kolonisasi SA nasal bayi dan anak DA lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
3.Hubungan derajat keparahan DA dengan densitas koloni SN nasal dengan menggunakan uji Kruskal Wallis tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan DA yang dihitung berdasarkan skor EASI dengan densitas koloni SA nasal (p=0.834)"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The rhizome of white galangal (Alpinia galanga) is one of the cultivated remedies traditionally administered for skin disease, asthma and anabolism troubles such as colic, food poisoning, and convulsions. A part of the chemical composition of white galangal rhizome is essential oil. The aim of this study was to determine the antibacterial effect of the essential oil of white galangal rhizome against the growth of Staphylococcus aureus 302 resistant to ampicillin, amoxicillin, penicillin G, kanamycin, mecillinam, and ceftazidime. Fifty ul essential oil of white galangal rhizome in concentrations of 5, 7.5, 10, 12.5 or 15 % were dropped into 6 mm of diameter well in MHA media given to S. aureus 302. Propylene glycol (5% vol) was used as negative control and solvent. The treatment to each concentration group was repeated fifteen times. The diameter of radical zone of the growth of S. aureus 302 was measured using sliding calipers. The results of ANOVA (p<0.05) showed that the essential oil of white galangal rhizome had a significant antibacterial effect against S. aureus 302. The result of LSD test (p<0.05) showed a significant difference between the concentration groups, except for the 10 and 12.5% concentrations which had the same effect."
Journal of Dentistry Indonesia, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Waslia
"Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri yang resisten terhadap antibiotik methicillin dan antibiotik golongan β-laktam lainnya. MRSA adalah patogen umum di rumah sakit dan masyarakat. Isolasi MRSA tidak mudah dilakukan karena seringkali bercampur atau terkontaminasi dengan flora normal seperti coagulase negative Staphylococci (CoNS) yaitu Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus haemolyticus.
Studi ini menggunakan metode fenotipik berupa pengamatan morfologi, pengecatan Gram, Uji biokimia, serta kepekaan antibiotik sedangkan uji genotipik (metode molekular) berupa PCR gen nuc dan mec, SCCmec typing, MLST dan sekuensing. Subyek penelitian sebanyak 48 isolat tersimpan di Laboratorium Bakteriologi Molekular, Lembaga Eijkman Jakarta. Diperoleh sebanyak 33 sampel (68.75%) memiliki tipe 5 ccr, 9 sampel (18.75 %) tipe 2 ccr dan 6 sampel (12.5 %) nontypeable. Sequence type (ST) yang dominan pada penelitian ini adalah ST239 (2-3- 1-1-4-4-3) dan merupakan strain yang multidrug resistant dominan.
Pada penelitian ini semua isolat MRSA yang berjumlah 48 isolat telah dikonfirmasi memiliki ciri-ciri fenotipik yang sesuai, yaitu Gram positif coccus menyerupai buah anggur, β-hemolisis, oksidase negatif, katalase positif dan koagulase positif. Sifat bakteri MRSA secara genotipik mempunyai gen nuc dan gen mecA positif. Hubungan antara sifat genotipe dan sifat fenotipe MRSA yang terlihat dalam penelitian ini adalah semua isolat MRSA yang multidrug resistant (uji secara fenotipik) juga merupakan sequence type yang dominan di rumah sakit (uji genotipik).

Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a bacterium that is resistant to the methicillin antibiotics and other β-lactam group antibiotics. MRSA is a common pathogen in hospitals and communities. Isolation of MRSA is not easy to do because it is often mixed or contaminated with normal flora such as coagulase negative Staphylococci (CoNS), namely Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus haemolyticus.
This study used phenotypic methods in the form of morphological observations, Gram staining, biochemical tests, and antibiotic sensitivity while genotypic tests (molecular methods) in the form of nuc and mec PCR, SCCmec typing, MLST and sequencing. The research subjects were 48 isolates stored in the Molecular Bacteriology Laboratory, Eijkman Institute Jakarta. Thirty three samples (68.75%) had type 5 ccr, 9 samples (18.75%) type 2 ccr and 6 samples (12.5%) nontypeable. The dominant sequence type (ST) in this study is ST239 (2-3-1-1-4-4-3) and is a multidrug resistant dominant strain.
In this study, all isolates of MRSA, total of 48 isolates, were confirmed to have appropriate phenotypic features, which are Gram positive cocci resembling grapes, β-hemolysis, negative oxidase, positive catalase and positive coagulase. Genotypically all isolates have positive nuc gene and mecA gene. The relationship between genotype features and MRSA phenotype seen in this study is that MRSA isolates that are multidrug resistant (phenotypic test) are also the dominant sequence types in the hospital (genotypic test).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>