Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dody Ervant Kurniawan
"ABSTRAK
Energi dari tenaga surya merupakan salah satu sumber energi alternatif, dengan efisiensi yang masih rendah. Salah satu komponen penting pada sistem pembangkit tenaga surya adalah konverter, berfungsi untuk menaikkan tegangan. Salah satu komponen penting pada konverter penaik tegangan, boost converter, adalah induktor. Penelitian ini membahas pembuatan induktor dengan inti ferit
jenis E yang ada di pasaran dengan kawat enamel, dan mengujinya pada boost converter, untuk melihat karakteristik, serta efisiensi dan tegangan maksimum yang dapat dicapai. Uji coba dilakukan dengan mengubah parameter tegangan, jumlah lilitan, dan frekuensi. Dengan hasil, tegangan keluaran mencapai 232V, dan efisiensi sebesar 97,52% dengan beban lampu 5W/220-240V.

ABSTRACT
The solar power is one of alternative energy source, yet with low efficiency. One of solar power plant?s important component is converter, serves to raise the voltage. Its one of the important component is inductor. This research discussed the making of E-type power inductor using ferrite core available on market, with enamel wire, and see the characteristics on boost converter, as well as the
efficiency and maximum voltage obtained. Tests were performed by doing iterations on voltage, winding amount, and frequency, with the results of output voltage reaches 232V, and efficiency of 97.52% with a lamp (5W/220-240V ) as load."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1671
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Guruh Srisadad
"Solar home system merupakan sistem pembangkit listrik tenaga surya yang diaplikasikan pada sebuah rumah tinggal. Dengan menggunakan sebuah inverter jenis GTI atau grid tie inverter, listrik DC yang dihasilkan modul photo volt aic diubah menjadi listrik AC 220V 50Hz yang dapat tersinkronisasi dengan tegangan jala-jala PLN, sehingga jaringan listrik sistem rumah solar dapat terhubung dengan jaringan distribusi PLN. Dengan menghubungkan sistem photo volt aic dan sistem jaringan listrik PLN maka daya yang dihasilkan dapat digunakan untuk menyuplai beban peralatan rumah tangga sekaligus dieksport atau dikirim ke grid PLN. Dengan mempertimbangkan harga jual listrik ke PLN yang bervariatif berdasarkan waktu beban puncak sistem kelistrikan setempat, maka pada perancangan rumah cerdas yang berbasis solar cell ini, dibuat dua mode kerja yaitu mode PV grid connected dan PV back up battery. Pengujian sistem eksport import pada rumah cerdas ini dilakukan dengan memberi beban berupa empat buah lampu pijar dengan daya masing-masing 60 W dan 31 lampu fluorescent dengan daya masing-masing 8W yang diparalel satu persatu. Pengukuran daya diambil pada daya output inverter, daya beban, dan daya yang dikirim ke jaringan listrik PLN.

Solar home system is solar power generation system which is applied to a house. By using a grid tie inverter (GTI), the DC electricity produced by photo volt aic modules is converted into a 220 V 50 Hz AC power that can be synchronized with the voltage with PLN grid electricity, so that solar home systems can be connected to the PLN distribution network. By connecting the photo volt aic system and the PLNg rid, the power that generated by PV can be used to supply the loads of households appliances as well as in export or sent to the PLN grid. By considering the selling price of electricity to PLN which varied according to time of peak load locally electricity system, then the design of smart home-based solar cell were made of two modesi.e. PV grid connected dan PV backupb attery. The export import testing system of the smart house system is done by giving the load of four in can descent bulbs with power 60 Weach of them, and 31 fluorescent lights with 8 Weac of them that connect in paralel one by one. Power measurement is taken at the inverter output power, loadpower, and the power sent to PLN grid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1684
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Hanna J.
