Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 367 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dachlan A. Bandu
Abstrak :
Statistik Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 1999, menunjukkan bahwa usaha swasta di Indonesia khususnya Penanaman Modal Asing (PMA), mengalami kemajuan yang begitu pesat. Hal ini dapat dilihat bahwa jumlah Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia tercatat sebanyak 7.568 buah, tersebar di seluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia (di luar sektor minyak dan gas, perbankan, Lembaga Keuangan non bank, Asuransi dan sewa guna usaha). Di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa telah hadir satu perusahaan multinasional yaitu PT. Newmont Nusa Tenggara untuk melakukan berbagai aktivitas berupa eksploitasi dan pemanfaatan aset sosial masyarakat, berupa penambangan emas dan tembaga, sesuai dengan kontrak karya yang telah ditandatangani bersama antara pemerintah Republik Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara, pada tanggal 2 Desember 1982. Kehadiran PT. Newmont Nusa Tenggara tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam memberikan sumbangan positif bagi peningkatan perekonomian nasional, menciptakan lapangan kerja, menjadi pembayar pajak yang taat, menunjang program pemerintah dan kebijakan-kebijakan tertentu, serta dapat melaksanakan tanggung jawab sosial di tempat beroperasinya perusahaan. Oleh karena itu, dalam kajian penulisan ini akan menggambarkan dengan jelas tentang bagaimanakah aktivitas pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial PT. Newmont Nusa Tenggara terhadap masyarakat Lingkar Tambang serta faktor-faktor apakah yang menghambat dan mendorong pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial PT. Newmont Nusa Tenggara terhadap masyarakat Lingkar Tambang. Dalam kaitan dengan tersebut di atas, maka teori yang digunakan adalah teori-teori yang mengarah kepada pemahaman yang lebih luas tentang Tanggung Jawab Sosial suatu perusahaan, artinya pandangan yang berorientasi kepada shareholders beralih kepada orientasi pada stakeholders. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, oleh Bogdan dan Taylor (1995), didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang bisa diamati. Salah satu pertimbangan pendekatan tersebut adalah karakteristik data yang lebih informasi kualitatif, sebab untuk memahami substansi Tanggung Jawab sosial, implementasi dan dampak bagi masyarakat sekitar perusahaan diperlukan proses penelitian pada ?latar alamiah" atau konteks dari suatu keutuhan (entity). Langkah ini harus ditempuh karena "Ontologi alamiahn menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya (Lincoln dan Guba, 1985; hal 39). Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan dua hal penting berkaitan dengan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial PT. Newmont Nusa Tenggara terhadap masyarakat Lingkar Tambang yaitu: Pertama, berbagai aktivitas dan program yang mengarah kepada tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya seperti sentuhan program pada sektor kesehatan, pendidikan, sosial budaya, infrastruktur, pengembangan usaha masyarakat sampai kepada perhatian dan perlindungan terhadap hak-hak karyawan telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi kesejahteraan masyarakat. Kedua, di sisi lain masih banyak persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan yang merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat lingkar tambang yang belum mendapatkan perhatian yang optimal dan sungguh-sungguh seperti perlakuan dan perhatian kepada bahaya limbah tailing, perlakuan dan perhatian pada reklamasi kawasan yang rusak sebagai akibat dari proses dan aktivitas penambangan, perlakuan dan perhatian pada pencemaran sungai, belum lagi berbicara keinginan yang sungguh-sungguh untuk membantu pemerintah dan masyarakat di sekitarnya dalam rangka mengembangkan potensi pariwisata, sampai kepada persoalan "Culture Shock" bagi masyarakat lingkar tambang. Berdasarkan temuan di atas, dipandang perlu bagi semua pihak terutama pemerintah daerah, DPRD tokoh masyarakat serta pihak perusahaan untuk memperkuat komitmennya terhadap perbaikan kondisi tersebut dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T1124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pusparida Syahdan
Abstrak :
Mengharapkan perusahaan memiliki tanggung jawab sosial merupakan sesuatu yang muskil. Sejak lama ada anggapan dalam masyarakat bahwa perusahaan adalah institusi yang semata mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Pendapat ini diwakili oleh Milton Friedman yang mengatakan bahwa tangguung jawab sosial perusahaan adalah mencari keuntungan. Akan tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan harus memperhatikan mereka yang kehidupannya secara langsung atau tidak langsung terpengaruh oleh perusahaan. Teori ini disebut teori stakeholder. Teori ini sejalan dengan pendapat Vetica bahwa perusahaan merupakan bagian dari budaya masyarakat dan tidak sekedar bagian dari ekonomi pasar. Masyarakat Amerika menempatkan institusi perusahaan pada tempat yang khusus. Pada satu sisi perusahaan adalah simbol kekuatan ekonomi tapi disisi lain perusahaan juga dapat dilihat sebagai simbol kekuatan yang arogan yang tidak memperhatikan masyarakat sekelilingnya. Kedua kekuatan inilah yang terus-menerus saling berebut pengaruh. Perusahaan tidak lagi dapat berbuat seenaknya karena besarnya tuntutan masyarakat lebih memperhatikan masyarakat sekitarnya. Dalam masyarakat muncul lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang turut menjadi kelompok penekan terhadap perusahaan-perusahaan. Perusahaan pun mencoba mempertahankan kepentingannya dengan menggunakan pengaruh mereka di dalam maupun diluar pemerintahan. Ketika perusahaan Amerika beroperasi di negara lain seperti Indonesia maka pertarungan serupa juga terjadi pada mereka. Dalam kasus PT. Freeport Indonesia kita dapat melihat bagaimana perusahaan ini mendefinisikan tanggung jawab sosial mereka disetiap kurun waktu. Ketika pertama kali beroperasi praksis tanggung jawab sosial mereka masih sangat terbatas tetapi pada era 1990-an praksis tanggung jawab sosial PT. Freeport Indonesia menjadi lebih beragam. Hal ini tidak terlepas pada tarik-menarik wacana tanggung jawab sosial perusahaan yang berkembang di Amerika dan juga di Indonesia. Tentu keterlibatan lembaga-lembaga swadaya masyarakat memegang peran penting dalam ini.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T7567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahjoedi
