Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabrina Zahra Fitriani
"Penggunaan listrik di dunia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan populasi manusia sehingga dibutuhkan energi berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menghasilkan listrik, salah satunya pemanfaatan Biological Photovoltaic Cell (BPV). Sel BPV memanfaatkan sifat fotosintetik mikroalga untuk memproduksi arus listrik. Sistem BPV akan mengambil elektron yang terbentuk pada mikroalga yang sedang berfotosintesis.
Penerapan reaktor BPV tanpa membran dan tanpa biofilm pada bioanoda meskipun memiliki laju transfer elektron yang relatif kecil dapat tetap dilakukan dan produksi listrik masih dapat ditingkatkan, diantaranya dengan meningkatkan densitas sel dan mengatur intensitas cahaya pada reaktor BPV. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini telah dilakukan variasi intensitas cahaya dan densitas sel mikroalga pada BPV tanpa mediator. Mikroalga yang akan digunakan adalah Spirulina platensis.
Pada penelitian ini, Open Circuit Voltage terbesar yang dihasilkan adalah 320 mV pada saat kondisi Optical Density sel S. platensis bernilai 0,9 dengan intensitas cahaya 1700 lux. Densitas daya yang dihasilkan 1,5 mW/m2 masih relatif kecil dibandingkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan densitas sel dan pengaturan konfigurasi intensitas cahaya dapat meningkatkan listrik yang dihasilkan dan perlu dilakukan hal-hal lain untuk meningkatkan produksi listrik seperti menambah permukaan elektroda dan membuat biofilm mikroalga agar BPV nantinya dapat digunakan digunakan secara komersial sebagai sumber energi listrik terbarukan yang ekonomis dan ramah lingkungan.

Electricity consumption in the world is increasing along with the increasing needs and the human population, then we need sustainable and environmentally friendly energy to produce electricity, one of the application is Biological Photovoltaic Cell (BPV). BPV cells utilizing the properties of photosynthetic microalgae to produce electric current. BPV system will take the electrons that produced by photosynthetic microalgae.
The application of BPV reactor without membrane and without biofilm on bioanoda yielding a low rate of electron transfer, but still can be done and electricity production can be improved, such as by increasing the cell density and adjust the light intensity at the reactor BPV. Therefore, the present study has been done variations of light intensity and density of microalgae cells in BPV without mediators. Microalgae to be used is Spirulina platensis.
In this study, the Open Circuit Voltage generated the largest is 320 mV when the condition Optical Density S. platensis cells is about 0.9 with 1700 lux light intensity. The resulting power density of 1.5 mW/m2 is still relatively small compared to studies conducted earlier.
From this study it can be concluded that the increase in cell density and configuration settings light intensity can improve the electricity is generated and the other things needs to be done to increase electricity production, such as increasing the electrode surface and makes biofilm microalgae so that BPV later can be used in commercial use as a source of electrical renewable energy that economically and environmentally friendly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bioaktif fikosianin dari Spirulina platensis dapat dijadikan alternatif pilihan sebagai bahan terapeutik atau imunostimulan pada budidaya ikan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perikanan, FPIK IPB Bogor dan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, dari bulan Mei-Agustus 2011. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kombinasi nutrien teknis dan intensitas cahaya optimum bagi pertumbuhan Spirulina platensis, kandungan fikosianin dan pelarut ekstraksi fikosianin terbaik pada mikroalga tersebut. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama melakukan kultur dengan menggunakan kombinasi antara dua nutrien (KT dan MT) dengan 3 intensitas cahaya berbeda (2000, 3000, dan 4000 Iux). Tahap kedua pengujian ekstraksi fikosianin dengan menggunakan 3 pelarut berbeda yaitu air, 0,1 M Na buffer fosfat dan 1% CaCl. Pertumbuhan populasi spirulina tertinggi diperoleh pada hari ke-12 pada perlakuan dengan kombinasi antara nutrien MT dengan intensitas cahaya 3000 lux (MT3) sebesar 0,611 OD. Kandungan ekstrak kasar fikosianin terbaik diperoleh pada tahap eksponensial akhir tpada perlakuan KT2 (0,0359 mg/mL), dan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap MT3 dan KT4. Pelarut 0,1 M Na buffer fosfat memeberikan hasil ekstraksi dan tingkat kemurnian fikosianin tertinggi dibandingkan dua pelarut lainnya. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa ekstrak fikosianin mengandung protein sebesar 26,64% dan memiliki dua fraksi protein dengan berat molekul masing-masing sebesar 19,23 dan 63,32 kDa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Spirulina dapat diproduksi massal menggunakan kombinasi media nutrien teknis MT dengan intensitas cahaya 3000 lux dan pelarut 0,1 M Na buffer fosfat merupakan pelarut terbaik untuk ekstraksi fikosianin sebagai bahan imunostimulan."
OLDI 40:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prayoga Byantara
"Buah merupakan salah satu unsur penting dari makanan sehari-hari tetapi penurunan kualitasnya sangat cepat karena memiliki aktivitas metabolik yang tinggi. Salah satu buah yang memiliki sifat mudah rusak (perishable) dan memiliki umur simpan yang sangat singkat yaitu buah stroberi. Pelapis yang dapat dimakan (edible coating) pada buah merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan memperpanjang masa penyimpanan buah. Edible coating dapat diproduksi dari mikroalga dengan kandungan protein yang tinggi, seperti Chlorella vulgaris dan Spirulina platensis. Bahan lain yang dibutuhkan yaitu gliserol sebagai plasticizer untuk meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas serta surfaktan yaitu carboxymethyl cellulose (CMC) sebagai pengental, stabilisator, dan pengemulsi. Buah yang dijadikan sampel untuk penelitian ini yaitu buah stroberi (Fragaria sp.). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis dan konsentrasi mikroalga pada edible coating yang sesuai serta suhu penyimpanan yang optimum untuk menjaga kualitas buah stroberi. Dalam penelitian ini, hal yang divariasikan adalah konsentrasi mikroalga Chlorella vulgaris, yaitu 0,5%, 0,75%, dan 1% (b/v); konsentrasi mikroalga Spirulina platensis, yaitu 0,5%, 0,75%, dan 1% (b/v); dan suhu, yaitu suhu kulkas (± 4-7oC) dan suhu ruang (± 25-27oC). Pengujian yang dilakukan yaitu kuantifikasi protein pada larutan edible coating serta sifat fisik (uji organoleptik; warna, bau & tekstur, dan susut bobot) dan sifat kimiawi (pH dan vitamin C) pada buah.

