Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maura Sekar Amarati Lukito
Abstrak :
Penggunaan code-mixing antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia secara kasual dalam beberapa tahun terakhir telah terdokumentasi dengan baik dan dikenal secara luas, sebagaimana kini disebut sebagai Bahasa Jaksel. Oleh karena itu, perspektif mengenai kesopanan fenomena ini merupakan area yang menarik untuk diteliti. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan dan pandangan mahasiswa mengenai code-mixing, termasuk pendapat tentang tingkat kesopanan serta kepantasan dalam konteks akademik dan nonakademik, dengan menggunakan analisis deskriptif dari hasil wawancara satu lawan satu guna mengkaji penggunaan code-mixing antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dalam ujaran, menggunakan teori kesantunan linguistik, face, dan social distance. Dua puluh delapan mahasiswa tahun keempat dari angkatan 2019 Program Studi Inggris Universitas Indonesia berpartisipasi dalam wawancara tersebut. Penelitian ini menggunakan teori kesantunan linguistik Brown dan Levinson yang didefinisikan dengan istilah face (muka) dan face-saving untuk menemukan penalaran spesifik dan menjelaskan secara deskriptif mengenai keadaan dan penerimaan code-mixing di lingkungan sekitar para mahasiswa. Hasil penelitian menemukan beragam perspektif tentang kesopanan dan kepantasan code-mixing di dalam konteks akademis. Penyelidikan lebih rinci disarankan untuk dilakukan pada kesantunan sebagaimana dirasakan oleh orang Indonesia dalam sub-masyarakat tertentu. ......Usage of casual code-mixing between English and Bahasa Indonesia in recent years has been well-documented and widely recognized, as is now commonly referred to as Bahasa Jaksel. Perspectives on politeness on this phenomenon is therefore a compelling area to discuss. This paper aims to examine college students’ usages and perspectives on code-mixing, including opinions on politeness and appropriateness within academic and non-academic contexts, using descriptive analysis of one-on-one interview results to examine the use of code-mixing between English and Bahasa Indonesia within utterances, with theories on politeness, face, and social distance. Twenty-eight fourth-year students from class of 2019, of the English Studies Department of Universitas Indonesia participated in the interview. This research uses Brown and Levinson’s theories on politeness as defined with face and face-saving terms to discover specific reasonings and descriptively explain the circumstances and reception of code-mixing done within the surroundings of the students. Findings report mixed perspectives regarding code-mixing politeness and appropriateness within the classroom. Further investigation is recommended to be had on the perceived politeness as held by Indonesians within specific sub-societies.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yuvira Yusra
Abstrak :
ABSTRACT
Introduksi teknologi dari pihak luar merupakan hal yang tidak bisa petani hindarkan selama melakukan praktik pertanian. Petani di Desa Cibodas, Lembang, Jawa Barat merupakan satu dari banyak kelompok masyarakat tani yang mengalami introduksi teknologi. Tulisan ini ingin menjelaskan bagaimana respon petani terhadap introduksi teknologi greenhouse dan smart farming system. Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa respon yang dimunculkan petani ternyata memiliki dua ragam, yaitu keputusan untuk mengadopsi atau tidak mengadopsi teknologi didasari oleh pilihan rasional masing-masing petani. Setiap respon petani ternyata menghasilkan konsekuensi yang berbeda. Lebih lanjut untuk memahami hubungan antara petani dengan teknologi, saya memakai konsep sociotechnical system. Lewat pandangan ini memungkinkan kita untuk berfokus mencermati hubungan antara manusia dengan teknologi yang sebenarnya saling terkait dan memengaruhi satu sama lain. Dalam hal merespon introduksi teknologi, terdapat seorang petani yang menarik perhatian saya Untuk memahami intensi dari respon petani tersebut, saya menggunakan konsep agency, lebih khususnya konsep neoliberal agency. Dalam konteks petani anggota Koperasi Gerbang Emas di Desa Cibodas agency ini terlihat dari intensi petani. Intensi tersebut adalah untuk selalu mengusahakan diri agar sesuai dengan permintaan pasar baik lewat personal branding atau lewat penerapan teknologi baru dalam praktik bertaninya, dan menganggap dirinya sebagai sebuah bisnis.
ABSTRACT
Introduction of technology from outsider is an event that farmers cannot avoid throughout agricultural practices. The farmers in Cibodas Village, Lembang, West Java are one of many farming communities who have experienced the introduction of technology. This paper intends to explain how the farmers responded to the introduction of greenhouse technology and smart farming system. Responses raised by the farmers turned out to have types, that is, decision to adopt or not to adopt the technology based on the rational choices of each farmer. In fact each farmer 39s response produces different consequences. Further to understand the relationship between farmers and technology, I use the sociotechnical system concept. In this view, it allows us to focus on observing the relationship between human and technology that are actually interconnected and affected each other. In looking at a response to the introduction of technology, there was a farmer who caught my attention. To understand the intention of this farmer 39s response I use agency concept, more particularly neoliberal agency concept. In the context of the farmers members of Koperasi Gerbang Emas in Cibodas Village, this agency form is seen from the farmers intention. The intention is to keep making self efforts to meet market demand either through personal branding or application of new technology in their farming practices.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library