Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Tri Anggoro
Abstrak :
Teknologi informasi telah menjadi enabler untuk perusahaan dalama menjalankan bisnis. Perangkat lunak sebagai salah satu komponen pada teknologi informasi telah menjadi kebutuhan utama dari organisasi.Perangkat lunak berperan sebagai alat untuk mendukung dan menyederhanakan bisnis proses pada organisasi. Sebuah perangkat lunak harus mempunyai kualitas yang baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Proses pengembangan perangkat lunak yang efektif diperlukan untuk membuat perangkat lunak yang berkualitas. Proses pengembangan perangkat lunak dikategorikan efektif jika dapat diselesaikan tepat waktu, biaya, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Studi kasus dilakukan pada perusahaan yang bergerak pada industri perbangkan. Perusahaan ini bergerak pada pasar yang kompetitif, perusaahan perlu untuk memperoleh nasabah baru dengan tetap menjaga nasabahnya. Perusahaan perlu untuk terus meningkatkan kulaitas perangkat lunak. Capability Maturity Model Integration (CMMI) versi 2.0 adalah kerangka kerja yang dapat digunakan untuk perbaikan proses perangkat lunak. Studi ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang implementasi CMMI. CMMI memiliki struktur yang besar, oleh karena itu continuous representation digunakan untuk implementasi CMMI. Perusahaan harus menetapkan dan memprioritaskan practice area mana yang paling sesuai untuk kondisi saat ini dari proses pengembangan perangkat lunaknya. Studi ini menggunakan CMMI Roadmap untuk memilih area praktik dengan mendefinisikan tujuan dan masalah bisnis. SCAMPI C digunakan sebagai metode penilaian untuk mengukur tingkat kematangan dan kemampuan proses pengembangan perangkat lunak. Penelitian ini menggunakan metode berbasis kuesioner untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian ini adalah rekomendasi yang dapat mengarah pada peningkatan kualitas perangkat lunak. Rekomendasi ini dirumuskan berdasarkan CMMI-Dev versi 2.0.
Information technology has become an enabler for a company to operate its business. The software has become one of the organizations primary needs. The softwares role as an instrument for supporting and simplifying business processes in an organization. A single software should have excellent quality to satisfy the client. An effective software development process is necessary to produce good quality software. The software development process can be classified as effective if finished on time, cost-effective, and following user requirements. A case study involving a company that engaged in the banking business was done. This company operates in a very competitive market. This company needs to maintain its customers as it gains fresh customers. Therefore its software quality needs to be steadily improved. Capability Maturity Model Integration (CMMI) version 2.0 is a framework which can be used for software process improvement. This study is undertaken to gain a better understanding of CMMI implementation. As CMMI constitutes an enormous structure, continuous representation was used as an approach for CMMI implementation. The company must define and prioritize which practice area is most appropriate for the current conditions of its software development process. This study uses CMMI Roadmap for selecting the practice area by defining business goals and problems. SCAMPI C is used as an appraisal method to measure the level of maturity and capability of the software development process. This study uses a questionnaire-based method to collect data. The result of this research is a recommendation that can lead to software quality improvements. The recommendation is formulated based on CMMI-Dev version 2.0.
Depok: kompu, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priambudi Lintang Bagaskara
Abstrak :
Keberagaman organisasi sosial Indonesia dan perkembangan teknologi internet membuat kebutuhan untuk membuat aplikasi yang dapat memenuhi semua kebutuhan organisasi or- ganisasi tersebut secara cepat. Karena kebutuhan masing masing organisasi yang berbeda tersebut, dibutuhkan metode pembuatan perangkat lunak yang dapat mengatasi kesamaan commonality dan perbedaan variability dengan cepat dan efisien. Software Product Line Engineering (SPLE) dapat menyelesaikan permasalahan ini. SPLE mengelompokkan ke- samaan commonality dan perbedaan variability fitur. Abstract Behavioral Specification (ABS) adalah bahasa pemodelan yang dikembangkan berdasarkan pendekatan SPLE de- ngan paradigma delta-oriented programming. Dengan menggunakan ABS, penelitian se- belumnya telah berhasil membuat aplikasi backend (ABS-Microservices Framework) de- ngan berbasis Java. Akan tetapi Java mengkonsumsi sumber daya komputasi yang cukup besar, sehingga diperlukan perubahan atau alternatif lain yang dapat mereduksi kebutuhan sumber daya komputasi. Penelitian ini berhasil mereduksi sumber daya komputasi yang diperlukan dengan melakukan porting ABS-Microservices Framework dari basis Java ke basis Erlang OTP. Selain itu, penelitian ini menjelaskan penyesuaian apa saja yang perlu dilakukan untuk melakukan porting kode dari bahasa Java ke Erlang. Hasil dari peneli- tian ini merupakan aplikasi ABS-Microservices Framework berbasis Erlang OTP yang serupa dengan aplikasi berbasis Java, tetapi menggunakan sumber daya memori yang lebih sedikit. ......The diversity of Indonesian social organizations and the development of internet tech- nology are making necessities to create applications that can meet all organizational needs of the organizations quickly. Because the needs of each of these different organizations, software manufacturing methods are needed which can deal with com- monalities and variabilities quickly and efficiently. Software Product Engineering can solve this problem. SPLE groups commonalities and variabilities in features. ABS is a modeling language developed based on the SPLE approach with the delta-oriented programming paradigm. By using ABS, previous studies have succeeded in making Java-based backend application (ABS-Microservices Framework). But Java consumes considerable computing resources, so changes or alternatives are needed to reduce the need for computing resources. This research succeeded in reducing the computational resources needed by porting the ABS-Microservices Framework from the Java-based to the Erlang-OTP-based. In addition, this study explains what adjustments need to be made to port code from the Java language to Erlang. The result of this study is a similar Erlang-OTP-based ABS-Microservices Framework to the Java-based application, but use less memory resource
