Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Tata ruang adalah khas pada setiap kelompok masyarakat. Konsep tata ruang suatu masyarakat banyak ditentukan oleh sistem budayanya yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Tata ruang suatu masyarakat sering kali juga merupakan simbolisasi dari kenyataan slam dan sosial-budaya masyarakat tersebut.
Tata ruang penting dalam pembangunan terutama terkait dengan pembangunan pemukiman dan perwilayahan. Karena pada setiap masyarakat memiliki konsep tertentu tentang tata ruang. Dengan mengerti secara mendalam adat-istiadat tentang keruangan suatu masyarakat, niscaya program pembangunan yang berhubungan dengan pemukiman dan perwilayahan tidak bertentangan dengan pandangan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Dipilihnya Baduy sebagai obyek kajian ini karena: (I) merupakan salah satu kelompok masyarakat di Jawa Barat, yang khas dan unik yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya, (2) masyarakat Baduy dianggap sebagai salah satu kelompok masyarakat di Jawa Barat yang masih memegang teguh adat istiadat leluhur, (3) masyarakat ini sebenarnya telah dikepung oleh modernisasi, namun sampai saat ini masih mampu menjaga adat istiadat mereka, dan (4) kajian tentang tata ruang masyarakat Baduy ini secara khusus belum banyak dilakukan.
Khusus mengenai kekhasan dan keunikan masyarakat Baduy ini secara nyata dapat dilihat pada rumah atau bangunan dan penataannya dalam suatu kampung. Di Baduy Dalam khususnya, rumah di mana-mana bentuk dan orientasinya sama. Penataan rumah dan bangunan-bangunan lainnya juga menunjukkan kesamaan antara satu kampung dengan kampung lainnya. Selain itu, gambaran penataan tersebut tercermin pula dalam penataan kawasan Baduy. Berdasarkan hal yang menarik tersebut, permasalahan yang dikaji adalah:
1. konsep apakah yang mendasari penataan ruang tersebut.
2. dengan adanya konsep tertentu dalam penataan ruang tersebut, bagaimanakah pengaruhnya terhadap pola perilaku
3. bagaimana `fungsi dan -makna ruang tersebut dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Baduy.
Penelitian ini pada dasarnya bersifal deskriptif kualitatif-. Untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang masih hanyak mengikuti tradisi leluhur mereka, maka lokasi penelitian utama dilakukan di Baduy Dalam. Sedangkan sehagai pemhandingnya dilakukan pula di Baduy Luar. Data yang dikumpulkan meliputi data primer, herupa (1) DATA FISIK berupa bangunan-bangunan dan .alam lingkungan, dan (2) NON FISIK berupa ideologikal (ide, norma, yang ideal atau yang seharusnya) dan sosial (realitas perilaku masyarakat). Untuk memperoleh data FISIK dilakukan dengan cara observasi dan deskripsi. Sedang NON FISIK dilakukan dengan cara wawancara (ideologikal), serta observasi dan wawancara (sosial). Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan berupa kepustakaan yang berhubungan dengan topik kajian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penataan ruang Baduy mengacu pada konsep "Baduy sehagai pancer bumi" . Sehubungan dengan itu maka: (1) Baduydianggap sehagai pusat dunia, baik secara FISIK (awal penciptaan bumi dan asal usul manusia yang berpusat di Sasaka Domas), maupun secara MENTAL (pelindung dunia dan segala isinya), (2) Sebagai pusat bumi, Sasaka Domas menjadi orientasi atau arah 'kiblat', baik secara FISIK maupun NON FISIK. Selain itu, fungsi ruang dapat dilihat dalam dua hal, yaitu fungsi dalam hubungannya dengan pola pemanfaatan (ruang pribadi, sosial, sakral, dan profan), dan fungsi dalam kaitannya dengan pola waktu (ruang yang kontinyu, sewaktu-waktu, dan berubah-ubah).