"Pemanfaatan teknologi sel surya sebagai sumber energi listrik di Indonesia masih belum berkembang baik padahal Indonesia terletak di garis khatulistiwa sehingga mendapat sinar matahari yang melimpah. Hal ini sangat disayangkan mengingat tingkat kebutuhan listrik yang terus meningkat terutama dari konsumen rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis penggunaan panel sel surya sebagai sumber energi listrik dan tingkat kelayakan untuk diimplementasikan di perumahan tipe menengah. Ada dua jenis sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang ditinjau dalam penelitian ini yaitu sistem PLTS menggunakan baterai dan tanpa baterai. Hasil penelitian menunjukkan untuk saat ini penggunaan sistem PLTS di perumahan untuk memenuhi kebutuhan listriknya tidak menguntungkan secara ekonomis. Hal ini karena tingginya biaya investasi sistem PLTS dibandingkan dengan biaya listrik yang dibeli dari sumber konvensional. Namun analisis sensitivitas yang dilakukan menunjukkan sistem PLTS menjadi layak pada beberapa kondisi.

The utilization of solar cell technology as a source of electrical energy in Indonesia is still not well developed, given the fact that its location is on the equator zone with abundant sunshine. This is being regretted by also considering the increment level of demand for electricity, especially from household consumers. This study aims to determine the technical use of solar power system for sourcing the electrical energy and the feasibility for implementing the system in middle-class residential houses. Two types of solar power system which are being reviewed: stand-alone system and grid connected system. The result shows that installation of the system in a resident may not be economically rewarding due to system investment high cost compared to the electricity cost from conventional system. However, the sensitivity analysis shows the solar power systems are being economically feasible in some conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1928
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Tasya Aulia Putri
"Perkembangan teknologi yang terus-menerus membuat penggunaan energi listrik menjadi hal krusial dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penggunaan energi listrik yang tiada hentinya membuat sumber energi fosil yang terbatas semakin sedikit. Oleh sebab itu, transisi energi berkelanjutan menjadi isu penting untuk menjaga ketersediaan energi di masa mendatang. Pemerintah Indonesia telah menetapkan taget pencapaian bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025 dengan tujuan dapat mempercepat transisi energi berkelanjutan. Bentuk upaya untuk mencapai target bauran nasional adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Penelitian ini membahas mengenai penerapan sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada gedung pabrik PT. CT untuk mengetahui sistem PLTS atap yang optimal dan potensi penggunaan listrik PLN yang lebih efisien. Sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°mampu memproduksi energi sebesar 1969890 kWh/tahun, sedangkan sudut kemiringan 15°hanya dapat memproduksi sebesar 1949709 kWh/tahun. Dalam 25 tahun, sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11° memiliki potensi penghematan sebesar 34,29%, sedangkan sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 15° memiliki potensi penghematan sebesar 33,94%. Dengan perbedaan modal awal sebesar Rp436.792.000,00 diperoleh payback period dari kedua sistem PLTS atap selama 9 tahun. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada PT.CT yang lebih optimal untuk digunakan adalah sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°.

The continuous development of technology makes the use of electricity a crucial part of our daily life. The endless consumption of electricity leads to a decrease in limited fossil energy sources. Therefore, sustainable energy transition becomes an important issue to ensure energy availability in the future. The Indonesian government has set a national energy mix target of 23% by 2025 to accelerate the transition to sustainable energy. One effort to achieve this target is by building a Solar Power Plant. This research discusses the implementation of an on-grid rooftop solar power plant system without batteries in the factory building of PT. CT to determine the optimal rooftop solar power plant system and potential for more efficient use of PLN electricity. The rooftop rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle can produce energy of 1969890 kWh per year, while the 15° tilt angle can only produce 1949709 kWh per year. In 25 years, the rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle has a potential cost savings of 34.29%, while the system with a 15° tilt angle has a potential cost savings of 33.94%. With a difference in initial capital of IDR436,792,000.00, the payback period for both rooftop solar power plant systems is 9 years. Based on these factors, the more optimal on-grid rooftop solar power plant system without batteries to be used in PT.CT is the system with an 11° tilt angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fasri Hatomi
"Bertambahnya kebutuhan energi listrik di IKN akan berdampak pula pada bertambahnya penggunaan pembangkit listrik. Pengembangan energi listik kedepannya di IKN diharapkan akan menggunakan lebih banyak energi terbarukan. Untuk dapat menekan penggunaan energi fosil, salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi surya sebagai sumber energi listrik terbarukan. Pada penelitian ini akan membahas terkait dengan pengembangan energi terbarukan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 50 MW dengan skema KPBU-AP dan IPP di Ibukota Negara (IKN). Dalam menetapkan skema yang sesuai, dilakukan penilaian proyek dengan mempertimbangkan parameter penilaian keuangan yang terdiri dari Net Present value (NPV), Internal rate Return (IRR), dan Payback Period (PP) sebagai dasar dan pertimbangan dalam kelayakan finansial project investasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skema KPBU-AP lebih menguntungkan dari sisi investor dalam hal stabilitas pendapatan dan memperoleh jaminan dari pemerintah sehingga dapat meminimalisir resiko, sementara skema IPP bergantung pada jumlah listrik yang dihasilkan dan dijual yang memiliki potensi ketidakpastian. Dengan parameter yang sudah ditentukan dan regulasi, skema KPBU-AP dapat memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan skema IPP dengan menghasilkan nilai IRR sebesar 11,26%, NPV sebesar 163.472 (juta rupiah) dan payback period selama 8 tahun dibandingkan dengan skema IPP diperoleh IRR sebesar 8,61%, NPV sebesar 33.973 (juta rupiah) dan payback period selama 9 tahun.

