Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Sekarang ini timbul fenomena yang dirasakan melawan arus, yaitu fenomena wanita yang menunda perkawinannya atau yang memilih untuk hidup melajang. Peningkatan jumlah wanita yang melajang terutama wanita yang menunda perkawinannya terjadi terutama di kota-kota besar. Penundaan perkawinan ini lebih banyak terjadi karena wanita sudah mendapatkan kesempatan yang lebih baik dalam bidang pendidikan. Pada saat ini wanita, khususnya yang tinggal di kota-kota besar sudah mendapatkan kesempatan yang semakin Iuas untuk mengikuti jenjang pendidikan menengah bahkan pada tingkat pendidikan tinggi.

Dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, maka kesempatan bagi wanita untuk memasuki lapangan kerja yang semakin beragam juga membuat wanita dapat bekerja pada berbagai bidang. Dengan bekerja, wanita mempunyai kesempatan yang luas untuk mengembangkan karir, sehingga wanita dapat menjadi Iebih mandiri secara finansial. Tingkat ekonomi mereka menjadi lebih baik (berada pada golongan sosial ekonomi menengah ke atas) dan tampaknya dengan kemandirian secara finansial, wanita pada golongan ini semakin melupakan tuntutan masyarakat untuk menikah karena lebih mengutamakan karir.

Dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan tentang wanita, pengetahuan tentang kesehatan wanita, norma sosial dan seksual yang semakin longgar, juga ikut berperan dalam meningkatnya jumlah wanita yang melajang. Adanya tuntutan agama dan budaya di Indonesia, yang walaupun sudah longgar tetapi masih berperan, perkawinan tetap dianggap sebagai hal yang penting yang secara normal perlu dilalui oleh setiap wanita dewasa. Maka wanita sebagai individu yang mandiri yang menganggap perkawinan sebagai urusan pribadi, tidak dapat sepenuhnya melepaskan diri dari tuntutan masyarakat atau keluarga, dan tentunya keputusan untuk hidup melajang atau menikah pada wanita sebenarnya akan menimbulkan dilema antara mengikuti keinginan pribadi atau mengikuti keinginan keluarga dan atau norma agama serta budaya masyarakat.

Skripsi ini adalah suatu penelitian deskriptif yang mencoba untuk mengetahui pendapat tentang perkawinan dan kehidupan melajang, serta faktor-faktor yang lebih berperan dalam mengambil keputusan untuk menikah atau hidup melajang. Untuk keperluan penelitian ini digunakan kuesioner skala Pendapat tentang Perkawinan dan skala Pendapat tentang Kehidupan Melajang. Sampel penelitian ini adalah wanita bekerja yang melajang, berusia antara 30 - 45 tahun, dan berpendidikan minimal SMA.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapat tentang perkawinan dan kehidupan melajang dinilai positif. Jadi baik perkawinan maupun kehidupan melajang dianggap sebagai kondisi atau keadaan yang penting dan bernilai positif bagi wanita bekerja yang melajang. Faktor pendidikan dan pekerjaan merupakan faktor yang berperan dan dianggap penting dalam mengambil keputusan untuk menikah dan hidup melajang.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keyes, Marian
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2012
813 KEY l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riesa Melani Zainuddin
Abstrak :
ABSTRAK
Di Indonesia terjadi peningkatan perilaku hubungan seks ekstramarital (HSE) terutama yang dilakukan pria maupun wanita. Tidaklah dipungkiri wanita yang sudah menikah dapat saja melakukan HSE dengan pria menikah maupun pria lajang. Dengan semakin sempitnya waktu yang dimiliki oleh wanita menikah untuk dirinya sendiri, juga semakin pesatnya jumlah wanita lajang saat ini (BPS, 1990), maka diperkirakan lebih banyak wanita Iajang yang terlibat affair dengan pria menikah.

Wanita Iajang menarik untuk diteliti terutama yang berada dalam kelompok dewasa muda, mengingat pada periode ini seseorang diharapkan sudah menikah dan membentuk keluarga. Pada periode ini pula timbul kebutuhan akan intimacy. Terlibatnya wanita lajang dengan pria menikah meperlihatkan adanya kecenderungan pemenuhan intimacy melalui affair. Keterlibatan wanita lajang dengan pria menikah menurut penelitian sebelumnya akan berlanjut pada perilaku HSE jika mereka menikah suatu saat nanti.

