Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Ikramina
"Dalam penelitian ini dilakukan sintesis oleozon dari minyak zaitun dan kedelai dengan cara ozonasi secara semi-kontinu selama 42 - 84 jam. Ozonasi dilakukan dengan ozonator rancangan sendiri dengan laju alir udara masukan sebesar 200 L/jam dan konsentrasi ozon keluaran sebesar 0,04 - 0,1 g/jam. Kondisi reaksi dijaga pada suhu 15 - 22°C. Kedua jenis oleozon telah dianggap memiliki efikasi sebagai disinfektan bakteri. Pengujian kualitas hasil ozonasi dilakukan dengan metode bilangan iod, bilangan asam, FT-IR, dan pengukuran pH. Staphylococcus aureus digunakan sebagai sampel pengujian kemampuan disinfektan oleozon. Berdasarkan hasil penelitian, minyak kedelai terbukti dapat menjadi alternatif oleozon pengganti minyak zaitun.

In this study, synthesis oleozon was made from olive oil and soybean oil with semi-continue ozonation for 42 - 84 hours. Ozonation done with self-designated ozonator with input air flow rate of 200 L/h and ozone concentration output 0.04 - 0.1 g/hr. The reaction conditions maintained at a temperature of 15-22°C. Both oleozon types has been considered to have efficacy as a disinfectant. Ozonation quality testing results conducted using iodine number, acid number, FT-IR, and pH measurements. Staphylococcus aureus is used as a disinfectant characteristic test sample. Based on this research, soybean oil is proven to be an alternative oleozon to substitute olive oil.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahira Zanira
"Latar belakang: Herb-Induced Liver Injury (HILI) merupakan kondisi kerusakan hati yang disebabkan oleh obat-obatan herbal dengan prevalensi 3 kejadian per 100.000 individu. Saat ini, penggunaan produk herbal sebagai obat alternatif telah meningkat 80% sejak tiga dekade terakhir. Lunasin termasuk salah satu produk herbal yang sedang marak digunakan karena efek antikanker dan antiinflamasinya. Namun, dosis aman dari lunasin sendiri belum diketahui sehingga perlu dilakukan uji toksisitas untuk menghindari HILI akibat lunasin.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimental in vivo dengan bahan biologis tersimpan jaringan hati tikus Sprague-Dawley sebanyak 40 ekor yang sebelumnya diberi perlakuan: kelompok tanpa perlakuan (N); kelompok dosis ET-Lun 250 mg/kgBB (K250); kelompok dosis ET-Lun 500 mg/kgBB (K500); kelompok dosis ET-Lun 750 mg/kgBB (K750) yang kemudian diukur luas Kiernan Triad-nya menggunakan software Indomicroview.
Hasil: Rerata luas Kiernan Triad mengalami peningkatan dan penurunan pada tiap kelompok. Pada struktur arteri,vena, dan duktus, secara berurutan hasil rerata luas pada kelompok perlakuan normal adalah (2 ± 0,33) μm2, (2 ± 0,30) μm2 , (2 ± 0,33) μm2. Kelompok perlakuan ET-Lun dengan dosis 250 mg/kgBB (1,99 ± 0,32) μm2, (3,19 ± 0,44) μm2, (2,04 ± 0,27) μm2. Kelompok dosis 500 mg/kgBB (2,14 ± 0,24) μm2, (3,4 ± 0,32) μm2, (2,31 ± 0,23) μm2 . Kelompok dosis 750 mg/kgBB (1,99 ± 0,21) μm2, (3,45 ± 0,25) μm2, (2,3 ± 0,34) μm2. Namun, perbedaan rerata tersebut dinyatakan tidak memiliki perbedaan yang signifikan menurut uji one-way ANOVA (p > 0,05). Hasil uji korelasi menunjukkan nilai yang signifikan antara kelompok vena dan duktus (p < 0,05). Kekuatan korelasi antara kedua kelompok tersebut tergolong kuat dengan arah korelasi positif. Kesimpulan: Pemberian ET-Lun dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 750mg/kgBB tidak menunjukkan gambaran hepatotoksisitas terhadap jaringan hati tikus, khususnya pada luas Kiernan Triadnya.

