Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sutrisno
Abstrak :
ABSTRAK Propelan merupakan bahan bakar pada suatu roket. Guna mendapatkan propelan dengan kinerja tinggi, Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah mengembangkan berbagai jenis propelan yaitu: jenis polisulfid, poliuretan dan polibutadien. Roket merupakan suatu mesin kalor karena kalor yang dihasilkan dari reaksi pembakaran bahan-bahan penyusun propelan digunakan sebagai tenaga penggerak roket tersebut. Berdasarkan hal ini, perlu diupayakan untuk membuat propelan yang memiliki nilai kalor tinggi. Beberapa elemen metal memiliki energi pembakaran yang tinggi sehingga apabila ditambahkan sebagai bahan aditif pada propelan bisa diharapkan mampu meningkatkan nilai kalornya. Adanya aditif tentu juga akan mengubah sifat-sifat propelan yang lain sehingga perlu diuji pengaruhnya terhadap sifat-sifat tersebut. Pada tugas akhir ini dilakukan pembuatan .propelan dengan variasi aditif yang berupa elemen metal seperti: aluminium (Al), magnesium (Mg), besi (Fe) dan zink (Zn) kemudian beberapa sifatnya diuji. Pengujian yang dilakakan meliputi: uji nilai kalor, kuat tarik, kekerasan, kerapatan dan laju pembakaran. Pada penggunaan aditif sebesar 4 % pada komposisi propelan: fuel = 20 % dan oksidator = 76 % (bagian berat), magnesium (Mg) memberikan nilai kalor tertinggi dan laju pembakaran yang paling stabil terhadap perubahan tekanan dibanding tiga jenis aditif yang lain.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Dwi Saputro
Abstrak :
ABSTRACT
Industri otomotif saat ini memerlukan metode peningkatan ketahanan aus yang mudah dan efisien. Lubrikasi dianggap mampu untuk menurunkan laju keausan. Dalam penelitian ini dilakukan pengaplikasian solid lubricant sebagai salah satu teknologi pada material baja SUJ 2 dengan jenis MoS2 based, grafit based, dan PTFE based sebagai metode peningkatan ketahanan aus. Pengaplikasian solid lubricant diaplikasikan dengan metode spraying untuk nantinya dapat dipelajari pengaruhnya terhadap sifat mekanik dan fisik material pada baja SUJ 2. Hasil dari pengukuran ketebalan lapisan, jenis lubrikan MoS2, grafit,dan PTFE memiliki nilai 28,2 µm, 25,1 µm, dan 59,4 µm secara berturut-turut. Pengukuran homogenitas yang dilakukan menggunakan Optical Microscope, menunjukkan homogenitas yang baik untuk lubrikan MoS2 dan grafit, sedangkan untuk PTFE homogenitasnya cenderung buruk. Nilai keausan dengan pengujian elongasi yang dilakukan selama 20 jam, didapatkan lubrikan MoS2 memberikan nilai elongasi yang paling rendah sebesar 0,162%, diikuti dengan PTFE dan grafit sebesar 0,204% dan 0,207%. Nilai kekerasan dengan pengujian mikro Vickers untuk MoS2, grafit, dan PTFE sebesar 533,5 HV, 530,5 HV, dan 530,4 HV yang cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan tanpa penggunaan lubrikan. Kekasaran permukaan yang dihasilkan dari penambahan jenis lubrikan MoS2, grafit, dan PTFE adalah sebesar 1,67, 1,37, 3,16 yang mengalami kenaikan jika dibandingkan tanpa penggunaan lubrikan. Solid lubricant jenis MoS2 dianggap sebagai lubrikan yang paling optimum untuk digunakan pada baja SUJ 2.  
ABSTRACT
Automotive industry needs quality improvement on wear resistance properties that are easy and efficient. It is believed that lubrication is able to decreasing wear rate. In this study, the application of solid lubricant on SUJ 2 steel material with MoS2 based, graphite based and PTFE based is done as a method of increasing wear resistance. The application of solid lubricant is applied by spraying method, to later be studied the effect on the mechanical and physical properties of the material on SUJ 2 steel. The results from thickness measurement, for MoS2, graphite, and PTFE are 28.2 µm, 25.1 µm, and 59.4 µm respectively. Homogeneity measurement using Optical Microscope, shows that MoS2 and graphite have a good homogeneity, but for PTFE tend to have a poor homogeneity. The wear rate from elongation testing for 20 hours, shows that MoS2 has the lowest value 0.162%, followed by PTFE and graphite that are 0.204% and 0.207%. Hardness value from micro hardness Vickers testing for MoS2, graphite, and PTFE are 533.5 HV, 530.5 HV, and 530.4 HV that tend to be decreasing compared to original substrate without using solid lubricant. Surface roughness for MoS2, graphite, and PTFE are 1.67, 1.37, 3.16 that tend to be increasing compared to original substrate as a result from the addition of solid lubricant.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
01 Wid r
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ayu Salma
Abstrak :
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati sebagai tempat pelayanan kesehatan, tentunya menghasilkan produk sampingan berupa limbah, baik limbah padat, cair, ataupun gas. Sebagai rumah sakit Kelas A, RSUP Fatmawati tidak memiliki fasilitas dan sarana untuk mengelola limbah padatnya, khususnya limbah medis. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik dari limbah padat di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, dalam hal ini timbulan dan komposisi limbah padat, sehingga dapat diberikan rekomendasi sistem pengelolaan limbah padat yang sesuai. Pemilihan lokasi sampling didasarkan pada persebaran tempat tidur yang ada di instalasi rawat inap dan terdapat perwakilan dari setiap jenis kelas perawatan. Dari data timbulan dan komposisi yang didapat kemudian dapat diketahui karakteristik limbah rumah sakit Fatmawati. Hasil sampling menunjukkan timbulan limbah padat non medis yang dihasilkan adalah 0,77 kg/tempat tidur/hari dan timbulan limbah padat medis sebesar 0,73 kg/tempat tidur/hari. Sedangkan komposisi limbah padat non medis adalah organik 41,20%, plastik 15,04%, kertas 22,54%, tekstil 0,42%, kaca 0,41%, kayu 0,16%, logam 0,17%, karet 0,04%, dan lain-lain 18,48% dan komposisi limbah padat medis yang dihasilkan yaitu, limbah infeksius 89,39%, limbah medis daur ulang 7,66%, limbah sitotoksis 0%, limbah medis infeksius tajam 2,96%, limbah farmasi, kimia, serta radioaktif sebesar 0%. ...... Fatmawati General Hospital Center as a health service, of course, produce waste byproducts, waste either solid, liquid, or