Banyak faktor penyebab affair- wanita Iajang dengan pria menikah yang dikemukakan para ahli, diantaranya ?kesepian? dan ?kesenangan semata?. Wanita lajang pelaku affair ataupun yang bukan pelaku affair tentunya juga melakukan penyimpulan terhadap penyebab perilakunya sendiri.

Adanya penyimpulan terhadap penyebab peristiwa atau perilaku diri sendiri maupun orang lain disebut atribusi kausal. Dengan mengetahui pola atribusi kausal affair dari subyek pelaku affair, akan dapat membantu pembentukan suatu tingkah Iaku baru yang positif, mengingat atribusi kausal sangat berkaitan erat dengan sikap yang merupakan dasar dari tingkah laku seseorang.

Weiner mengajukan model 3 dimensi dalam teori atribusi kausal. Dimensi tersebut adalah locus, stability dan controllability. Dengan mengetahui dimensi lokus akan diketahui pula apakah faktor penyebab berkaitan dengan diri pelaku ataukah berada di luar diri pelaku. Sedang dimensi stabilitas berhubungan dengan ekspektansi apakah perilaku akan dipertahankan atau tidak di masa mendatang. Dimensi kontrolabilitas akan memperlihatkan apakah penyebab perilaku berada dalam kontrol diri atau dalam kontrol orang lain/lingkungan.

Dalam proses atribusi sering terjadi bias, diantaranya adalah actor observer effect, dimana seseorang akan mengatribusikan kegagalan atau perilaku negatif dalam penyebab yang eksternal sedangkan perilaku orang lain dalam penyebab internal.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan pola atribusi kausal affair wanita lajang pelaku affair dan bukan pelaku affair. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Causal Dimension Scale II yang dibuat oleh Russel dan kawan-kawan (1992). Subyek dalam penelitian ini berjumlah 67 orang, yang terdiri dari 34 pelaku affair dan 33 bukan pelaku affair.

Dari penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan atribusi kausal affair pada kedua kelompok subyek penelitian. Kelompok pelaku affair mengatribusikan perilakunya dalam dimensi yang lebih internal, tidak stabil namun lebih terkontrol secara personal dibandingkan kelompok bukan pelaku affair. Dengan demikian baik pelaku rnaupun bukan pelaku, keduanya menganggap bahwa perilaku affair tidak akan dipertahankan, sedangkan faktor penyebab berada pada lokus internal atau berkaitan dengan diri pelaku serta dapat dikontrol oleh diri sendiri.

Sedangkan dalam atribusi kausal tidak melakukan affair antara kedua kelompok subyek juga terdapat perbedaan dalam dimensi stabilitas, dimana subyek bukan pelaku mengatribusikan perilakunya ke dalam dimensi internal, stabil, dan memiliki kontrol personal. Artinya, bukan pelaku affair tetap akan mempertahankan perilakunya untuk tidak melakukan affair. Pelaku affair mengatribusikan tidak melakukan affair disebabkan oleh sesuatu yang internal, tidak stabil tapi juga memiliki kontrol personal. Dengan demikian, pelaku affair memiliki anggapan bahwa subyek bukan pelaku diperkirakan akan melakukan affair di masa mendatang.

Tidak ditemukan indikasi bias atribusi bagi pelaku affair dalam mengatribusikan penyebab perilaku affair seperti yang dikemukakan oleh Jones, Nisbett dan Watson (dalam Brehm & Kassin, 1993), tetapi terjadi bias atribusi pada subyek bukan pelaku affair mengingat subyek mengatribusikan perilaku affair dalam lokus internal atau yang berkaitan dengan diri pelaku. Peneliti melihat adanya kemungkinan bahwa pelaku affair tidak memandang perilakunya sebagai hal yang negatif.

Faktor penyebab affair yang paling utama bagi pelaku affair adalah ?menghindari komitmen untuk menjalin hubungan formal?, sedangkan bagi bukan pelaku lebih memilih, ?menyukai pribadi yang matang'. Faktor penyebab tidak melakukan affair bagi bukan pelaku maupun pelaku affair lebih disebabkan pada ?kontrol diri yang kuat?.