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daril Nofriansyah Badruddin
Abstrak :
Automated test adalah otomatisasi dari aktivitas software testing menggunakan testing tool. Namun, pada kenyataannya, testing tool untuk melakukan automated test masih memiliki kekurangan. Berdasarkan wawancara dengan Tim Research and Development (Tim RnD) PT. Global Digital Niaga (Blibli), automated test pada Blibli dieksekusi secara berkala dengan bantuan automation server sehingga menghasilkan report yang terpisah-pisah. Hal tersebut disebabkan testing tool membuat satu report setiap kali test cases dieksekusi. Berdasarkan masalah tersebut, tim pengembang merealisasikan project “Error Book”, sebuah dashboard automated test error. Error Book memanfaatkan custom maven plugin dan Elastic Stack untuk mengelola data dari automated test secara real-time sehingga dapat disajikan pada aplikasi front-end dashboard. Dengan Error Book, Tim RnD akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi mengenai error yang terjadi pada automated test secara keseluruhan. Informasi tersebut akan menjadi acuan untuk melakukan improvement. QA engineer akan lebih mudah mengidentifikasi error yang sering terjadi pada automated test milik divisinya sehingga perbaikan preventif dan represif untuk error tersebut dapat dilakukan dengan cepat. Tim pengembang telah melakukan user acceptance testing (UAT) kepada Tim RnD Blibli, QA engineer Blibli, dan QA engineer perusahaan lain. ......Automated test is the automation of software testing activities using testing tools. However, in reality, testing tools to perform automated tests still have drawbacks. Based on interviews with the Research and Development Team (RnD Team) at PT. Global Digital Niaga (Blibli), automated tests at Blibli are executed periodically with the help of an automation server. Hence, it generates separate reports. This is because the testing tool creates one report each time a test case is executed. Based on this problem, we develop the “Error Book” project, an automated test error dashboard. Error Book utilizes a custom maven plugin and Elastic Stack to manage data from automated tests in real-time so that it can be presented in front-end dashboard application. With Error Book, the RnD team can get information about errors that occur in the automated test as a whole easier. This information will serve as a reference for making improvements. QA engineers can easily identify errors that often occur in their division's automated tests so that preventive and repressive repairs for these errors can be carried out quickly. We have carried out user acceptance testing (UAT) to Blibli RnD team, QA engineers at Blibli, and QA engineers at other companies.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Utama
Abstrak :
ABSTRAK Penerapan proyek prangkat lunak yang sukses adalah keinginan dari setiap pengembang proyek perangkat lunak, tetapi menurut data dari Standish Group 2018 keberhasilan pengembangan proyek prangkat lunak masih sangat kecil yaitu sebesar 23%. Oleh sebab itu penelitian ini melakukan action research pada PT Phincon yang mempunyai core bisnis dalam pengembangan proyek perangkat lunak. Pada pengembangan proyek Phincon masih terdapat proyek yang mengalami kegagalan seperti melebihi dari target waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini menetukan prioritas dari Critical Success Factors (CSF) yang harus diperhatikan Phincon dalam memperbaiki proses pengembangan proyeknya. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan skala pairwise comparison dan responden penelitian yaitu karyawan Phincon yang terlibat langsung dalam pengembangan proyek kemudian dianalisis menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil analisis diperoleh tujuan proyek yang jelas adalah alternatif dengan peringkat tertinggi kemudian diikuti oleh komunikasi, perencanaan proyek, komposisi tim yang jelas, dukungan top manajemen, alokasi sumber daya yang tepat, perubahan kebutuhan proyek, pendanan proyek, kompetensi tim, metodologi pengerjaan proyek dan waktu proyek. Berdasarkan peringkat yang didapatkan kemudian dilakukan wawancara untuk memperoleh tanggapan pemangku kepentingan terhadap hasil penelitian, yang kemudian dijadikan rekomendasi dalam melakukan perbaikan terhadap setiap faktor kesuksesan proyek, harapanya dapat meningkatkan kesuksesan pengembangan proyek perangkat lunak di PT Phincon.
ABSTRACT The successful implementation of software projects is the desire of every software project developer, but according to data from Standish Group 2018 the success of developing software projects is still very small at 23%. Therefore this study conducted action research on PT Phincon which has a core business in developing software projects. In the development of the Phincon project there are still projects that have failed such as exceeding the predetermined time target. This research determines the priorities of critical success factors (CSF) that Phincon must consider in improving the project development process. The data was collected using a questionnaire with a pairwise comparison scale and the research respondents namely Phincon employees who were directly involved in the development of the project were then analyzed using the Analytic Hierarchy Process (AHP). Based on the results of the analysis obtained clear project objectives are alternatives with the highest rank then followed by communication, project planning, clear team composition, top management support, appropriate resource allocation, changes in project requirements, project funding, team competency, project work methodology and project time. Based on the ratings obtained, interviews were then conducted to obtain stakeholder responses to the results of the research, which were then made recommendations in making improvements to each of the success factors of the project, hoping to increase the success of software project development at PT Phincon.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library