gas. As hospitals Class A, Fatmawati Hospital does not have the facilities and tools for managing solid waste, particularly medical waste. It required knowledge about the characteristics of solid waste at the General Hospital Center Fatmawati, in this case the generation and composition of solid waste, so it can be given on solid waste management system accordingly. Selection of sampling sites based on the distribution of beds in inpatient and are representative of each type of treatment classes. Of the composition and the data obtained then be known characteristics Fatmawati hospital waste. Sampling results show the generation of solid waste generated nonmedical was 0,77 kg / bed / day and medical solid waste generation by 0,73 kg / bed / day. While non-medical solid waste composition is 41,20% organic, plastic 15,04%, 22,54% paper, textiles 0,42%, 0,41% glass, wood 0,16%, 0,17% metal, rubber 0,04%, and others 18,48% and the composition of the medical solid waste generated that is, 89,39% infectious waste, medical waste recycling 7,66%, 0% cytotoxic waste, infectious medical waste sharp 2,96 %, pharmaceutical waste, chemical, and radioactive amounted to 0%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantik, Fred Andi
Abstrak :
ABSTRAK Masalah limbah di kota-kota besar sudah merupakan persoalan lingkungan yang sangat serius yang harus ditangani secara serius pula. Di Jakarta dihasilkan sekitar 5.000 sampai dengan 6.000 ton limbah rumah tangga dan sekitar 500 ton limbah non-rumah tangga (kantor, pabrik dan pasar) setiap harinya. Sebagian besar (74%) dari limbah tersebut merupakan limbah organik yang dapat dihancurkan atau diserap oleh alam dan sisanya tergolong limbah nonorganik yang tidak dapat diserap oleh alam yang menimbulkan masalah pencemaran lingkungan yang serius, seperti plastik, kaca/beling, dan jenis metal lainnya. (Surindo Utama 1992, Studi Potensi Limbah Kertas dan Plastik). Penanganan limbah sebanyak itu harus melibatkan semua pihak khususnya masyarakat yang memproduksi limbah itu sendiri (masyarakat konsumen, pabrik, perkantoran dan rumah tangga). Pada umumnya limbah nonorganik dapat diproses kembali (recycle) untuk dijadikan barang-barang yang berguna dan mempunyai nilai ekonomi. Program PEDULI'92 direncanakan sebagai upaya memecahkan masalah lingkungan hidup yang sekaligus mengangkat kemiskinan. Gagasan program ini sebenarnya adalah penerapan berbagai intervensi terhadap sistem daur ulang tradisional yang telah lama ada di Indonesia. Atas dasar hal tersebut di atas maka permasalahan yang diteliti adalah : 1. Bagaimana dampaknya terhadap mata rantai distribusi limbah daur ulang (limbah padat); 2. Apakah peran serta ibu-ibu rumah tangga secara aktif berdampak terhadap pendapatan keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Apakah adanya penyuluhan dan pembagian kantong-kantong plastik dapat menumbuhkan peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah limbah. Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui dampak program Peduli '92 terhadap mata rantai distribusi limbah daur ulang (limbah padat) limbah padat; 2. Untuk mengetahui dampak Program Peduli terhadap pendapatan keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Untuk mengetahui dampak Program Peduli '92 terhadap peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam pemilahan limbah. Hipotesis Kerja 1. Diduga bahwa mata rantai sistem distribusi limbah padat semakin pendek, volume dan mutu limbah padat akan semakin tinggi; 2. Diduga bahwa program Peduli dapat memperbaiki tingkat pendapatan Keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Diduga terdapat korelasi positif program Peduli terhadap peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah limbah. Dalam penelitian ini ada dua macam jenis data yang diperlukan, yakni data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu tahapan pengamatan lapangan dan survei. Metode pengambilan data primer dilakukan terhadap responden penelitian yang diambil secara sampel dari populasi ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak. Pengambilan data secara sampel ini dilakukan dengan pertimbangan adanya keterbatasan tenaga, biaya dan waktu. Dalam populasi (1.137 ibu rumah tangga) terdapat kelompok ibu-ibu rumah tangga yang pernah dapat penyuluhan dan yang tidak pernah dapat penyuluhan. Dengan keadaan populasi seperti itu, maka metode pengambilan sampel yang tepat terhadap populasi dilakukan dengan stratified random sampling (acak berstrata), sehingga diperoleh 41 orang yang pernah mengikuti penyuluhan dan 19 orang yang tidak pernah mengikuti penyuluhan. Jadi jumlah sampel ibu-ibu rumah tangga sebanyak 60 orang. Untuk melihat dampak program peduli diteliti 30 orang pemulung dan 3 pelapak yang berada di RW 07 Kelurahan Sunter Jaya yang selain diwawancarai juga diberi kuesioner untuk meneliti persepsi, peran serta dan sampai berapa jauh dampak program peduli mempengaruhi pendapatan dan kewiraswastaan mereka. Metode pengambilan sampel untuk pemulung dan pelapak adalah dengan Random Sampling. Untuk analisis ada tidaknya pengaruh program peduli terhadap mata rantai distribusi, ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak dipergunakan analisis deskriptif dengan menggambarkan keterkaitan/hubungan masing-masing pelaku dalam suatu jaringan mata rantai distribusi. Untuk analisis perbedaan pendapatan ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak sebelum dan sesudah program peduli digunakan uji dua rata-rata, dengan bantuan perhitungan komputer menggunakan program SPSS. Untuk analisis ada tidaknya hubungan serta tingkat hubungan antara program peduli dengan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah-milah limbah padat dipergunakan analisis deskriptif dengan pendekatan persentase. Hasil penelitian ini di dapat kesimpulan I. Adanya Program Peduli telah merubah status sebagian pemulung, dari pemulung yang memungut limbah di tempat-tempat pembuangan limbah menjadi pemulung yang berfungsi sebagai pedagang keliling. Sedangkan sebagian lagi tetap sebagai pemulung yang memungut limbah di tempat pembuangan limbah; 2. Adanya Program Peduli telah meningkatkan pendapatan ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak; 3. Adanya Program Peduli berdampak positif terhadap masyarakat (ibu rumah tangga) terhadap lingkungan, hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu-ibu rumah tangga secara meyakinkan menyatakan bersedia dan bersedia sekali masing-masing sebesar 66,7% dan 6,7%, serta cukup bersedia sebesar 20,0%. Sisanya yang hanya 6,7% menyatakan kurang bersedia dan tidak bersedia. Kesediaan berperan serta dalam pemilahan limbah oleh ibu-ibu rumah tangga. Sebagian besar ibu-ibu rumah tangga menyatakan aktif melakukan pemilahan limbah, sebanyak 58,3% dan yang menyatakan cukup aktif sebesar 23,3%, sisanya 18,3% menyatakan kurang dan tidak aktif.