Abstrak :
Fakta empiris yang melatarbelakangi dilakukannya Penelitian ini adalah adanya realita kontradiktif, dimana di satu fihak ada perusahaan besar yang aktivitas usahanya banyak diwarnai dengan konflik sosial, tetapi di sisi lain ada perusahaan besar yang berkinerja baik tanpa harus mengalami konflik sosial. Kondisi yang demikian diduga sangat dipengaruhi oleh derajat perilaku etis perusahaan, yang diwujudkannya melalui kadar tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang kasus wujud implementasi TJSP pada seting perusahan Tjiwi Kimia, yang diduga telah berkinerja baik tanpa banyak mengalami konflik sosial. Dari hasil deskripsi profit implementasi TJSP Tjiwi Kimia tersebut, kemudian dicari pula makna ekonomisnya bagi kinerja perusahaan dan masyarakat sekitar. Melalui pendekatan penelitian studi. kasus, dengan analisis deskriptif - induktif dan konfirmasi antara realita dan dibimbing teori, dapat diperoleh simpulan jawaban atas detail masalah penelitian, yakni tentang pentingnya TJSP dan sumbangannya bagi kebijakan secara nasional. Penelitian studi kasus ini mengambil seting penelitian pada perusahaan besar pengekspor kertas PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, di Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan besar tersebut dari segi potensi produksi, luas pasar, posisi geagrafis dan luas lahan, selain memberi pengaruh besar perekonomian masyarakat sekitar, juga berpotensi menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. Tetapi karena penerapan etika bisnisnya (T3SP) baik, perusahaan telah mendapatkan makna kinerja secara baik, dan memberi makna positif bagi lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, Tjiwi Kimia memberi makna implementasi TJSP sebagai suatu bentuk tanggung jawab perusahaan untuk mempertemukan berbagai kepentingan yang terkait dengan aktivitas perusahaan. Tidak saja bagi kepentingan internal, tetapi juga kepentingan eksternal (sesuai dengan pendekatan stakeholders). Perusahan juga memaknai beberapa aspek panting implementasi TJSP, diantaranya: aspek-aspek ekonomi ketenaga-kerjaan, sosial-budaya masyarakat, dan aspek lingkungan. Terbentuknya nilai-nilai TJSP tersebut kemudian diwujud-konkritkan menjadi visi, misi, dan strategi perusahaan. Menurut hasil menginduksi antara realita dengan bimbingan teori Davenport (melalui 20 indikator kadar implementasi TJSP) dapat ditemukan beberapa cirri utama penting dalam implementasi TJSP Tjiwi Kimia, antara lain: adanya komitmen tinggi terhadap masyarakat (community), lingkungan (environment), dan pekerja (employees). Selain itu juga dilandasi pula dengan perilaku etis berbisnis, komitmen-komitmennya terhadap stakeholder, terhadap kepentingan Investor, terhadap supplier. Realitas tersebut memperkuat teori Freeman (1984) dan Post (2002) tentang pendekatan stakeholder perusahaan. Secara langsung atau tidak, bahwa implementasi TJSP yang baik, telah memberi makna ekonomi bagi kinerja perusahaan Tjiwi Kimia. Kinerja baik ekonominya ditandai oleh kemampuannya mengembangkan keaneka-ragaman produk, memperluas dan mempertahankan pasar internasionalnya. Karena dukungan TJSP yang baik pulalah, kemudian Tjiwi Kimia mendapatkan image baik sebagai perusahaan internasional. Pengakuan internasional Tjiwi Kimia, yang paling penting adalah diperolehnya penghargaansertifikasi standar mutu ISO. 9000, dan sertifikasi manajemen lingkungan melalui ISO. 14000. Makna ekonomi TJSP Tjiwi Kimia bagi masyarakat sekitar, berupa besarnya dana yang mengalir secara langsung dari perusahaan, atau tidak langsung sebagai efek multiplier dari perputaran roda ekonomi masyarakat sekitar itu sendiri. Terbukanya berbagai jenis lapangan kerja baru, berbagai bentuk program mitra kerja perusahan, dan berkembangnya sektor informal, adalah sebagai bukti menggeliatnya perekonomian masyarakat sekitar. Pembangunan sarana fisik bagi lingkugan masyarakat, sumbangan di bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat, secara tidak langsung juga telah memberi pengaruh peningkatan kualitas SDM dan potensi ekonomi masyarakat. Atas dasar temuan penelitian kasus ini, dapat diajukan berbagai saran, baik yang terkait dengan kepentingan penelitian di bidang ilmunya, bagi kepentingan praktis perilaku perusahaan, maupun bagi kepentingan pengembangan kebijakan. Penelitian bidang sejenis dapat diperluas, hingga menyangkut kelompok masyarakat yang terlibat dalam proses pemasok bahan baku; hasil temuan terapan TJSP Tjiwi Kimia, dapat dijadikan model percontohan bagi perusahaan setara yang mengalami banyak konflik sosial. Terhadap kebijakan publik/industri, pemerintah perlu lebih kondusif mendorong keberhasilan implementasi TJSP, baik berupa kebijakan baru atau pemberian insentif bagi perusahaan yang telah mampu mengimplementasi TJSP secara baik dan nyata.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Jatmiko
Abstrak :
Riset ini mencoba membandingkan dan membuktikan teori tanggung jawab sosial korporat (Corporate Social Responsibility / CSR) yang dikembangkan oleh banyak ilmuan marketing tentang hubungan antara asosiasi korporat dan respons konsumen terhadap produk. Adakah hubungan yang spesial antara reputasi korporat-dalam hal ini PT HM Sampoerna, tiga besar dalam industri rokok-yang dibangun oleh aktivitas CSR dan respons konsumen untnk membeli produknya, khususnya dalam produk rokok yang terrnasuk unethical product?