ABSTRACT
Fruit is one of the important elements of daily food, but undergo rapid deterioration due to their high metabolic activity. One of fruit that has perishable properties and has a very short shelf life is strawberry. Edible coating on fruit is one of alternative that can be used to improve quality and prolong shelf life of fruit. Edible coating can be produced from microalgae with high protein content, such as Chlorella vulgaris and Spirulina platensis. Other materials needed are glycerol as a plasticizer to increase flexibility and elasticity as well as surfactant which is carboxymethyl cellulose (CMC) as a thickener, stabilizer, and emulsifier. Strawberry (Fragaria sp.) is being used as a sample in this study. This study aims to analyze the influence on the type and concentration of microalgae on the appropriate edible coating and the optimum storage temperature to maintain the quality of strawberries. In this study, what varied are the concentration of Chlorella vulgaris microalgae, which are 0,5%, 0,75%, and 1% (w/v); concentration of Spirulina platensis microalgae, which are 0,5%, 0,75%, and 1% (w/v); and temperature, which are fridge temperature (± 4-7oC) and room temperature (± 25-27oC). There are three tests carried out, which are protein quantification on edible coating solution, physical properties (organoleptic test; color, odor & texture, and weight loss) and chemical properties (pH and vitamin C) on fruit.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Nugroho
"

Spirulina platensis merupakan mikroalga biru-hijau (cyanobacteria) yang kaya akan potensi di bidang kesehatan, kosmetik, dan pangan. Salah satu senyawa yang dihasilkan oleh S. platensis adalah Flavonoid. Flavonoid adalah salah satu metabolit sekunder yang diproduksi oleh S. platensis yang umumnya dimanfaatkan karena sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan anti alergi yang dimiliki. Namun, ketika digunakan pada kulit, flavonoid juga dapat menyerap sinar ultraviolet. Ekstraksi flavonoid dari S. platensis dilakukan dengan pelarut etanol dan dua metode, yakni metode maserasi dan soxhletasi. Rendemen dan nilai Total Flavonoid Contentt ekstrak flavonoid tertinggi dihasilkan dari metode soxhletasi dengan sampel S. platensis merek Spiruganik dengan nilai rendemen 14,50% dan TFC 165,24 mg quercetin/g ekstrak. Nilai SPF tertinggi dihasilkan dari metode soxhletasi dengan sampel slurry S. platensis hasil kultivasi, yakni sebesar 6,47.


Spirulina platensis is a blue-green microalgae (cyanobacteria) that is rich in potential in the fields of health, cosmetics and food. One of the compounds produced by S. platensis is Flavonoids. Flavonoids are one of the secondary metabolites produced by S. platensis which are commonly used because of their antioxidant, anti-inflammatory and anti-allergic properties. However, when used on the skin, flavonoids can also absorb ultraviolet light. Flavonoid extraction from S. platensis was carried out with ethanol solvent and two methods, maceration and soxhletation methods. The highest yield and value of Total Flavonoid Contentt extract of flavonoid were obtained from the soxhletation method with the sample of S. platensis Spiruganik brand with a yield value of 14.50% and TFC 165.24 mg quercetin / g extract. The highest SPF value was generated from the soxhletation method with S. platensis slurry samples from cultivation, which was 6.47.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library