ABSTRACT Waste issue in big cities has become a very serious environmental problem which must be handled seriously as well. Jakarta generates about 5000 till 6000 tonnes household waste and about 500 tonnes other waste (office, industry and market) each day. A greater part (74t) of the waste is organic waste which can be deteriorated and volatilize by nature and the rest, comprised of inorganic waste which is unbiodegradable by nature and it will cause a serious environmental pollution problem as plastic, glass/porcelain, other sort of metal (Surindo Utama, 1992). Dealing with such a lot of waste should invole all parties especially people who produce waste themselves (consumers, factories, offices and households). In general, inorganic waste could be recycled to make useful things and has economic value. Peduli Programme'92 was planned as an effort to solve out the environmental problem and at the same time to eliminate poverty. Actually the concept of this program is applying many kinds of interventions on the traditional recycling system which has already exist for along time in Indonesia. Based on the case above, the problems which were investigated are: 1. What is the impact towards the distribution system of solid waste. 2. Do the participation and the activities of housewives influence income of the family, scavengers and pelapak. 3. Could enlightment and distribution of plastic bags develop the participation and the activities of housewives in selecting waste. The purpose of the research is to know the impact of Peduli Programme 92 on: the distribution system of solid waste the income of the family, scavengers and pelapak the participation and the activities of housewives in selecting waste. Work Hypothesis: 1 It is assumed that the distribution system, becomes shorter, volume and quality of solid waste will raise. 2. It is assumed that Peduli Programme could improve family income, scanvengers and pelapak. 3 It is assumed that there's a positive correlation between Peduli Programme, participation and the activities of housewives in selecting solid waste.. This research, required two kind of data's, the primary and secondary data's. The collecting method was done in two stages, field observation, and survey. The method of collecting primary data was done towards research respondent by sampling from the respondents housewives, scanvengers and pelapak. The sampling method was done in consideration of the lack of energy, cost and time. In the population (1,137 housewives), there was a group of housewives who was enlighted and a group who has never been enlighted. in such a population, the right sampling method was stratified random sampling, so there are 41 persons who had attended the training and were enlighted and 19 persons were not enlighted. So the housewives sample were 60 persons. Two evaluate the impact of Peduli Programme, 30 scavengers and 3 pelapak in RW 07 Kelurahan Sunter Jaya were investigated. Besides being interviewed, they also allowed to fill the questionnaire in order to know their perception, participation and how far the impact of Peduli Programme influenced their income and enterpreneurship. The sampling method for scavengers and pelapak was random sampling. To analyze the impact of Peduli Programme towards the distribution system of solid waste, the housewives, scavenger and pelapak. Descriptive analyzes is done to evaluate the relationship of each party in the distribution system. To analyze the difference incomes of housewives, scavengers and pelapak before and after Peduli Programme is used average test by means computer programme, using SPSS. To analyze the relationship and the gradation of relationship between Peduli programme providinginformation and facilities with the activities of housewives in selecting solid waste is used descriptive analyzes through percentage approach. The conclusion of the result of this research is: The intervention of Peduli Programme has changed the status of part of the scavengers, from scavengers who picked up waste from the disposal place and become a street vendor, a part of them were still? scavenger who picked up waste from the disposal place. The intervention of Peduli Programme had raised the income of housewives, scavengers and pelapak.The intervention of Peduli Programme has a positive impact on the society's attention (housewives) to the environment, it could be seen that most of housewives undoubtedly stated ready and very ready each 66,7% and 6,7% and fair ready 20,0%.The rest wich was only 6,7% stated less ready and not ready participate in selecting waste.Most of the housewives stated active in selecting waste (58,3%) and some stated fair active (23,3%) the rest (18,3%) stated less,and not active.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suganda
Abstrak :