Introduction: Herb-Induced Liver Injury (HILI) is a condition of liver damage caused by herbal medicines with a prevalence of 3 events per 100,000 individuals. Currently, the use of herbal products as alternative medicine has increased 80% since the last three decades. Lunasin is one of the herbal products that is currently being used because of its anticancer and anti-inflammatory effects. However, the safe dose of lunasin itself is unknown, so it is necessary to do a toxicity test to avoid HILI due to lunasin.
Method: This study used a true experimental in vivo design with biological material stored in the liver tissue of 40 Sprague-Dawley rats that were previously treated: with no intervention (N); ET-Lun dose group 250 mg/kgBW (K250); ET-Lun dose group 500 mg/kgBW (K500); The dose group of ET-Lun was 750 mg/kgBW (K750) which was then measured for the Kiernan Triad area using Indomicroview software.
Result: The average Kiernan Triad area increased and decreased in each group. In arteries, veins, and ducts, respectively, the mean area of the normal structure treatment group was (2 ± 0,33) μm2, (2 ± 0,30) μm2 , (2 ± 0,33) μm2. ET-Lun treatment group with a dose of 250 mg/kgBW was (1,99 ± 0,32) μm2, (3,19 ± 0,44) μm2, (2,04 ± 0,27) μm2. The 500 mg/kgBW dose group was (2,14 ± 0,24) μm2, (3,4 ± 0,32) μm2, (2,31 ± 0,23) μm2. The 750 mg/kgBW dose group was (1,99 ± 0,21) μm2, (3,45 ± 0,25) μm2, (2,3 ± 0,34) μm2. However, the mean difference was stated to have no significant difference according to the one-way ANOVA test (p > 0.05). ). The results of the correlation test showed a significant value between the venous and ductal groups (p < 0.05). The strength of the correlation between the two groups was strong with a positive correlation direction Conclusion: Administration of ET-Lun at a dose of 250 mg/kgBW, 500 mg/kgBW, and 750mg/kgBW did not show hepatotoxicity in rat liver tissue, especially in the Kiernan Triad area.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Dinda Safira
"Latar belakang: Dalam dua dekade terakhir, insidensi terjadinya Herb-Induced Liver Injury (HILI) terus meningkat di seluruh dunia karena terdapat banyak produk herbal yang belum melalui uji keamanan yang baik. Saat ini, salah satu produk herbal yang banyak dikonsumsi adalah lunasin. Namun, belum banyak uji toksisitas yang dilakukan terhadap senyawa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian lunasin terhadap luas vena sentralis hati sebagai salah satu indikator toksisitas hati. Metode: 42 ekor tikus Sprague-Dawley (SD) dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan: kelompok normal, lunasin dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB. Setelah diberi perlakuan selama 90 hari, jaringan hati hewan uji diambil dan dijadikan preparat histopatologi. Pengukuran luas vena sentralis hati dilakukan menggunakan perangkat lunak Indomicro View.
Hasil: Luas vena sentralis hati pada kelompok lunasin dosis 250 mg/kgBB (3,82±1,8 x 103 μm2), 500 mg/kgBB (3,35±1,34 x 103 μm2), dan 750 mg/kgBB (2,12±0,93 x 103 μm2) tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kelompok normal (2,52±0,66 x 103 μm2) (p > 0,05). Perbedaan signifikan hanya ditemukan antara kelompok dosis 250 dan 750 mg/kgBB (p = 0,02).
Kesimpulan: Lunasin dalam dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB tidak menyebabkan perubahan luas vena sentralis yang signifikan terhadap kelompok normal.

Introduction: In the last two decades, the incidence of Herb-Induced Liver Injury (HILI) continues to increase worldwide because many herbal products have not been tested thoroughly for their safety. Currently, a herbal product called lunasin is widely consumed. However, not many toxicity tests have been carried out on them. This study aimed to examine the effect of lunasin administration on the hepatic central vein area as one of the indicators of hepatotoxicity.
Method: 42 Sprague-Dawley (SD) rats were divided into four treatment groups: normal group, lunasin dose of 250 mg/kgBW, 500 mg/kgBW and 750 mg/kgBW. After 90 days of treatment, the rats’ liver tissues were made into histopathological preparations. Measurement of the hepatic central vein area was performed using the Indomicro View software.