Riset ini difokuskan pada lima masalah utama, yaitu (1) Apa bentuk hubungan antara kemampuan korporat dengan kepuasan konsumen terhadap produk? (2) Apa bentuk hubungan antara kemampuan korporat dan tanggung jawab sosial korporat dengan evaluasi terhadap produk? (3) Apa bentuk hubungan antara tanggung jawab sosial korporat dengan tanggung jawab sosial produk? (4) Apa bentuk hubungan kepuasan konsumen terhadap produk. asosiasi korporat dan tanggung jawab sosial produk dengan evaluasi terhadap produk? (5) Apa bentuk hubungan antara evaluasi produk, kemampuan korporat dan tanggung jawab sosial korporat dengan keinginan konsumen untuk membeli produk?

Dengan memakai teori yang dikembangkan oleh Brown dan Dacin (1997) yang dikombinasikan dengan teori dari Smith (2000). penelitian ini menyasar mahasiswa FISIP-UI dengan 262 sampel. Data lalu dianalisis dengan Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model SEM) memakai perangkat lunak LISREL 8.54.

Beberapa temuan riset ini membuktikan bahwa: (1) Kepuasan terhadap produk dipersepsikan Oleh konsumen memiliki hubungan positif dengan kemampuan korporat. (2) Evaluasi korporat memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kemampuan korporat ketimbang tanggung jawab sosial korporat. Walaupun tanggung jawab sosial korporat dan evaluasi korporat memiliki korelasi, tetapi hubungannya tidak signifikan. (3) Persepsi konsumen terhadap tanggung jawab sosial produk tidak dipengaruhi oleh tanggung jawab sosial korporat. (4) Evaluasi produk dipengaruhi secara signifikan oleh kepuasan terhadap produk, evaluasi korporat, dan tanggung jawab sosial produk. (5) Keinginan konsumen untuk membeli produk lebih dipengaruhi oleh kemampuan korporat dan evaluasi produk.

Secara umum, dengan memperhatikan batasan sampel dan kondisi penelitian ini, keinginan konsumen untuk membeli produk rokok Sampoerna Iebih dikarenakan kemampuan korporat yang didukung oleh teknologi yang canggih dan evaluasi positif terhadap produk, dan bukan karena aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan.
This research tries to compare and prove the Corporate Social Responsibility (CSR) theories developed by many scholars about the relationships between corporate associations and consumer product responses. Are there any special relations between reputations of corporate-PT HM Sampoerna, third big cigarette company-which is built by CSR activities and consumer responses to buy its products in this cases, especially to unethical product?