Aspek pengelolaan persampahan terdiri dari Teknis Operasional, Pembiayaan, Partisipasi Masyarakat, Hukurn, dan Kelembagaan. Sistem teknis operasional terdiri sistem pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Berdasarkan pelakunya, sistem pengumpulan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat, sedangkan sistem pengangkutan dilakukan oleh pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan pada partisipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik yaitu kegiatan pengumpulan sampah dari sumber rumah mewah, menengah, dan sederhana di Kecamatan Bantargebang, Rawa Lumbu, dan Bekasi 1imur. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu 1) cakupan pelayanan sampah yang masih rendah yaitu Kecamatan Bantargebang 35%, Rawa Lumbu 34,7%, dan Bekasi Timur 35,2% sehingga sisa sampah yang belum terangkut untuk Kecamatan Bantargebang 241 m3/hari, Rawa Lumbu 250 m3/hari, dan Bekasi Timur 393 m3/hari, 2) komposisi sampah domestik Kota Bekasi termasuk kecamatan tersebut mencapai 80%, sisanya 20% adalah sampah non domestik seperti industri, perkantoran, pertokoan, rumah sakit, dan pasar, 3) implementasi penegakan hukurn rendah dan lemah, dan 4) tidak adanya paradigma baru yaitu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah. Hal tersebut diduga, salah satunya adalah akibat rendahnya partiaipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah. Berdasarkan identifikasi tersebut, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu adakah perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik ?. Hipotesisnya adalah terdapat perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik. Tujuannya adalah mengetahui partisipasi masyarakat kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik, sehingga kebijakan pemerintah daerah yang diterapkan terhadap masyarakat tepat.Penelitian ini dilakukan terhadap responden rumah mewah, menengah, dan sederhana yang berjumlah 116 di Kecamatan Bantargebang, Rawa Lumbu, dan Bekasi Timur, serta wawancara terhadap Lurah Pedurenan di Bantargebang, Lurah Bojong Rawa Lumbu di Rawa Lumbu, dan Lurah Duren Jaya di Bekasi Timur. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Kesimpulan sebagai berikut: a. Terdapat perbedaan signifikan dalam kelompok sampel, yaitui antara mewah/menengah dengan sederhana. Perbedaan tersebut terletak pada I) kesesuaian tempat sampah dengan volume sampah yang dihasilkan, 2) kondisi tempat sampah, 3) keikutsertaan dalam penyuluhan, 4) kesediaan membayar retribusi, 5) keikutsertaan dalam go tong royong, dan 6) retribusi jika ditambah. b. Terdapat perbedaan partisipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik di ketiga kecamatan yaitu 1) ketidaksesuaian kapasitas tempat sampah dengan volume sampah yang dihasilkan rumah mewah di Kecamatan Bekasi Timur dan rumah sederhana di Kecamatan Rawa Lumbu, 2) kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya di Kecamatan Bantargebang dan Bekasi Timur, 3) penyapuan halaman yang kurang frekuensinya pada rumah mewah di Kecamatan Bantargebang, dan 4) keikutsertaan dalam penyuluhan yang kurang di Kecamatan Bantargebang dan Bekasi Timur. c. Adanya ketidaksesuaian kebijakan dengan kenyataan di masyarakat yaitu struktur retribusi sampah didasarkan pada kondisi bangunan tetapi pada kenyataannya di serahkan pada masyarakat, dan penenuan tarif progresif sampah didasarkan pada volume sampah yang dihasilkan tetapi kesulitan di pengukurannya. d. Prioritas masyarakat terhadap kualitas kebersihan masih kurang dibandingkan dengan permasalahan lain seperti keamanan, air bersih, listrik, dan lain-lain. Pengeluaran masyarakat semua kategori rumah untuk masalah keamanan, air bersih, dan listrik lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas kebersihan.
The aspect of Solid waste Management System are consist of operational technic, community participation, regulation, and institution. Based on it's role, a large part collecting system was done by community, whereas transportation system was done by district government. The scope of the study is particularly focused to the community participation in the operation of solid waste management from categories of house i.e, luxury, middle, and plain as solid waste generators in sub-district Bantargebang, Rawa Lumbu, and Bekasi Timur. There are more problems that identified namely : 1) the low of the services for solid waste i.e. sub-district Bantargebang 35%, Rawa Lumbu 34,7%, and Bekasi Timur 35,2%, so residu solid waste which hasn't transported for Bantargebang 241 m3/hari, Rawa Lumbu 250 m3/hari, and Bekasi Timur 393 m3/hari, 2) the composition of solid waste for Bekasi District conclude its sub-district are 80% and the residu are 20% namely non-domestic solid waste such as industries, office stores, hospitals, and market, 3) the implementation of the law is les and weak, and 4) there isn't new paradigm in solid waste management. Those are assumed as result of the low of the community participation in solid waste collecting system. Based on identification, the problem that was described in this reseach namely are there are community participation based on categories of house that are luxury, middle, and plain in the operation of solid waste management ?, the hypothesa namely there are some differences in The community participation base on the categories of house; luxury, middle, and plain in the operation of solid waste management, so that policy of district government which are implemented to community exactly true.The research was done to responden of luxury, middle, and simple which were amounts 116 at Sub-district Bantargebang, Rawa Lumbu, and Bekasi Timur, also depth interview to Lurah of Pedurenan at Bantargebang, Lurah of Bojong Rawa Lumbu at Rawa Lumbu, and Lurah Duren Jaya at Bekasi Timur. Based on result of research has got conclusion as follow: a. There are different in sample group, between luxury/middle with plain. The different in: 1) suitable between capacity of solid waste bin with solid waste volume that be produced, 2) condition of solid waste bin, 3) participation in information, 4) participation in pay retribution, 5) participation in mutual assistance, and 6) retribution if be increased. b. There are different community participation in the operation of solid waste management at three sub-district, 1) those are not suitable between capacity of solid waste bin with soiti waste volume that be produced luxury houses at sub district Bekasi Timur and simple houses at sub district Rawa Lumbu, 2) habit of dumping solid waste not in right place rub district Bantargebang and Bekasi Timur, 3) swept yard on luxury houses at sub-district Bantargebang, and 4) participation in information at sub-district Bantargebang and Bekasi Timur. c. There aren't suitable policy