Result: The hepatic central vein area in the lunasin group at a dose of 250 mg/kgBW (3.82±1.8 x 103 μm2), 500 mg/kgBW (3.35±1.34 x 103 μm2), and 750 mg/kgBW (2.12±0.93 x 103 μm2) did not have a significant difference to the normal group (2.52±0.66 x 103 μm2) (p > 0.05). A significant difference was only found between the 250 and 750 mg/kgBW dose groups (p = 0.02).
Conclusion: Lunasin in doses of 250 mg/kgBW, 500 mg/kgBW, and 750 mg/kgBW did not cause significant changes in the central venous area of the liver.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Benih yang sehat diperlukan dalam budidaya tanaman. Benih tidak sehat dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan beberapa kelompok bakteri pantogen benih padi dan kedelai yang berasal dari kebun percobaan jurusan Teknologi Benih IPB-Darmaga. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2004 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Penelitian diawali dengan kegiatan isolasi, dilanjutkan dengan karakterisasi morfologi dan fisiologi berdasarkan Bergey's Manual of Determinative Bakteriology. Karakterisasi morfologi meliputi pengamatan terhadap: bentuk dan warna koloni, uji pewarnaan Gram, dan uji motilitas. Karakterisasi fisiologi meliputi uji katalase, uji oksidase, uji xanthomonadin, dan uji poly hidroksi butirat. Hasil isolasi pada masing-masing sampep benih padi dan kedelai ditemukan satu jenis bakteri pantogen, yang selanjutnya dikarakterisasi secara morfologi dan fisiologi. Hasil uji morfologi dan fisiologi. Hasil uji morfologi dan fisiologi menunjukkan bahwa bentuk koloni bulat, cembung, warna putih-kuning, Gram negatif, bersifat motilm, sel berbentuk batang, katalase positif, oksidase negatif, xanthomonadin negatif, dan PHB negatif. Kedua bakteri patogen benih padi dan kedelai memperlihatkan ciri yang sama dengan kelompok Pseudomonas sp., sehingga diduga kuat kedua bakteri trersebut dikelompokkan ke dalam genus Pseudomonas sp."
JMSTUT 14:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elah Nurlaelah
"Nanopartikel perak (NPAg) merupakan salah satu nanomaterial yang intensif dikaji dalam bidang nanoteknologi. Nanopartikel perak telah banyak digunakan dalam bidang pertanian karena memiliki efek stimulasi dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain itu, NPAg juga memiliki sifat toksik karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Sintesis NPAg secara biologis disebut biosintesis. Metode biosintesis NPAg menjadi alternatif yang memiliki keunggulan, seperti metode lebih sederhana, hemat biaya, ramah lingkungan dan mudah ditingkatkan untuk hasil atau produksi yang tinggi. Metode biosintesis menggunakan agen biologi seperti ekstrak tanaman sebagai pereduksi. Contoh biosintesis NPAg yang telah dikembangkan yaitu menggunakan ekstrak daun bisbul (Diospyros discolor Willd.). NPAg tersebut perlu dikaji secara luas efeknya pada tanaman, baik efek positif maupun negatif. Kedelai (Glycine max L. Merr) menjadi salah satu tanaman yang menarik untuk diteliti terkait interaksinya dengan NPAg. Kedelai merupakan salah satu tanaman dengan permintaan pasar yang cukup tinggi, tetapi produksinya rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai yaitu dengan mendorong kemampuan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Penelitian pertama bertujuan untuk menganalisis potensi toksisitas NPAg hasil biosintesis ekstrak bisbul serta dampak paparannya terhadap karakteristik biometrik dan fisiologis pada perkecambahan kedelai varietas Anjasmoro. Penelitian ini dirancang dalam lima kelompok perlakuan: kontrol (air), NPAg 20, 40, dan 60 mg/L, serta AgNO₃ 0,01 M. Hasil menunjukkan bahwa paparan NPAg tidak memengaruhi perkecambahan, dengan tingkat perkecambahan lebih dari 95% pada semua perlakuan. Sementara itu, tidak ada benih yang berkecambah pada perlakuan AgNO₃. Secara signifikan, NPAg 20 mg/L meningkatkan indeks vigor benih I dan panjang tunas, sedangkan NPAg 60 mg/L menurunkan panjang akar. Kandungan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil secara signifikan meningkat dibandingkan kontrol, dengan peningkatan tertinggi pada konsentrasi 40 mg/L untuk klorofil a dan pada 60 mg/L untuk klorofil b. Penelitian kedua bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh paparan NPAg melalui berbagai metode aplikasi terhadap karakteristik biometrik dan fisiologis pada pertumbuhan tanaman kedelai varietas Anjasmoro. Tujuan lainnya yaitu untuk menganalisis pengaruhnya terhadap fenofase perkembangan dan produktivitas tanaman. Penelitian ini dirancang menjadi empat kelompok: kontrol, paparan NPAg 20 mg/L melalui nanopriming, foliar spray, dan kombinasi (nanopriming dan foliar spray). Hasil menunjukkan bahwa metode kombinasi menyebabkan penurunan signifikan pada beberapa parameter pertumbuhan seperti panjang akar, jumlah bintil akar, bobot segar dan kering, serta jumlah daun, yang sejalan dengan peningkatan akumulasi H₂O₂ dan fenolik akibat stres oksidatif. Di sisi lain, metode foliar spray dan kombinasi memberikan hasil lebih optimal pada fenofase (pembungaan dan pembuahan) dan produktivitas kedelai. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan penting tentang potensi aplikasi NPAg dalam pertanian. Meskipun NPAg dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, penggunaannya memerlukan strategi pengelolaan yang cermat untuk memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan risiko. Pengamatan jangka panjang diperlukan untuk memahami dampak penggunaan NPAg terhadap seluruh siklus hidup tanaman kedelai, termasuk potensi akumulasi residu dalam jaringan tanaman dan pengaruhnya terhadap kualitas hasil panen. Selain itu, disarankan melakukan analisis molekuler dan metabolomik pada tanaman kedelai yang diberi perlakuan NPAg untuk memperoleh data yang lebih komprehensif.

Silver nanoparticles (AgNPs) are one of the most extensively studied nanomaterials in nanotechnology. They are widely used in agriculture due to their stimulatory effects on plant growth and productivity. However, AgNPs also possess toxic properties that can inhibit plant growth. The biological synthesis (biosynthesis), offers advantages such as simplicity, cost-effectiveness, environmental friendly, and scalability for high production. Biosynthesis uses biological agents, such as plant extracts, as reducing agents. For example, biosynthesis using bisbul (Diospyros discolor Willd.) leaf extract, which has shown potential but requires extensive evaluation of its effects on plants, both positive and negative. Soybean (Glycine max L. Merr.), a crop with high market demand but low productivity, is of particular interest for studying AgNPs interactions. Enhancing seed germination and plant growth is one strategy to improve soybean productivity, and this can be achieved by using biosynthesized AgNPs. The first study aimed to analyze the toxicity potential of AgNPs synthesized using bisbul extract and their effects on the biometric and physiological characteristics of soybean germination. The experiment consisted of five treatment groups: control (water), AgNPs at 20, 40, and 60 mg/L, and 0.01 M AgNO₃. The results indicated that AgNPs exposure did not affect germination, as all treatments achieved germination rates above 95%, except for the AgNO₃ group where no seeds germinated. AgNPs at 20 mg/L significantly increased seed vigor index I and shoot length, while AgNPs at 60 mg/L reduced root length. Chlorophyll a, chlorophyll b and total chlorophyll contents increased significantly compared to the control, with the highest increases observed at 40 mg/L for chlorophyll a and 60 mg/L for chlorophyll b. The second study aimed to evaluate the effects of AgNPs exposure through different application methods on the biometric and physiological characteristics of soybean growth, reproductive phenophase, and productivity. Four treatment groups were designed: control, 20 mg/L AgNPs exposure via nanopriming, foliar spray, and a combination of nanopriming and foliar spray. The results showed that the combination method significantly reduced several growth parameters, including root length, nodule number, fresh and dry weights, and leaf number, corresponding to increased H₂O₂ and phenolic accumulation due to oxidative stress. Meanwhile, the foliar spray and a combination method gave more optimal results on phenophases (flowering and fruiting) and soybean productivity. This study provides important insights into the potential application of AgNPs in agriculture. Although AgNPs can enhance plant germination and growth, their use requires careful management strategies to maximize benefits and minimize risks. Long-term studies are needed to understand the effects of AgNPs application throughout the soybean life cycle, including potential residue accumulation in plant tissues and effects on crop quality. In addition, molecular and metabolomic analyses of AgNPs-treated soybeans are recommended to provide more comprehensive data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library