This research tocuses on five main questions (1) what are the relationships of corporate abilities to product sophistications? (2) What are the relationships of corporate abilities and corporate social responsibilities to corporate evaluations? (3) What are the relationships of corporate social responsibilities to product social responsibilities? (4) What are the relationships ofproduct sophistications, corporate associations, and product social responsibilities to product evaluations? (5) What are the relationships of product evaluations, corporate abilities, and corporate social responsibilities to purchase intention?

This research uses the theories developed by Brown and Daein (1997) with combination to Smith (2000). Data are collected by survey to the student of University of Indonesia (262 samples) and to be analyzed with Structural Equation Model (SEM) by LIS REL 8.54 software.

Some important findings are: (1) product sophistications are perceived have positive relationship with corporate abilities. (2) Corporate evaluations have stronger relationship with corporate abilities than corporate social responsibilities. Even though corporate social responsibilities and corporate evaluations have a correlation, but the relationships are insignificant (3) Consumer perceptions on product social responsibilities are not influenced by corporate social responsibilities (4) Product evaluations are significantly influenced by product sophistications. corporate evaluations, and product social responsibilities (5) Purchase intention is influenced by corporate abilities and product evaluation.

So, in this research with concern to the limited samples and condition, consumer purchase intention to Sampoerna product is merely droven by corporate abilities to produce high-end product beside the positive product evalution, not by the Sampoerna`s social responsibilities.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Voges, Daphne Desiree
Abstrak :
In the past few decades, the concept of social responsibility has emerged as an increasingly important feature of the business landscape. No longer can businesses base their decisions solely on economic criteria (profit), now they must also consider the legal, ethical, philanthropic and social impacts of each business decision.

The role of business is rapidly changing. In today's emerging global society, businesses have embraced corporate social responsibility (CSR) not only as a value reflective of their new role in contributing to societal goals, but also as a strategy for improving the bottom line.

Corporate Social Responsibility is business' responsibility, strategy, and contribution to sustainable development. It called business responsibility because of the basic principal that we are not the owner of nowadays, but we owned to the future. It called business strategy because through CSR, the company can use it as a strategy to prevent from threats. Corporate Social Responsibility plays a key role in enhancing the business image of the company. The CSR is part of the company's strategy. CSR gives values to three stakeholders: company, community and local government.

The company needs the secure feeling condition in order to make it free from any threats caused by external that can affect to the going concern operation of the company. The company losses measurement because of environment threats result is the cost that has to be paid by the company. For example the cost of discontinue project that was blocked by the community for reasons like oil spill in the river or sea, etc. Therefore, CSR is a "must".

Thirty years ago, the Club of Rome stated that there were only 30 years' worth of oil reserves and that we should impose zero growth. Thirty years later, with sustained economic growth, there are still more than 40 years' worth of reserves in front of us. We should not conclude from this that the diagnosis was completely false. However, the researcher believes that if we try to do our best for this planet, we still can renew the wealth that is kept in the tummy of the earth. In conclusion, doing well for our lands benefits the entire stakeholder and the earth itself.

The researcher is trying to emphasize the CSR doing by oil and Gas Company in Indonesia named Total E&P Indonesia. Oil and gas industry is the industry that dealing with its activities within area of exploration and production of hydrocarbon resources to produce oil and gas. Its working area is often overlapped with the center activities of communities which will affect the stability of the environment.

Nowadays, the threats to the company like oil & gas have showed the scale that can harm the investment in mineral resources, and become the bilateral issue between the investor countries and our country Indonesia. The direct looses normally resulted by the interrupted of operation due to a blockage by the communities to Total E&P Indonesia have reached the cost between USS 70,000 - USS 75,000 per days.