The increasing demand for electrical energy in the New National Capital (IKN) will lead to a rise in the use of power plants. Future development of electrical energy in IKN is expected to utilize renewable energy sources. To reduce the use of fossil energy, one approach is to harness solar energy as a renewable electrical energy source. This study discusses the development of a 50 MW solar power plant (PLTS) using the PPP-AP and IPP schemes in IKN. In determining the appropriate scheme, a project assessment was conducted by considering financial evaluation parameters including Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Payback Period (PP) as the basis and consideration for the business entity. The results show that the KPBU-AP scheme is more advantageous for investors regarding income stability and government guarantees, thereby reducing risks. In contrast, the IPP scheme depends on the amount of electricity generated and sold. With the specified parameters and regulations, the KPBU-AP scheme provides greater benefits compared to the IPP scheme, yielding an IRR of 11.26%, an NPV of 163,472 million rupiahs, and a payback period of 8 years. In contrast, the IPP scheme yields an IRR of 8.61%, an NPV of 33,973 million rupiahs, and a payback period of 9 years."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Maulana Yusuf
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
TA411
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahwan Arfellino Lutnan Azis
"Berkembangnya teknologi di era digitalisasi membuat permintaan atas penggunaan energi listrik semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) permintaan energi listrik pada tahun 2023 mencapai 1.285 kWh/kapita. Hal tersebut dapat memungkinkan permintaan energi listrik yang semakin meningkat setiap tahunnya yang dibarengi dengan penggunaan energi fosil yang semakin meningkat. Maka dari itu, dalam upaya mengurangi penggunaan energi fosil dengan mengganti menjadi penggunaan energi terbarukan seperti pemanfaatan penggunaan Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) Atap pada lingkungan kampus diharapkan dapat menjadi contoh untuk masyarakat dalam penggunaan energi terbarukan seiring berjalannya target pencapaian pemerintah akan bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025. Dalam penelitian ini membahas terkait perancangan sistem PLTS Atap On-Grid pada Gedung Departemen Teknik Elektro FTUI dengan membandingkan dua sudut kemiringan atap untuk mengetahui sistem PLTS yang optimal dan potensi penggunaan listrik yang lebih efisien dengan ditinjau dari aspek teknis dan ekonomi melalui simulasi pada perangkat lunak PVsyst. Perancangan sistem PLTS pada penelitian ini berkapasitas 22.1 kWp dengan luas atap optimal sebesar 108 m2 . Dari hasil simulasi diperoleh sistem PLTS dengan sudut kemiringan 10° dapat memproduksi energi sebesar 31.4 mWh/tahun dan sistem PLTS dengan sudut kemiringan 45° dapat memproduksi energi sebesar 27.4 mWh/tahun. Proyek ditargetkan dengan jangka waktu investasi selama 25 tahun, dilihat dari sisi ekonomi modal awal biaya investasi memiliki selisih sebesar Rp16.200.000,00 karena sudut kemiringan 10° membutuhkan biaya kerangka tambahan, dengan jangka waktu pengembalian modal (payback period) orientasi 1 pada tahun ke-15 dan orientasi 2 pada tahun ke-16. Selain itu, perancangan kedua orientasi sistem tersebut mampu mengurangi penghematan biaya tagihan energi listrik sebesar 24.91% pada sudut kemiringan 10° dan 22.02% pada sudut kemiringan 45° selama 25 tahun.