Penataan ruang Baduy juga melahirkan suatu simbolisasi yang terwujud dalam klasifikasi dua, berupa (1) 'dalam-luar' yang memiliki makna teritorial (Baduy Dalam dan Baduy Luar), dan makna tingkat kesucian (Baduy Dalam lebih suci daripada Baduy Luar), (2) 'atas - bawah' yang memiliki makna pembagian dunia menjadi Dunia atas danDunia hawah, serta (3) 'tinggi - rendah' yang mengacu pada makna makna lantai atautempat yang tinggi dan rendah, tinggi dianggap lebih sakral dibanding rendah (pada letak rumah puun, lantai imah, tangtu); dan klasifikasi tiga berupa pembagian ruang menjadi 'atas-tengah- bawah' pada (I) 'buana luhur-buana tengah-buana handap', (2) pembagian rumah secara vertikal atap (dunia atas), badan (dunia tengah) dan kaki/ kolong (dunia hawah), dan (3) pelapisan masyarakat menjadi 'tangtu - panamping - dangka'."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Nugraha Bahar
"Ruang dalam masyarakat modern telah beralih, dan pandangan keteraturan menuju produk ketidakterkendalian dalam kesadaran maya. Peralihan tersebut membawa pengaruh khusus dalam konsep meruang, membangun karakter tersendiri yang secara fisik mengubah spasial dan secara abstrak mengubah ide. Manifestasi yang kini menggejala strukturnya adalah upaya mengekspansi ruang baik secara fisik, mental maupun sosial. Konteks ini membawa pengaruh ketidakterprediksian pertumbuhan dalam pemroduksian ruang. Pantai merupakan ruang fisik yang sensitif terhadap aksi pemroduksian. Tataran fisik merambah tingkatan ekspansi ke ruang mental individu dan ruang sosial. Ketidakteraturan spasial berkaitan dengan ketidakterkendalian aksi produksi ruang dari individu. Produksi aksi tersebut bersinergi dengan produk interaksi dalam sosial. Penelitian ini mengelaborasi ide pemroduksian ruang Lefebvre dan ide Habitus dari Bourdieu dalam pembentukan rurang sosial. Ketidakterkendalian ruang bersumber dari individu sebagai subjek pemroduksi. Individu memiliki nalar yang akan selalu mengelaborasi kondisi agar selalu terencana. Akan tetapi pemroduksian nalar akan selalu diinterupsi oleh faktor pertimbangan kompleks yang mampu menyimpangkan hasil akhir produk dari rencana. Pergulatan tersebut memroduksi ruang representasi individu dan antar individu yang berbeda dari yang dipikirkan. Penelitian ini mengkaji bagaimana kondisi rurang fisik pantai Losari yang berindikasi aksi ekspansi tidak terkendali sebagai latar dan ruang representasi sebagai produk dan pemroduksi latar. Berbagai faktor berpengaruh dalam lingkup aksi ekspansi seperti; kompetisi kuasa ruang, tradisi dan alam yang ekstrim menjadi pertimbangan produksi ruang. Nalar sederhana individu memutuskan untuk melakukan aksi ekspansi dengan cara masing-masing. Upaya ekspansi ruang lalu terakumuiasi dan hasilnya adalah konfrontasi dalam ketiga ruang (fisik, mental dan sosial) yang terus berlanjut untuk menghasilkan aksi dan kondisi yang lain tapi serupa. Ternyata justru kondisi tidak terprediksi ini menstruktur dan menjadi struktur pemroduksian ruang. Keteraturan terjadi akibat akumulasi ketidakferprediksian aksi yang menstruktur. Medium ketidakteraturan adalah interaksi. Skala ketidakteraturan dapat meruang cepat jika dilekatkan identitas kelompok. Ruang reperesentasi diarahkan pada nalar kelompok sehingga memiliki kekuatan untuk melawan pihak manapun. Karakter ruang representasi yang tercetus akhirnya mengalurkan reproduksi aksi beride coba-coba dan menunggu tanggapan perlawanan. Dalam kompetisi ruang, terbentuk produk keputusan sederhana atas kondisi yang tidak sederhana. Namun demikian, perubahan-perubahan yang tampak sebagai hasil dalam ruang fisik tidak semuanya merupakan indeks perubahan interaksi sosial. Sebabnya adalah karena yang tampak tersebut merupakan karya spontan, reaksi atas suatu aksi dalam suatu kondisi aktual individu masih menyimpan dasar cetak biro produk ruang sebelumnya. Meskipun pada dasamya prinsip produksi lama mereka sudah terubahkan dari proses yang dulu sehingga secara kebetulan mirip dengan ide produk mereka berikutnya.