To overcome those problems, the company develops an approaching method intensive program called Sustainable Development Program. If the company gets in trouble, it is not sustainable. Sustainable development is an essential parameter that impacts all the company's activities. Sustainable development is a basic element of business that cannot be seen as a constraint.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramudyo Abdul Azis Sukodono
Abstrak :
Lingkungan hidup telah menjadi isu global pada abad 21 ini. Perdagangan internasional banyak diwarnai oleh isu lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat internasional tentang pentingnya melestarikan fungsi lingkungan telah mempengaruhi cara pandang mereka dalam melakukan transaksi perdagangan antar bangsa. Pelestarian fungsi lingkungan dijadikan pertimbangan/tolok ukur oleh masyarakat internasional (negara-negara maju) untuk menerima atau menolak suatu produk barang memasuki pasar mereka. Produk barang yang ditengarai merusak lingkungan sudah pasti akan terkena embargo/sanksi dagang. Kini keunggulan suatu produk semata-mata tidak lagi dilihat dari mutu produk itu sendiri, melainkan dilihat pula dampak lingkungan dari pembuatan produk tersebut. Isu lingkungan hidup yang dikaitkan dengan perdagangan intemaslanal ini jelas akan merepotkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, di mana standar mutu iingkungannya masih jauh berada di bawah standar mutu lingkungan negara-negara maju. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan devisa dari sektor non-migas. Caranya dengan mengekspor sebanyak mungkin produk barang ke manca negara, terutama ke negara-negara maju. Dengan adanya isu lingkungan hidup ini, maka mau tidak mau pemerintah dan pelaku bisnis di Indonesia harus menyikapinya dengan arif dan bijaksana. Pelaku bisnis di Indonesia harus bersikap proaktif menghadapi perkembangan ini apabila ingin menembus pasaran internasional. Sikap proaktif yang dimaksud ialah menerapkan audit lingkungan. Audit lingkungan akan memberikan nilai tambah bagi pelaku bisnis Indonesia di mata konsumen internasional. Mereka akan menilai bahwa pelaku bisnis di Indonesia memiliki komitmen kuat untuk melestarikan fungsi lingkungan. Hal ini jelas sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, di mana dinyatakan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh generasi masa kini harus dilakukan sedemikian rupa tanpa mengurangi kemampuan generasi masa mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Penerapan audit lingkungan akan meningkatkan citra positif pelaku bisnis Indonesia di dunia internasional dan otomatis hal ini akan memudahkan produk barang buatan Indonesia melakukan perietrasi pasar internasional. Mulai saat ini pelaku bisnis di Indonesia harus disadarkan bahwa dalam rangka mengantisipasi era perdagangan babas, isu lingkungan dapat menjadi kendala untuk bersaing di pasaran internasional. Untuk memenangkan persaingan di pasaran internasional maka pelaku bisnis di Indonesia harus melakukan efisiensi secara total. Audit lingkungan merupakan salah satu cara untuk melakukan efisiensi. Dengan efisiensi ini maka pelaku bisnis sekaligus dapat menghemat biaya, menghemat energi, menghemat sumber daya alam/ bahan baku, mengurangi limbah buangan, mengurangi pencemaran lingkungan dan pada akhirnya akan melestarikan fungsi lingkungan. Melestarikan fungsi lingkungan berarti mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara nyata untuk masa depan yang tak terbatas.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T18948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Suhendi
Abstrak :
Permasalahan kemiskinan yang disandang keluarga akan berdampak kepada berbagai masalah sosial. Salah satu dari dampak kemiskinan tersebut adalah ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya di bidang pendidikan walaupun tingkat dasar. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk bekal masa depan bagi anak sebagai generasi penerus perjuangan bangsa. Adalah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. yang peduli dan peka terhadap kondisi sosial ekonomi komunitas atau masyarakat sekitar perusahaannya yang masih terdapat keluarga miskin atau keluarga prasejahtera dalam menyekolahkan anak-anaknya membutubkan bantuan biaya pendidikan yang dirasakan semaldn tinggi. Kepedulian dan kepekaan pemsahaan terhadap komunitas atau masyarakat sekitar, inilah yang dikenal dengan tanggung jawab Sosial perusahaan (corporate social responsibility). PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. dalam melaksanakan tanggungjawab sosialnya terhadap komunitas atau masyarakat sekitamya dengan melealisasikan pelaksanaan program pemberian beasiswa sekolah dasar. Pelaksanaan program tersbut dilakukan perusahaan dengan strategi pengernbangan masyarakat (community development). Program tersebut diberikan kepada para siswa yang berprestasi, berada pada ranking satu sampai sepuluh besar di kelasnya, dan diutamakan dari keluarga miskin atau prasejahtera. Berdasarkan Iatar belakang itulah dilakukan penelitian pelaksanaan program pemberian beasiswa sekolah dasar oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. sebagai wujud tanggung jawab sosialnya, melalui studi kasus di Sekolah Dasa: Negeri 06 Desa Sukadanau Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai pelaksanaan program pemberian beasiswa sekolah dasar oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu informasi tentang pemahaman, pandangan, dan tanggapan para informan di lapangan yang menghasilkan data deskriptif, yakni gambaran nyata pelaksanaan program secara sistematis dan faktual. Data tersebul diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dengan para informan, disamping observasi, dan studi dokumentasi. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling (non probability), yakni pemilihan informan didasarkan pada tujuan penelitian. lnforman penelitian ini terdiri dari pelaksana program, kepala/guru sekolah dasar, aparat desa setempat, dan orangtua siswa penerima program beasiswa. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa terjadi kekurangtepatan dalam pengusulan siswa calon penerima program pemberian beasiswa sekolah dasar PT.Indofood Sukses Makmur Tbk. karena pihak sekolah "kurang mencermati kriteria sasaran program" dimaksud. Pada kenyataan di lapangan diperoleh informasi, bahwa terdapat dua dari enam penerima beasiswa sekolah dasar dimana orangtuanya tidak termasuk kedalam kategori keluarga miskin atau keluarga prasejahtera Hal tersebut diketahui berdasarkan informasi mengenai penghasilan kedua orangtua siswa yang mencapai antara 1.200.000-2.000.000 rupiah. Kasus yang terjadi dalam pelaksanaan program pemberian beasiswa sekolah dasar di atas, karena pihak sekolah dasar membuat kebijaksanaan sendiri dalam memilih dan menentukan calon penerima beasiswa antara lain berdasarkan "prestasi dan ranking teratas". Selain itu pihak sekolah dasar kurang mencermati kondisi sosial ekonomi keluarga siswa yang sebenamya, sehingga unsur penting dalam upaya pengembangan masyarakat yang harus "diutamakan" adalah komunitas keluarga prasej ahtera sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan belum semua terwakili. Kepedulian sosial yang direalisasikan kedalam program tersebut, merupakan Salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Rekomendasi yang diajukan adalah : (a) Pihak perusahaan perlu didukung data mengenai "kondisi sosial ekonomi keluarga" siswa yang diserahkan pihak sekolah. Dengan demikian, diperoleh "sasaran yang tepat" yakni dari keluarga miskin atau keluarga prasejahtera selain prstasi dan ranking yang telah dicapai siswa tersebut; (b) Pihak sekolah perlu mendata prestasi, ranking, dan kondisi sosial ekonomi keluarga siswa, sehingga diperoleh sasaran yang tepat sesuai dengan kriteria yang ditentukan pihak perusahaan. Walaupun ada "Bauman Operasional Sekolah (BOS)" untuk sekolah dasar, namun pihak sekolah harus mengikuti ketentuan yang dibuat perusahaan. Jadi dalam hal ini pihak sekolah tidak membuat kebijaksanaan sendiri dalam memilih dan menentukan siswa yang dicalonkan menerima beasiswa dimaksud; dan (c) Pihak aparat desa setempat perlu ketegasan kepada pernohon berkaitan pembuatan Surat yang diperlukan, seperti pembuatan "Surat keterangan tidak mampu", maka harus didukung data penghasilan dan pengeluaran selama sebulan. Dengan demikian, surat keterangan yang dibuat dan dikeluarkan aparat desa setempatpun sudah sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beny Yanis
Abstrak :
Program Corporate Social Responsibility Kampoeng Pendidikan Lengkong Mandiri (KPLM) adalah wujud berupaya untuk peningkatan kecerdasan intelektual, kreativitas, spiritual, emosional dan sosial kultural sejak usia dini menghasilkan anak-¬anak cerdas mandiri dan berakhlak di seluruh pelosok tanah air. Tujuan mulia ini diwujudkan atas kepedulian minimnya SDM di Indonesia yang berkualitas. Saat ini banyak anak bangsa yang tidak mengenyam pendidikan tinggi, bahkan terancam putus sekolah. Pembuatan program CSR program KPLM ini terdiri dari beberapa program Pendirian Sekolah SMP Plus Berkualitas Lengkong Mandiri (inklusif), Pendirian Institut Lengkong Untuk Kajian Strategis (the Institute of Lengkong for Strategis Studies), Pendirian Perpustakaan Bumi, Pembuatan Rumah Sehat, Pembuatan Situs Sejarah Berupa Museum Sejarah Lengkong dan University of Lengkong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dan operasionalisasi CSR dikaitkan dengan penerapan kegiatan filantropi sosial. Apakah pelaksanaan CSR tersebut berkaitan dengan konsep empowerment atau pemberdayaan dalam peningkatan kesejahteraan sosial? Apakah ada kepentingan-kepentingan lain dan bagaimana pelaksanaannya dikaitkan dengankonsep CSR sebenarnya? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian Deskriptif Data dan informasi diperoleh dari wawancara melalui wawancara tidak terstruktur atau indepth interview dengan sejurnlah informan yang dianggap cukup kompeten, yaitu Ketua Umum YBAI (Yayasan Bina Anak Indonesia), Direktur Eksekutif Yayasan Bina Anak Indonesia, Staf Pelaksana Program corporate social responsibility bidang Pendidikan YBAI (Yayasan Bina Anak Indonesia) dan Staf Penunjang atau Pendukung sebagai Kepala Bidang PerbukuanlPerpustakaan. Dari penelitian ini ditemukan bahwa konsep, tujuan, paradigma lembaga independen terhadap CSR masih kurang memadai. Alhasil sering terjadi kesalahan dalam implementasi CSR dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal yang sering terjadi adalah CSR dilakukan untuk keperluan penciptaan citra dan peran dari badan-badan usaha. Ketidakpedulian lembaga independen ini sering menyebabkan peran CSR di masyarakat akan menurun. Pandangan bahwa CSR hanya merupakan penggalangan dana dan mencari filantropi adalah kesalahan besar yang harus dihindari. Kesemua ini berangkat dari ketidakpahaman pimpinan lembaga independen terhadap kegunaan dan keberdayaan dari program CSR. Program CSR jangan dipandang dari sisi komunikasi pemasaran, karena program CSR merupakan bentuk empowerment masyarakat terhadap investasi kehidupan sosial. Oleh sebab itu adalah keliru bila melihat CSR dari sisi perolehan uang saja. CSR seharusnya dikembalikan kepada bentuk kegiatan public relations bukan dalam keperluan penciptaan brand. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukkan pada sisi akademis terutama kajian-kajian teori komunikasi organisasi, Public Relations, dan Corporate Social Responsibility dihubungkan dengan komunikasi antar pribadi. Dui sisi praktis jelas memberikan masukkan kepada lembaga independen, seperti Yayasan Bina Anak Indonesia untuk menyadari bahwa CSR sering digunakan oleh badan-badan usaha untuk keperluan penciptaan citra dan brand. Tugas mereka adalah mengembalikan fungsi CSR pada tugas Public Relations.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaya, I. Astrid
Abstrak :
Penelitian ini mengulas fenomena tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) yang saat ini sedang marak dibicarakan di dunia bisnis termasuk di Indonesia. Secara khusus penelitian ini ingin melihat tanggung jawab sosial perusahaan peneikian dalam upayanya menghadirkan program acara televisi yang layak dan pantas untuk dikonsumsi. Secara garis besar tesis ini menggunakan teori tanggung jawab sosial perusahaan dari Archie B. Carol dan reputasi perusahaan dari Argenti. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kewajiban perusahaan untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif operasionalnya dan sebaliknya berusaha memberikan keuntungan positif bagi masyarakat. Archie B. Carnal mengemukakan satu konsep Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Piramida ini terdiri dari empat jenjang tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab legal, tanggung jawab etika dan tanggung jawab kedermawanan. Walaupun berjenjang namun piramida tersebut merupakan satu kesatuan utuh, artinya keempatnya harus ditaati agar perusahaan dapat dikatakan memiliki tanggung jawab sosial. Unilever sejak tahun 2004 melalui brand Lifebuoy melakukan kampanye hidup bersih dan sehat yang dinamakan Program Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS). Berdasarkan survey Departemen Kesehatan pada tahun 2003 ratio penderita diare di Indonesia mencapai 300 penderita per 1000 orang. LBS merupakan program tanggung jawab sosial yang ditujukan untuk membantu mengatasi masalah kesehatan tersebut. Program LBS dikategorikan dalam social marketing yaitu kampanye tanggung jawab sosial melalui perubahan perilaku yang dikaitkan dengan penjualan produk, artinya Unilever memiliki komitmen untuk memberi kontribusi atau donasi berupa prosentase dari hasil penjualan produk Lifebuoy. Iklan program LBS ditayangkan ditelevisi sejak tahun 2004. Iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif dan dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa Unilever memang ingin membentuk image positif melalui program tanggung jawab sosial yang dijadikan spiritual capital dalam praktek bisnisnya. Iklan LBS telah membentuk image positif yang selanjutnya berimplikasi terhadap loyalitas konsumen dan akhirnya meningkatkan penjualan. Namun ironisnya iklan dengan misi sosial tersebut ditempatkan pada program sinetron yang justru menimbulkan masalah dalam masyarakat. Sinetron yang marak ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi di Indonesia telah menuai banyak protes karena memberi dampak negatif terutama bagi anak-anak. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) menunjukkan bahwa sinetron merupakan program yang paling disukai oleh anak-anak setelah kartun. Sayangnya sinetron 90% tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak karena dipenuhi dengan adegan yang mengeksploitasi kekerasan, pornografi dan mistik. Sebagai seorang pendidik dan psikolog, Kak Seto melihat sinetron telah menjungkirbalikkan nilai-nilai/norma-norma yang terdapat dalam masyarakat, misalnya nilai-nilai agama ataupun tradisi yang terdapat didalam keluarga. Bagi Kak Seto sinetron menjadi inspirasi bagi anak-¬anak untuk berperilaku buruk bahkan telah melanggar hak anak untuk mendapatkan informasi yang benar. Unilever sebagai perusahaan pengiklan ternyata tidak mempunyai kebijakan untuk menilai kualitas isi dari sinetron sebelum menempatkan iklan LBS, tolak ukur yang digunakan adalah rating. Dengan menempatkan ikian produknya pada tayangan yang tidak sehat berarti Unilever turut serta mendukung ditayangkannya sinetron yang justru menimbulkan