with fact in community those are structure of solid waste retribution based on building condition but in fact delivered over at community, and appointment of progresif retribution based on solid waste volume be produced but difficult at measurment. d. Prority of community on cleanness quality less be compared with other problem like security, water, electricity, etc. expenseas of community all house categories for security, water, electricity problem more than cleanness quality. Based on the result of research could he recommended as: a. Based on house categories, need socialization cleanness with different information according to its social condition. b. According to every sub-district, need informatin about 1) suitable between capacity of solid waste bin with solid waste volume that be produced luxury houses at sub-district Bekasi Timur and simple houses at sub-district Rawa Lumbu, 2) habit of dumping solid waste not in right place sub.-district Bantargebang and Bekasi Timur, 3) swept yard on luxury house at sub-district Bantargebang, and 4) participation in information at sub-district Bantargebang and Bekasi Timur. c. To engineer socialization of cleanness/ solid waste on community need involvement of social people like psychologist, communicant, sosiologist, etc. d. About policy, district government need to 1) appoinment right and community obligation, 2) extending servant area which has reached only 35%, 3) considering the old approaching namely collecting, transportation, treatment, and dumping to the new approach like 3R (reduce, Reuse, Recycle) and 4) considering institutional changing that is SubDin Kebersihan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Belanto Hadiwido
Abstrak :
Permasalahan pokok yang dibahas dalam tesis ini pada dasar ada dua, yaitu: 1. Permasalahan Sektor Konstruksi, adalah semakin banyaknya pembangunan fisik, berupa bangunan gedung dan bangunan sipil Iainnya, akan menyebabkan semakin tingginya permintaan bahan bangunan pembentuk beton (agregat halus, agregat kasar dan semen). Hal ini dibatasi oleh semakin menipisnya sumberdaya alam yang dijadikan bahan pembentuk beton tersebut. Pengambiian agregat halus dan kasar dari alam tidak hanya mengurangi ketersediaannya saja di alam, tetapi juga akan berakibat pada rusaknya keseimbangan morfologis dari suatu daerah. Penambangan pasir dan batu gunung akan mengurangi kestabilan tanah terhadap erosi. Hal ini perlu dicarikan bahan yang mampu sebagai pengganti bahan alami tersebut agar keseimbangan alam dapat terjaga. 2. Permasalahan Sektor Lingkungan atau sub sektor Pengeloaan Sampah Perkotaan, yaitu semakin banyak volume abu insinerator hasil pemusnahan sampah yang harus segera distabiIisasi. Hasil lain yang didapatkan dari proses pemusnahan sampah dengan insinerator adalah abu (slag) yang pada lokasi penelitian berjumlah 21,6 ton/tahun. Abu ini harus ditangani dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Salah satu pemanfaaian abu tersebut adalah dengan jalan membuat sebagai bahan bangunan. Tujuan Penelitian ini pada dasarnya adalah mencari cara agar abu insinerator dapat dipakai sebagai bahan bangunan pembentuk baton. Cara tersebut adalah dalam bentuk komposisi yang paling tepat dari abu insinerator didalam baton struktural dan non struktural dari segi kakuatan tekan beton. Kekuatan tekan dipakai sebagai Iandasan penelitian karena kuat tekan merupakan sifat beton yang utama (beton memiliki kekuatan menahan gaya tekan dibandingkan tarik sedangkan baja tulangan memiliki kekuatan menahan gaya tarik dibandingkan tekan sehingga tercipta beton bertulangan yang memiliki kekuatan tekan dan tarik sekaligus).
There are two major issues that discus in this thesis : 1. Problem occurred by using Concrete Material; The recent problem is, all of us realize now, the more we construct buildings or other civilian constructions, the higher demand on concrete material such as fine aggregate, coarse aggregate and Portland cement. This condition makes us to spend more supply of nature concrete material resources. High consumption of nature concrete material resource results high pressure on two aspects, in one aspect makes decline of limited natural supplies and the other aspect gives contribution of devastation soil stability that makes environmental problem. The exploration of coast sand, mountain rock and sand makes decline of land resistance to land erosion and abrasion. Thus, Finding a concrete material that replace natural material in order to prevent environmental quality declining is necessary. 2. The surrounding problem is to tind the things or activities that absorb solid waste incineration residues. Municipal Solid Waste incineration Residues (MSWIR) in the recent days is becoming highly increasing as the high volume of MSWIR that could disturb our lives. This incinerator's residues have to be handled properly by the right treatment to safe our environment and health. One of the solutions is using that residue to concrete material. The objective of this research is to find the right composition in using maximum incinerator's solid waste residues for concrete structural and nonstructural material. Concrete specimen within incinerator ash must have compressive strength at the same or higher than normal concrete. This step has been proven by concrete compressive test. Compressive strength is the most importance concrete criteria.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T2582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idup Suhady
Abstrak :
Pada Hakikatnya setiap orang berkewajiban memelihata lingkugan hidup, mencegah dan menanggulangi kerusakan serta pencemaran (UU No. 4/ 1982). Dalam Hal kebersihan lingkungan. Pemerintah DKI Jakarta berkewajiban membina kebersihan dan setiap penduduk wajib memelihara kebersihan lingkungan sampai setiap penduduk wajib memelihara kebersihan lingkungan sampai batas bahu jalan di sekitas pekarangan masing-masing (Perda No. 5/1988). Berdasarkan ketentuan tersebut, pengelolaan limbah padat perkotaan sebagai bagian dari pelayanan kebersihan lingkungan kota menghendaki adanya peranserta masyarakat bersama dengan pemerintah.