Space in modem society has changed from regularity to a product of unpredictable in a virtual awareness. The change gives particular influence toward space concept, structuring its own character, which changes spatial physicly, and also idea abstractly. The latest structured phenomena are an effort to expand physical, mental and social space. This context brings unpredictable influence in space production process. Coast is a spatial practice that is sensitive toward production acts. Acts on that physical level reaches expansion level for mental and social space. A spatial disorderness is related to uncontrolled space production act of individual. This action is related to interaction product in social. This research elaborating the Lefebvre's idea of space production and the idea of habitus by Bourdieu, implicates each other for social space formation. An uncontrolled space comes from individual as production subject. The individual ever has logical thinking to elaborate a condition to be planed. But a logical outcome will be interrupted by a consideration of complex factor which able to deviate the final product of plan. This struggle produce individual representation space and also in-group to become different from their thought. This research particularly conducted to analyze how spatial practice of Losari Beach indicating uncontrolled expansion act as such background, and the representational space as a product and also as the background producer. Many factors are influencing expansion act, such as space competition, tradition and extreme environment. These become consideration of space production. For this case, simple thinking of individual used for expanding spatial individually. Therefore, the effort of space expansion accumulated. It is resulting a continued confrontation act into the three spaces (physic, mental, and social). Then the act circulated to produce some different action and condition, which seem similar. As matter of fact, this condition of unpredictable was structured, and becomes structure mode of space production. The orderliness happens because of structuring the unpredictable act accumulation. The disorder as production factor comes from individual. Its medium is interaction. Scale of dissorderness can spreads in space rapidly if it is attach to group identity. In this case a representational space is directed to group logic, so that it has strength to fight any group. A representational character in finally channeling reproduction of trying act and of act of wait to respond the opponent. Otherwise, the competition in space formed simple decision for complicated condition. At last, some physical changes cannot be all read as a change in social interaction. It is because the changes were a spontaneous act. Spontaneous means like a reaction to an action in an actual condition. But people in fact still keep their old production blue print in their mind. These representational spaces proceed as production principal with its own arbitrariness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerhadi
"Suatu event (peristiwa) tertentu tak akan pemah terjadi apabila keadaan fisik ruang atau tempat dimana peristiwa itu terjadl berbeda dengan apa yang ada saat itu. Sedangkan beberapa tempat mampu menunjukkan karakternya yang khas dipicu oleh adanya event atau penstiwa-peristiwa yang kerap terjadi di tempat itu.
Skripsi ini membahas bagaimana karakter pada sebuah tempai hadir. dari sebuah hubungan yang erat antara space (lingkungan fisik) dan event (peristiwa), terutama daiam hubungan dampaknya bagi manusia sebagai pelaku ruang atau tempat tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Ardianti
"Sebuah ruang ada di dalam setiap kegiatan manusia, karena manusia tidak dapat terlepas dari ruang. Manusia mengakomodasi kebutuhannya dengan mewujudkan ruang menjadi sebuah tempat dengan berbagai karakteristik di dalamnya sehingga antara tempat yang satu dengan tempat yang lain berbeda dan dapat diidentifikasi oleh manusia. Dengan perlakuan yang berbeda maka akan pola perilaku manusia yang berkekegiatan di dalamnya juga tentu akan berbeda. Bergantung dari bagaimana masing-masing individu menginterpretasikan dan mengidentifikasi tempat tersebut. Salah satu cara pengidentifikasian itu adalah dengan memberikan batas sehingga orang dapat dengan mudah untuk mengenali. Tetapi bagaimanakah bila kita tidak memberikan batas yang umum? Apakah kita akan masih tetap dapat mengidentifikasikannya? Skripsi ini membahas tentang ruang transparan-apa yang disebut sebagai ruang transparan dan bagaimana manusia mengidentifikasikan sebuah ruang dan tempat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meydian Sartika Dewi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T41162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarwati
"Skripsi ini membahas produksi dan reproduksi ruang sosial di permukiman padat penduduk. Studi kasus berada di permukiman padat penduduk Jalan Gang Aut Rt 04 Rw 04 Kelurahan Gudang, Bogor. Pembahasan studi kasus meliputi bagaimana masyarakat memproduksi dan mereproduksi ruang dalam kegiatan keseharian dan kegiatan khusus. Individu-individu yang berkegiatan di jalan gang dan beberapa rumah yang berdekatan, kemudian saling berinteraksi. Hal ini mengakibatkan terciptanya ruang-ruang sosial yang menembus batas kepemilikan. Batas temporer merupakan unsur penting yang mempengaruhi terjadinya interaksi. Melalui skripsi ini, saya mengidentifikasi bahwa masyarakat di permukiman padat penduduk memproduksi dan mereproduksi ruang sosial tidak hanya di ruang publik, tetapi juga menembus batas dan memasuki ruang-ruang domestik.

This paper discusses the production and reproduction of social space in high density settlement. The case study were in high density settlement on Jalan Gang Aut Rt 04 Rw 04 Kelurahan Gudang, Bogor. The explanantion of case study describes how people produce and reproduce space in their daily activities and special activities. People inside houses interact with other people in alley. Temporary boundaries are the important element that affects this interaction. The conclusion in this paper is that people who live at the high density settlement produce and reproduce social space not only in public spaces, but also includes domestic spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Kartana Putra
"ABSTRAK
Ruang tidak hanya dinyatakan dalam interaksi, melainkan apa yang menyebabkan bereaksi dalam mengartikan kehadiran. Kehadiran tersebut memicu adanya konsekuensi dan seleksi kualitas dari cara meruangnya, sehingga terdapat kualitas yang ditahan dan diungkap. Kualitas kehadiran mengalami pengalihan nilai dikarenakan adanya ekspektasi terhadap kondisi ideal dari penumpukan aktivitas yang menyebabkan terjadinya keformalan ruang pada konteks Stasiun Bogor.