Pada penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan wawancara mendalam, terutama untuk menggali keterlibatan atau kedekatan emosional pada pasangan affair, agar kita terhindar dari pandangan bahwa affair terjadi akibat motif-motif hedonis; seperti alasan ?variasi seks? dan ?kesenangan semata?. Sampel penelitian juga dapat menggunakan pria lajang yang memiliki affair dengan wanita menikah, karena adanya perbedaan karakteristik, sehingga penelitian dengan menggunakan sampel tersebut akan mcnarik untuk dibuat. Adanya ketidaksesuaian hasil penelitian dengan toeri-teori yang ada merupakan hal yang menarik. Bias yang terjadi dalam penelitian ini dapat dihindari dengan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar dengan alat yang lebih baik.
1998
S2679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhanni
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat konflik interpersonal yang dialami oleh karyawan wanita belum menikah yaitu tuntutan sosial untuk menikah dan hubungannya dengan tuntutan kerja dan burnout. Penelitian dilakukan pada 1150 karyawan wanita belum menikah di Jabodetabek dengan rentang usia 25 hingga 35 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan sosial untuk menikah sebagai stres luar organisasi memperkuat hubungan antara tuntutan pekerjaan dan burnout dengan persamaan regresi Y = 56,26 + 0,77X + 0,24M + 0,01 XM.
ABSTRACT
This research examine interpersonal conflict that unmarried women have, it is social pressure to get married and it?s relationship with job demands and burnout. Data are collected from 1150 unmarried women employee in Jabodetabek in the age of 25 until 35. Result shows that social pressure to get married has positive correlation that strengthen the relationship between job demand and burnout with regression equation Y = 56,26 + 0,77X + 0,24M + 0,01 XM.
2016
S65416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinsella, Sophie
Abstrak :
Lottie just wants to get married - to the right man, of course. She's sure her boyfriend is about to propose. So when the proposal doesn't happen and she meets her first love from long ago, Lottie decides on drastic action. They'll get married right now, with no engagement, no fuss and, above all, no sex until after they're safely married. It's the perfect plan! On the other hand ... Fliss is in the middle of a nightmare divorce and just wants her little sister to avoid the mistakes she made. She decides Lottie's marriage has to be stopped at all costs and chases the 9un)happy couple to their fomantic honeymoon venue on a Greek island. Will Lottie have a wedding night to remember ... or one to forget?
London : Bantam, 2013
823 KIN w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Song, Jesook, 1969-
Albany : SUNY Press, 2014
306.815 3 SON l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Nur Aini
Abstrak :
Manusia, seiring dengan perkembangan usianya,' menjalani berbagai peranan dan fungsi dalam hidup. Di dalamnya tercakup pelaksanaan tugas-tugas perkembangan. Secara lebih khusus, dalam tahapan usia dewasa muda seseorang dihadapkan pada adanya fenomena seputar karir dan pernikahan. Dua hal tersebut merupakan tahap yang harus dilalui dan hasilnya akan menentukan kehidupan seseorang pada tahap perkembangan hidup selanjutnya. Kehidupan masyarakat kota identik dengan adanya modernisasi dalam segala bidang. Dalam pelaksanaannya saat ini, tidak hanya pria yang terlibat aktif, melainkan wanita pun turut mempunyai andil yang besar dalam menjalani arus perkembangan modernisasi yang ada. Pekerjaan yang dulunya selalu diidentikkan dengan pria sekarang menjadi bergeser dengan adanya pengakuan terhadap fungsi dan peranan wanita. Dengan adanya tuntutan yang lebih besar bagi para wanita saat ini di bidang pengembangan karir, sedikit banyaknya berpengaruh pada gaya hidup yang dijalani. Salah satunya adalah gaya hidup melajang yang saat ini sudah banyak ditemukan di hampir semua kota-kota besar. Pilihan untuk tidak menikah atau yang lazimnya disebut hidup melajang rupanya menjadi suatu fenomena yang terjadi dan menarik untuk disimak. Hal ini mengingat kodrat dan pandangan umum yang mengemukakan bahwa selayaknya wanita melakukan pernikahan dan membangun rumah tangga. Tentu saja hal ini menimbulkan pandangan-pandangan yang pro dan kontra dari masyarakat, yang pada akhirnya menimbulkan stereotip bagi yang para wanita yang mengalaminya. Beberapa tokoh mengemukakan bahwa wanita yang tidak menikah cenderung memiliki well-being yang tinggi, yang ditandai oleh terpenuhinya kebutuhan akan keahlian (yang