Dalam rangka memberikan pelayanan kebersihan terhadap seluruh warga kota, Pemerintah DKI Jakarta menghadapi kendala yang serius, pertama tidak ada keseimbangan antar alokasi anggaran dengan luas lingkup pelayanan kebersihan; kedua rendahnya penerimaan retribusi kebersihan termasuk ketidakmampuan Pemerintah Dearah untuk membiayai pelayanan kebersihan yang demikian luas, yang kemudian menyebabkan pelayanan yang tidak memadai sehingga tidak setiap warga kota memperoleh palayanan pemerintah daerah. Oleh karena itu untuk menyelenggarakan pelayanan kebersihan kota perlu dicari pemecahan yang tepat sesuai dengan ciri-ciri khas dari sistem pengelolaan limbah padat perkotaan yang bersifat kemitraan antara pemerintah dan masyarakat.

Permasalahan pokok yang diobservasi adalah sebagai berikut:
  1. Faktor apa saja menghambat pengelolaan limbah padat?
  2. Pada tahao dan sejauh mana dperlukan peranserta masyarakat?
  3. Bagaimana sebaiknya pembinaan peranserta masyarakat dilaksanakan?
  4. Model bagaimana yang harus dikembangkan dan diterapkan agar dapat mewujudkan pelayanan pengelolaan limbah padat secara berlanjut?