Pengidentifikasian keaslian ruang diterjemahkan dari pemaknaan berbagai pergerakan yang dipengaruhi oleh siklus alam yang diketahui memuat motivasi. Pemaknaan ini akan diketahui cara kerja bidang dalam menanggapi rangsangan dan respon yang spesifik. Hal ini akan berdampak pada terungkapnya keaslian event, elemen, dan pergerakan akan mengaktifkan pemilihan kualitas dengan memberi perhatian pada jarak dan jangkauan, sehingga berpengaruh pada kecepatan dan seberapa besar kapasitas ruang. Sympathetic menunjuk pada kualitas komposisi tiap komponen dengan cara kerja spesifik dan memiliki kontrol yang dapat dijelaskan secara fungsi dengan melibatkan limit dan keberadaannya tergantung dari pemaknaan sifat awalnya.
Pembacaan kualitas pergerakan dengan memproyeksikan kualitas garis, sehingga didapatkan bidang sebagai pemicu, pengontrol rangsangan, dan pengendali respon. Mekanisme pengungkapan sympathetic mengirim kehadiran pada aktivasi ikatan yang melibatkan seluruh proses cara meruang, memuat besaran pengaruh, dan adanya ikatan antar komponen. Sympathetic membaca kehadiran di luar kewajarannya, sehingga nilai yang dibawa sifat alam dimaknai pada kualitas bidang yang terungkap. Pada dasarnya, sympathetic tidak menghilangkan sifat bawaan, pergerakan diketahui sebagaimana mestinya hanya saja gejala di sekitar akan membawanya pada kehadiran yang lebih bervariasi.

ABSTRACT
Space is not only expressed by interaction, otherwise how it can created reaction to make definition of presence. The consequences of presence trigger quality and selection from space experienced, so create quality that retained and disclosed. The value from quality of presence was diverted, it caused by much expectation of the ideal conditions, ideal condition created by overlapping activity so caused the formality of space, in this case happened in Bogor Train Station.
Identifying the authenticity of space translated from variation of movements, that are influenced by natural cycles, it contain different motivation each other. This concept applied to know how surface can work which effect on stimulation and responses. Disclosure of the authenticity of the event, the elements, and the movement will activate the selection of quality by paying attention to the distance and range, so the effect on speed and how much space capacity can be defined. Sympathetic refers to the quality of the composition of each component with a specific way of working and has a control function that can be explained by involving the limit and its existence depends on the nature of the initial interpretation.
Reading of the quality of movement by projecting of the line quality, to obtain the quality of surface as a trigger, as a stimulation control, and response control. The mechanism of sympathetic revealed by activated from relation of presences value that involved the whole process of how we know space experience held, contain value of influence, and the interaction between components. Reading of the meaning of sympathetic to know presence on outside the reasonableness of presence, so the value carried by nature that can influenced quality of surfaces revealed. Basically, sympathetic didn’t eliminate traits, the movements are were revealed that should be surrounding space become more varied defining presence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Easterling, Keller
Massachusetts: MIT Press, 1999
710 EAS o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Nurimannisa
"ABSTRAK:

Skripsi ini mengkaji mengenai bagaimana arsitektur sebagai lingkungan dan ruang aktivitas bermain dapat berperan dalam membantu memberikan stimulus bagi anak usia dini, yang akan berdampak pada kecerdasan mereka di masa depan. Melalui tiga studi kasus, skripsi ini berupaya untuk menelaah lebih jauh mengenai kemungkinan- kemungkinan yang bisa diberikan oleh ruang untuk menstimulasi aktivitas anak usia dini. Berlandaskan pada teori affordances, pengamatan dilakukan dengan cara menganalisis perilaku anak di dalam ruang, dikaitkan dengan lima elemen yang mengkonstruksi arsitektur. Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa keberagaman affordances yang teraktualisasi dipengaruhi terutama oleh kesesuaian ukuran elemen dengan ukuran anak (dimensi lebar-panjang-tinggi) dan sifat material elemen.


ABSTRACT:

The focus of this study is to analyze about how architecture as an environment and play space take a role as a stimulus provider for early age children, in order to develop their intelligence. By three study case, this research tries to explore further about the possibilities that can be provided by environment. Based on affordances theory, exploration is held by analyze children‘s behavior in the play space. Then, relate it with five elements that construct architecture. After the exploration, it found that actualized affordances which occurred are mostly influenced by the appropriate of elements dimension with children‘s dimension (length-width-height) and the element‘s material.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>