Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naufal Putera Ramadhani
"DKI Jakarta adalah kota yang mempunyai curah hujan yang cukup besar yaitu 377 mm/hari. Hujan deras mengakibatkan ruas ruas jalan di DKI Jakarta tergenang dan dapat memicu terjadinya banjir. Selain karena hujan deras, banjir juga dapat diakibatkan oleh genangan air yang tidak terserap ke dalam tanah sehingga menyebabkan terendamnya daratan dengan air. Untuk mengatasi masalah tersebut, Republik Rakyat Tiongkok sudah mengaplikasikan konstruksi beton berongga untuk pedestrian dan jalan-jalan bervolume rendah. Akan tetapi, hal serupa belum diterapkan secara menyeluruh di DKI Jakarta dan belum ada penelitian yang mengkaji tentang penggunaan beton berongga. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi eksisting penerapan konstruksi beton berongga pada jalan bervolume rendah dan pedestrian di DKI Jakarta dan mengetahui tingkat pemahaman stakeholders terkait teknologi beton berongga. Setelah dilakukan pengumpulan data, didapatkan hasil bahwa beton berongga sudah pernah diterapkan pada 14 titik area pedestrian di DKI Jakarta, dan tingkat pemahaman stakeholder terkait teknologi berongga berada pada kategori cukup paham.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Rizky Sulyat
"ABSTRAK
Berjalan kaki (walking) apabila dioptimalkan sebagai basis perencanaan sistem transportasi dapat mendukung terciptanya sistem transportasi berkelanjutan dan merupakan moda transportasi yang paling populis untuk kota negara berkembang seperti Jakarta. Sebagai segmen-segmen jalan penting di kota Jakarta, Jalan M.H Thamrin , Jalan Medan Merdeka Barat, dan Jalan Kebon Sirih menghubungkan berbagai pusat-pusat ekonomi dan bisnis Ibukota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola walkability pada tiga segmen jalan ini dengan melakukan penilaian atribut fisik trotoar dengan mengacu pada Global Walkability Index (GWI), yang terdiri dari tiga komponen Keamanan, Kenyamanan, dan Keselamatan, dan analisis atribut kognitif berupa persepsi para pejalan kaki. Metode analisis yang digunakan dalam ini adalah analisis kualitatif dan deskriptif-spasial. Hasil penelitian menunjukkan segmen MH Thamrin menunjukkan tingkat kelayakan paling tinggi untuk zona perkantoran swasta dan zona komersil. Segmen Medan Merdeka Barat menunjukkan tingkat kelayakan tertinggi untuk zona perkantoran pemerintah. Segmen Kebon Sirih menunjukkan tingkat kelayakan paling rendah untuk zona perkantoran swasta dan zona perkantoran pemerintah. Adapun keterkaitan antara atribut fisik dan kognitif yakni pejalan kaki karena ?keharusan? cenderung berjalan kaki ke zona perkantoran (pemerintah dan swasta) yang memiliki rentang skor tingkat kelayakan tinggi. Sementara itu, pejalan kaki karena ?relaksasi? cenderung berjalan kaki ke zona komersil yang memiliki skor kelayakan trotoar lebih rendah, dan pejalan kaki sebagai ?olahraga/menyehatkan? cenderung berjalan kaki ke zona perkantoran (pemerintah dan swasta) yang memiliki tingkat kelayakan trotoar tinggi.

ABSTRACT
Walking is a type of transportation mode that supports sustainable transportation if optimized properly. For a city in a third world country such as Jakarta, walking can be the most populous mode of transportation. As important street segments in Jakarta, Jalan MH Thamrin, Jalan Medan Merdeka Barat, and Jalan Kebon Sirih Jakarta altogether connect many economic and business centers. This research aims to find out the walkability pattern on these segments. The walkability assessments consist of two types: physical attributes based on Global walkability Index (GWI), consisting of Comfort, Safety, and Security, and cognitive attributes, which focuses on the pedestrian?s perception. The method used in this research is qualitative and spatial-descriptive. The results shows that the pattern of walkability varies. In terms of physical attributes, MH Thamrin segment has the highest score for private office zone and commercial zone. Medan Merdeka Barat segment shows the highest score for government office zone, while Kebon Sirih segment shows the lowest score for private office zone and government office zone. Meanwhile, the correlation between these two attributes (the physical and the cognitive) is as follows: the pedestrians who perceive walking as ?mandatory? tend to walk to the office zones (government office zone and private office zone), the pedestrians who perceive it as a ?relaxation? tend to walk to commercial zone whose score is lower, and the ones who perceives it as a ?sport? tend to walk to the offices zone who have a higher score.
"
2016
S65338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library