The development of technology in the digitalization era has made the demand for electrical energy use increase every year. Based on data from the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), the demand for electrical energy in 2023 reached 1,285 kWh/capita. This can allow the demand for electrical energy to increase every year coupled with the increasing use of fossil energy. Therefore, to reduce the use of fossil energy by replacing it with the use of renewable energy such as the use of rooftop solar power plants (PLTS) in the campus environment is expected to be an example for the community in the use of renewable energy along with the government's target of achieving a national energy mix of 23% by 2025. This study discusses the design of an On-Grid rooftop PLTS system in the FTUI Electrical Engineering Department Building by comparing two roof tilt angles to determine the optimal PLTS system and the potential for more efficient electricity use in terms of technical and economic aspects through simulations on PVsyst software. The design of the PLTS system in this study has a capacity of 22.1 kWp with an optimal roof area of 108 m2 . From the simulation results, the PLTS system with a tilt angle of 10° can produce energy of 31.4 mWh/year and the PLTS system with a tilt angle of 45° can produce energy of 27.4 mWh/year. The project is targeted with an investment period of 25 years, seen from the economic side of the initial capital investment cost has a difference of Rp16,200,000.00 because the tilt angle of 10° requires additional frame costs, with a payback period orientation 1 in year 15 and orientation 2 in year 16. In addition, the design of the two system orientations was able to reduce the cost savings of electric energy bills by 24.91% at a tilt angle of 10° and 22.02% at a tilt angle of 45° for 25 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusdhi Rhazhya Ramadhan
"Penelitian mengenai disturbansi 9-150 kHz semakin meningkat di beberapa tahun terakhir, ada beberapa alasan mengapa ini terjadi; diantaranya adalah adanya peningkatan penggunaan alat listrik yang bisa menghasilkan disturbansi frekuensi tinggi seperti lampu fluorescent dan solar inverter, selain itu adalah penggunaan PLC yang dipakai untuk komunikasi pada frekuensi 9-150 kHz dan alasan terakhir adalah dampak gangguan di peralatan mulai dilaporkan. Karena adanya peningkatan penggunaan solar inverter dalam beberapa tahun terakhir penulis memfokuskan penelitian mengenai pengaruh jenis beban, besaran beban terpasang, dan besaran daya yang disuplai inverter terhadap disturbansi di frekuensi 9-150 kHz. Pengukuran dilakukan pada solar inverter sunny boy yang terletak di EPES UI.Sistem terhubung dengan PLN, sehingga dikategorikan sebagai PLTS On-Grid. Untuk pengukuran daya menggunakan power quality analyzer, dan untuk pengukuran disturbansi menggunakan picoscope, yang hasilnya diubah menjadi domain frekuensi untuk mempermudah analisis. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada beban linier lampu pijar dan nonlinear lampu CFL memiliki tren yang serupa. Saat besaran beban dinaikkan maka disturbansi yang dihasilkan juga meningkat secara linear, hal yang serupa juga terjadi terhadap peningkatan daya yang disuplai dari inverter. Semakin tinggi daya yang disuplai dari inverter, semakin besar disturbansi yang dihasilkan di sistem.Kedua tren ini terjadi pada beban lampu pijar dan beban lampu fluorescent.