Jenis Penelitian yang diterapkan adalah penelitian kualitatif dengan panduan grounded research yang bertujuan mengembangkan model institusi dan tatalaksana yang mampu meningkatkan peranserta masyarakat.

Berdasarkan pengematan pertama kali terhadap permasalahan penelitian, dirumus hipotesis kerja: bentuk institusi dan tatalaksana pembinaan peranserta masyakarta mempusnya pengaruh terhadap kesadaran, rasa memiliki lingkungan dan masyarakat dalam berperanserta dan bekerja bersama dengan pemerintah dalam pengelolaan limbah padat perkotaan secara berlanjut.

Dari Hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa pada umumnya kepatuhan responden untuk membayar retribusi relatif tinggi, tetapi kurang banyak mengerti dari memahami kebijaksanaan pemerintah tentang retribusi kebersihan dan hubungan antara kesehatan lingkungan dengan penanggulangan limbah padat. Responden juga mempunyai tingkat pengatahuan yang rendah mengenai cara yang tepat dalam menanggulangi limbah mereka.

Perilaku kebersihan (membuang limbah padat disembarang tempat) responden yang tidak mendukung penanggulangan limbah padat disebabkan oleh kurangnya informasi dan penyuluhan yang diberikan pada mereka. Oleh sebab itu dirasakan bahwa institusi yanga da perlu dikembangkan dan diarahkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran, rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat untuk berperanserta secara aktif dalam pengelolaan kebersihan lingkungan kota. Selanjutnya dapat diidentifikasi adanya tingkat peranserta masyarakat yang berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh:
  1. Status Ekonomi, dilihat dari tingkat penghasilan kebanyakan penduduk kota, para responden dikategorikan ke dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga kemampuannya membayar retribusi juga rendah. Meskipun demikian kelompok ini merupakan produsen limbah yang tidak sedikit dan menuntut lebih banyak pelayanan. Sebaliknya kelompok orang-orang yang berpenghasilan tinggi pada dasarnya mampu membayar retribusi tinggi. Namun demikian keterlibatan fisikya dalam penanggulangan limbah padat relatif rendah, dan mereka senang mendapat pelayanan pemerintah kota.
  2. Perbedaan tingkat pengetahuan dan kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan diantara kelompok masyarakat.
  3. Tidak tegasnya pengenaan sanksi, kurang tepatnya ketentuan pemberian insentif dan mutu sistem pemantauan.


Data Hasil penelitian menunjuk adanya permasalahan sebagai berikut:
  1. Institusi dan tatalaksana pengelolaan limbah padat terpisah dengan pengelolaan retribusi kebersihan, padahal dalam kenyataan merupakan kegiatan yang saling terkait dan harus terintegrasi agar tidak menghambat kelancaran pengelolaan.
  2. Tidak ada koordinasi perencanaan terpadu dalam penanggulangan limbah padat antar institusi terkait. Penanggulangan limbah padat tidak hanya merupakan tugas dan fungsi dinas kebersihan melainkan juga menjadi tugas dan fungsi dinas-dinas otonom lainnya sepertinya dians pertamanan, dinas pekerjaan umu, PD Pasar Jaya dan institusi pemerintah pusat seperti badan pelaksana proyek induk sungai cisadane-ciliwung.
  3. Penyuluhan untuk menumbuhkan dan mengembangkan peranserta masyarakat belum intensif, meluas dan merata karena dinas kebersihan masih dihadapkan pada keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia.
  4. Prosedur dan proses pembayaran retribusi belum diselenggarakan secara tepat dan efektif sehingga penerimaan retribusi rendah.


Dari analisis data dapat diketahui adanya beberapa model institusi dan tatalaksana yang dapat dikembangkan dalam peningkatan peranserta masyarakat sebagai berikut:
  1. Model institusi pembina peranserta masyarakat yang mempunyai unsur-unsur staf, unsur pelaksana (Jabatan Fungsional PEnyuluh sebagai ujung tombak pembinaan peranserta masyarakat), dan unit penyuluhan keliling.
  2. Model koordinasi perencanaan terpadu untuk meningkatkan peranserta ditingkat institusi terkait dan untuk keterpaduan program pembinaan peranserta masyarkat.
  3. Model penyuluhan yang terintegrasi antara keberishan lingkungan retribusi dilengkapi dengan paket-paket terprogram sesuai kelompok masyarakat sasaran penyuluhan.
  4. Model pembayaran retribusi dan model penanggulangan limbah padat oleh swadaya masyarakat.
......In priciple every person is reponsible to santain the living enviroment, to prevent and overcome damage and its pollution (Law. no 4 1982). With regard to enciromental cleanliness in the jakarta region, every citizen is obligatory to maintain the cleanliness for the living enronment up to tha sidewalks to houseyard (local law no. 5 1988). Based on the above mentioned provisions, the overcoming of urban solid waste as a part of city environmental cleansing management needs the involment of both the whole comunity and the goverment as well.

In the framework of cleaning services to provided to the whole citizen, the gonverment of dk jakarta is being faced serious constraints, i.e. First, There is an inbalanced ratio between budget allocation and the coverage of cleaning services: second, low charges of cleaning retribution imply inability on the part of the goverment to cover the total cowst of cleaning services which subsequently cause poor services so that not every citizen is equally provided with the government's services. thus, the implementation of city cleaning services should find suitable solutions that suit the specifio characteristics of urban solid waste management systems in the frame of comunity and the goverment partnership.

The salient problems to be observed are as follows:
  1. what factors hinder the existing solid waste management?
  2. At what level and to what extent is comunity participation needee?
  3. How should the development of comunity participation be implemented?
  4. What model should be developed and implemented in order to render the solid waste management services sustainable?