berasal dari pekerjaan) dan kesenangan (kualitas dari pekerjaan yang diperoleh). Selain itu juga wanita yang tidak menikah dapat lebih memiliki kesempatan yang besar untuk melakukan pengembangan dan perubahan diri, serta lebih memiliki kebebasan dalam hidup. Di sisi lain ada pula tokoh yang mengemukakan bahwa pada wanita yang tid^k menikah, well-being yang dimiliki cenderung rendah terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan akan kesenangan karena tidak terciptanya hubungan yang akrab dengan seseorang. Selain itu mereka juga kadang diidentikkan dengan ketidakbahagiaan dan kecenderungan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang gambaran konsep diri yang dimiliki oleh para wanita yang memutuskan untuk tidak menikah, mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan mereka mengambil tindakan tersebut, dan seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap diri mereka sehubungan dengan adanya keputusan untuk tidak menikah. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus, di mana dengan pendekatan ini akan memungkinkan penulis untuk mempelajari isu-isu secara mendalam dan mendetil yang dirasakan individu mengenai topik yang akan dibahas. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa gambaran konsep diri pada mereka adalah cenderung positif. Mereka menganggap bahwa dengan tidak menikah mereka menjadi mandiri dan memiliki well- being yang tinggi. Dalam hal ini well-being lebih dikaitkan dengan dimilikinya keahlian tertentu yang diperoleh melalui pekerjaan dan kualitas pekerjaan tersebut. Kebutuhan untuk mendapatkan penilaian positif dari orang lain juga terpenuhi meskipun ada beberapa pihak yang tetap menentang keputusan mereka. Mereka juga memiliki kepuasan diri yang tinggi, setidaknya mereka telah cukup puas menjalani hidupnya hingga saat ini. Alasan utama yang menyebabkan mereka memutuskan untuk tidak menikah adalah alasan yang lebih bersifat internal, meliputi adanya pengalaman-pengalaman pribadi yang menunjukkan bahwa pernikahan acapkali menampilkan ketidakbahagiaan, dan adanya faktor sifat diri atau kepribadian. Selain itu adanya keinginan untuk merasakan kebebasan hidup tanpa campur tangan dari orang lain dan adanya keinginan untuk membuktikan ketidakbenaran persepsi yang negatif mengenai stereotip wanita yang tidak menikah. Alasan eksternal yang juga mempengaruhi mereka adalah adanya persepsi mereka terhadap pengalaman-pengalaman orang lain dalam dunia pernikahan yang juga acapkali menampilkan ketidakbahagiaan. Meskipun demikian ada seorang subyek yang hingga saat ini mengalami keraguan akan kondisi dirinya. Sebenarnya ia tidak secara langsung membuat keputusan untuk tidak menikah, namun ia lebih menyerahkan kehidupannya pada Tuhan sehingga pada akhirnya ia menerima kondisinya yang harus hidup melajang dengan pemikiran yang positif bahwa kehendak Tuhan pastilah yang terbaik untuknya. Secara umum, keputusan mereka untuk tidak menikah berasal dari pengaruh internal. Artinya keputusan mereka benar-benar merupakan keputusan yang diperoleh dari diri sendiri tanpa adanya pengaruh dari orang lain. Dengan demikian faktor ektemal tidak secara signifikan berpengaruh pada kondisi mereka sehubungan dengan keputusan yang mereka pilih. Dari hasil penelitian ini, diperoleh informasi baru bahwa ternyata semua subyek memiliki konflik dengan ayah. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk memperkaya hasil penelitian sehubungan dengan adanya pengaruh kedekatan dengan ayah terhadap keputusan subyek untuk tidak menikah.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fielding, Helen
Abstrak :
It's Monday morning, Bridget has woken up with a headache, a hangover and her boss. In the course of the year recorded in Bridget Jones's Diary, Bridget confides her hopes, her dreams, and her monstrously fluctuating poundage, not to mention her consumption of 5277 cigarettes and Fat units 3457 (approx.) (hideous in every way). In 365 days, she gains 74 pounds. On the other hand, she loses 72! There is also the unspoken New Year's resolution, the quest for the right man. A dazzling urban satire of modern human relations? An ironic, tragic insight into the demise of the nuclear family? Or the confused ramblings of a pissed thirty-something
London: Picador, 1997
823.914 FIE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stead, Christina
Australia: Angus and Robertson, 1984
823 STE l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
White, Patrick, 1912-1990
England: Penguin Books, 1964
823 WHI r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>