masaiah di dalam masyarakat. Kebijakan tersebut membentuk reputasi yang buruk terhadap Unilever. Pemerhati media (YPMA) dan Lembaga Konsumen (LKJ) menilai Unilever hanyalah menggunakan iklan LBS untuk membentuk image positif yang bertujuan meningkatkan penjualan Lifebuoy. Menurut LKJ, ikian LBS hanyalah brainwashing, bentuk samaran dari konsep tanggung jawab sosial yang sebenarnya. Sedangkan menurut YPMA praktek penempatan ikian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Unilever turut serta menimbulkan masalah yang mengganggu kejiwaan anak-anak melalui tayangan yang tidak sehat di televisi. LKJ menilai Unilever telah melanggar nilai-nilai etika yang terdapat di dalam masyarakat. Penempatan iklan LBS pada tayangan yang tidak sehat merupakan bentuk inkonsistensi dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi praktis bagi perusahaan untuk mengevaluasi isi tayangan sebelum menempatkan iklan produknya, tayangan yang balk adalah yang aman dikonsumsi oleh siapa saja termasuk anak-anak, memiliki unsur edukasi dan menghibur. Dad sisi akademis diharapkan nantinya ada peraturan yang ditujukan untuk mengatur penempatan iklan hanya pada tayangan yang mendidik di televisi agar menghindari praktek bisnis yang merugikan masyarakat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramita Noormandari
Abstrak :
Tanggung Jawab Sosial Korporat telah menjadi tren yang semakin berkembang untuk diterapkan di banyak perusahaan di dunia, termasuk industri berbasis jasa yang sengaja mengimplementasi kegiatan sosial untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian ini menghasilkan temuan dari program tanggung jawab sosial korporat yang dilakukan Gran Melia Jakarta sebagai perusahaan berbasis jasa dengan sudut pandang keterlibatan stakeholder. Penelitian ini menganalisa perkembangan dan kebijakan dan program tanggung jawab sosial, serta bagaimana bentuk keterlibatan stakeholder. Tujuan penelitian ini untuk mendapat pemahaman, kebijakan, dan tantangan-tantangan utama dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial korporat. Pengidentifikasian stakeholder utama dieksplorasi untuk menanggapi kebutuhan dan harapan dari stakeholder terhadap program tanggung jawab sosial korporat. Penelitian ini pada akhirnya mencari lebih dalam pengembangan dari program tanggung jawab sosial korporat dan mengarahkan patella selanjutnya supaya dapat melihat faktor-faktor unik dalam kelompok stakeholder saat menganalisa tanggung jawab sosial korporat. Sedangkan praktisi diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan hubungan-hubungan antara perusahaan dan stakeholder untuk keuntungan bersama melalui penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif ini. Wawancara secara mendalam digunakan untuk mengakses persepsi orang, pengertian-pengertian suatu situasi dan konstruksi dari kenyataan melalui pertanyaan yang diajukan dan dikembangan berdasarkan jawaban atau respon dan narasumber. Data sekunder yang dapat dianalisis terdiri dari literature, kebijakan dan laporan perusahaan, kliping, jumal, foto, dan rekaman program. Merujuk pada program yang dilaksanakan pada 2005, semua narasumber yang merniliki kredibilitas tinggi dipilih untuk mewakili masing-masing kelompok stakeholder yang terlibat. Tanggapan dan jawaban mereka akan dianalisa terutama dengan menggunakan model proses keterlibatan stakeholder dan kerangka konsep lain yang berhubungan.
Corporate Social Responsibility (CSR) has been a growing trend among corporations throughout the world, including service-based ones that deliberately implement social program to achieve a certain goal. This study reports findings from a research of CSR conducted by Gran Melia Jakarta as a service-based company with the stakeholder engagement perspective It analyses the extent of CSR policy and program and how the company is engaged to its stakeholders. The research provides company's understanding and policy of CSR and its key challenges in conducting CSR. Key stakeholders identification is explored in order to response to the needs and expectations of stakeholders toward the CSR program. Finally, it considers possible CSR improvements exploration and further research for academic purpose especially in finding distinctive factors within stakeholder groups to consider when examining and analyzing corporate social responsibility, whilst practitioners will find how to develop and utilize relationships between a corporation and its stakeholders for mutual benefit through the research that is done with a qualitative approach. In-depth interviews are used to access people's perceptions, meanings, definition of the situation and construction of reality through open-ended questions. Secondary data to analyze comes from literatures, corporate policies and reports, clippings, journals, photographs, and program records. Specifically referred to projects conducted in 2005, all credible informants are selected to represent each group involved in the CSR program. Their responses will then be analyzed mainly through stakeholder engagement process model and other related conceptual frameworks.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>