The type of approach used in the research is a combination of qualitative and grounded research. It is aimed to find and develop instituional model and procedure for more effective solid waste management which will be capable of enhacing comunity participation.

Based on the first observation on the research problens a working hypothesis was formulated it is neede a kind of institution and procedural developmnet for people s participation that cloud gave impact on their environmental consciousness and sense of belonging; under which the people and the goverment could work together in the continous management of urban splid waste.

From the results of the research it was found put that in general the obedience of the respondents to pay the retribution was relatively high but ther have low understanding on the goverment policy regarding cleansing retribution and the relationship beetween healthy enrionment and solid waste management due the respondenet have low level od knowledge on the right way to handle their waste.

The cleanliness behavior(improrer storing and disposal og the solid waste) which does not support good solid waste management is due to the lack informations and extension services provide to them. For the reason, it felt that an instituion in needed to develop and direct community participant the could grow and develop their awareness. sense of belonging and reponsibility to actively participate in the management of the cleanliness of the city environment.

Futher, it was indentified that there are spme different levels of community participation. Such condition is influenced by:
  1. Economic Status, viewed from the level of income of the low income group, so that their abilities to pay retribution are also low, eventhough this group is postively ht emajor producer of urban solid waste and hence demand more services, on the country, the group of the people with high income are basically capable to pay high retribution. Eventhough their rat of physical involvements in the handling of the solid waste are low, they enjor good services provided by the city government in returen of their high restribution.
  2. The different levels on knowledge and awareness toward cleanliness and healthy environment among groups of people.
  3. Improper sanction enforcement, inappropriate provision of incentives, and the existing week quality of monitoring system.


Data of research indicate the following problems:
  1. Institution and procedure of solid waste management are evidently seperated from the cleaning retribution management. in fact, it is actually interconnected activities that should be integrated in order to avoid in appropriate management.
  2. There is no integrated planning coordination in the handling of solid waste among the interconnected institutions. Solid waste handling is not only the tast and function od the dki cleaning departmenet dinas kebersihan but it is also the task and function of the other dki autonomous department susch as those concerned with park, public works, cisadane-ciliwung river project implementation agency and local government owned company pasar jaya.
  3. Extention services to promoteand develop the community participation was not being carried out intensively and equally due the pact that reponsible cleansng department are still being wiht limites budget and human resources.
  4. The procedures and process of charging the retribution have not been effectively and properly managed, resulting to low retribution revenue.


Data Analysis shows that some models of instituion and procedures to enhance community participantion could be developed in the following ways:
  1. Developing the isntitution models for community participation by rearrangement of the exiting componentrs, including staff and, line components and mobile unit of extension services. In the instituion, the functional position of extension service agents as the community participations can be developed;
  2. Integrated planning coordination models to enchance the community participation on the level of government isntituions and integreted programme in developing comunity participation.
  3. Integrated extention service models related with environmenta cleenliness and retribution payment, supported by programmed packages are highly relevant to the community extension's targer groups.
  4. Retribution payment model and community solid waste management models.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Martin
Abstrak :
Sampah perkotaan akan tetap merupakan salah sam persoalan rumit yang dihadapi oleh pengelola kota dalam menyediakan sarana dan prasarananya Sampah padat yang tidak dikelola sebagaimana mestinya sering menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan manusia, seperti masalah estetika, tersumbatnya saluran air yang dapat menyebabkan banjir, bahaya kebakaran, terjadinya pencemaran lingkungan, dan meningkatnya bibit penyakit. Oleh karena itu untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, manusia seyogyanya harus mampu memelihara, mengatur serta menjaga keseimbangan lingkungan. Secara umum pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru belum diprioritaskan, hal ini terlihat dari timbulan sampah pada tahun 2000 yang terangkut ke TPA hanya sebesar 35.000 ml dari 172.202 m3, tidak seimbangnya sarana pewadahan dan sarana angkut dengan timbulan sampah yang ada, sulitnya mendapatkan lahan kosong untuk lokasi TPS, pengoperasian TPA dengan sistem open dumping, dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Oleh karena itu diperlukan data dasar (data base) yang salah satunya mengenai volume, komposisi, kadar air, kadar abu, dan nilai kalori timbulan sampah yang berguna untuk perencanaan sistem pengelolaan sampah Kota Pekanbaru.
The municipal solid waste became a problem that needed to be solved immediately. lt will remain a problem that should be faced by the city authority, especially in providing the facilities related to the problem. Solid waste arouse some environmental and health problem for human, as well as other problem like the esthetics, drainage problem that can lead to flooding, fire, environmental pollution and the spreading of diseases. It needed that human should be able to maintain the balance of the environment. In general, solid waste management in Pekanbaru had not been become a priority, and based on the facts that only 35,000 m3 of 172,202 m3 can be brought to the tinal disposal in 2002. The problems are: insuficient tools and needed transportation devices. difficulties to End a temporary waste pool, the use of open dumping system, and the lack of the society awareness toward the sanitary of their living environment. Therefore, a good planning of waste management would be needed where based on the data of the waste characteristics were very important.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>