Research regarding 9-150 kHz disturbance keeps increasing in the last few years, there are numerous reasons for this occurrence, including: the rise of the usage of electronic device that can generate high frequent disturbance such as fluorescent lights and solar inverters, PLC utilization used for communication on 9-150 kHz frequencies, and lastly the emergence of reports on disturbance impacts. In consideration of the rise of solar inverter usage in the last few years, the writer focuses research accounting impacts of load type, capacity, and power supplied by the inverter to disturbance in the 9-150 kHz frequencies. The system is connected with PLN, hence its categorization as ON-Grid. For power mensuration facilitated with the PQA, and disturbance with the picoscope, which results are turned to frequency domain to ease the analysis. The results of the research show that the linear load of incandescent light bulb and nonlinear CFL bulb have similar trends. When the load capacity is increased, generated disturbance also increases linearly, a corresponding thing happening to power increase supplied from the inverter. The higher the power supplied from the inverter, the bigger the disturbance generated in the system. Both trends ensue on incandescent light bulb loads and fluorescent bulbs."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahesa Sangga Bhuwana
"Sistem photovoltaic yang sering digunakan terdiri dari koneksi jaringan dikarenakan kehandalan dan efisiensinya. Permasalahan yang ada pada saat ini adalah, bagaimana cara mendapatkan sebuah sistem yang dapat menyediakan tenaga yang cukup dengan kondisi optimal dan menyediakan performa yang tinggi dalam jangka waktu tertentu. Pembelajaran dibawah ini merupakan sebuah sistem sejejeran photovoltaic terkoneksi dengan jaringan yang didesain menggunakan software PVsyst. Studi berikut fokus pada produksi sistem, rugi-rugi daya keluaran, rasio performa dan energi keluaran dari sistem, mengatur tipe lapangan, menyeketsa kurva distribusi daya dan distribusi temperatur. Hasilnya adalah PLTS sebesar 2162 kWp dapat dibangun di atas Bangunan. Energi yang terbangkitkan dari PLTS adalah sebesar 2782 MWh/tahun, dengan Performance Ratio (PR) sebesar 0.741. Memiliki Net Present Value (NPV) sebesar Rp 5,278,962,325.23, serta periode pengembalian investasi selama 18 tahun apabila implementasi dilakukan pada 2022.

Photovoltaic systems that are often used consist of network connections due to their reliability and efficiency. The problem nowadays is how to get a system that can provide sufficient power with optimal conditions and high performance in a short period of time. The study below is about a photovoltaic system that is connected to the network designed using PVsyst software. The following study focuses on the production of the system, power output losses, performance and energy output ratio of the system, field type setting, sketching power distribution curves, and temperature distribution. The result is that 2162 kWp can be built on the roof of the building. The power that is generated from the solar power plant is 2782 MWh/year with a Performance Ratio (PR) of 0,741. It has a Net Present Value (NPV) of Rp 5,278,962,325.23 and 18-year return on investment period if the implementation is carried out in 2022."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Agus Aditya Pramana
"Modul Photovoltaic (PV) pada sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sering mengalami gangguan berupa titik panas saat beroperasi di lapangan. Metode deteksi yang digunakan saat ini membutuhkan waktu yang lama dan sulit untuk menemukan koordinat titik panas, terutama di area PLTS yang besar. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan meluas, seperti memicu kebakaran pada PLTS dan menyebabkan degradasi pada modul. Penelitian ini menjelaskan mengenai pemodelan matematis metode pemantauan dan deteksi titik panas pada PLTS dengan menggunakan perangkat katadioptrik (CD) yang berpotensi melakukan deteksi cepat dan berkelanjutan. Model matematis yang dibuat memanfaatkan dua citra objek dari posisi CD yang berbeda untuk memperkirakan koordinat titik panas. Kemudian, eksperimen dilakukan untuk validasi akurasi model dan melihat pengaruh variasi parameter. Selain itu, simulasi studi kasus pada pemantauan sistem PLTS dengan area luas juga dilakukan untuk menggambarkan pemantauan titik panas pada PLTS dengan tata letak menyerupai kondisi riil. Simulasi projeksi menunjukkan bahwa model matematis yang dibangun dapat digunakan untuk menentukan koordinat titik panas dengan kesalahan pengukuran yang kecil. Dari hasil studi kasus, ditemukan sembilan kombinasi parameter yang menghasilkan citra PLTS yang simetris dan tidak tumpang tindih dimana rasio citra lebih dipengaruhi oleh posisi kamera daripada panjang fokus. Selain itu, persyaratan minimum sensor ditentukan oleh panjang pusat citra PLTS terjauh untuk memantau semua baris PLTS. Simulasi penentuan koordinat titik panas menemukan bahwa parameter xk berpengaruh pada kesalahan pengukuran rata-rata prediksi koordinat dan gradien kesalahan setiap pasangan sumbu. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa posisi titik panas dapat diperkirakan dengan persentase kesalahan terburuk (PE) kurang dari 10%, dengan kesalahan persentase absolut rata-rata (MAPE), kesalahan absolut rata-rata (MAE), dan root mean square error (RMSE) dalam nilai yang dapat diterima. Selain itu, pola sensitivitas dapat digunakan untuk memantau kondisi CD.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>