Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Ramantara
Abstrak :
Indonesia saat ini memiliki perkembangan perekonomian yang tidak menentu sehingga berdampak nyata yang tidak terlalu baik bagi para pengusaha, dunia usaha dan masyarakat pada umumnya. Perubahan atmosfer perekonomian yang tidak menentu membawa dampak pada kenaikan tingkat inflasi yang berlebihan yang kemudian mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini dikarenakan peningkatan harga yang drastis sehingga daya beli masyarakat tidak dapat mengimbangi peningkatan harga tersebut. Daya beli masyarakat sangat menentukan pola-pola maupun kebiasaan kebiasaan masyarakat dalam melakukan pembelian produk-produk untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Apabila daya beli masyarakat berubah maka kebiasaan masyarakat dalam melakukan pembelian produk-produk itu akan berubah pula, hal ini akan berdampak pada kebiasaan mereka untuk memilih tempat membeli produk yang mereka inginkan tersebut. Berbelanja merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat pada saat mereka melakukan pembelian produk-produk yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan jaman yang menuntut segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat dan tepat maka toko merupakan salah satu sarana yang tepat sebagai tempat berbelanja bagi mereka. Philip Kotler (1999 : 595-596) membagi toko dalam beberapa jenis, di antaranya adalah supermarket (pasar swalayan) dan departemen store. Supermarket merupakan toko yang relatif cukup besar, biaya rendah, margin keuntungan kecil, volume penjualan tinggi, beroperasi secara swalayan yang dirancang untuk melayani kebutuhan konsumen akan makanan, binatu dan produk pemeliharaan rumah tangga. Sedangkan departement store merupakan toko yang menyediakan beberapa lini produk di mana tiap lini produk beroperasi sebagai departemen yang terpisah yang dikelola oleh spesialis buyer atau merchandiser. Berbelanja di pasar swalayan dan departemen store menjadi trend yang berkembang didalam masyarakat karena dirasakan lebih praktis, nyaman dan mudah. Sejalan dengan peningkatan animo masyarakat untuk berbelanja di pasar swalayan dan departemen store maka banyak bermunculan pasar swalayan dan departemen store sebagai tempat berbelanja yang sudah barang tentu memicu ketatnya persaingan di industri tersebut. Salah satu diantara pasar swalayan dan departemen store yang bersaing tersebut adalah supermarket TIP TOP Rawamangun. Di dalam persaingan yang ketat, TIP TOP RAWANGUN harus mampu mendapatkan konsumen agar usahanya dapat berjalan terus. Konsumen merupakan faktor penting bagi usaha pasar swalayan dan departemen store karena melalui konsumenlah keuntungan bisa diperoleh dan terlebih lagi supermarket tersebut akan berhasil bila mampu menciptakan konsumen yang loyal. Dalam menentukan pasar swalayan dan departement store yang dipilih sebagai tempat berbelanja, konsumen memiliki berbagai pertimbangan. Setiap konsumen individu bisa saja berbeda pertimbangannya, tergantung pada hal-hal yang mempengaruhinya seperti faktor-faktor situasional, kelompok maupun sosial, faktor psikologis serta informasi. Apabila TIP TOP Rawamangun ingin mendapatkan konsumen yang loyal maka ia harus mampu memperhatikan faktor-faktor kebutuhan konsumennya maupun faktor-faktor lainnya yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih tempat berbelanja. Keputusan konsumen untuk berbelanja di supermarket TIP TOP Rawamangun dapat di analisis melalui variable-variabel mengenai perilaku konsumen dari supermarket tersebut sehingga dapat diketahui variable- variabel apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk berbelanja di supermarket Tip Top Rawamangun. Variabel-variabel yang diteliti adalah 4P (Price, Place, Promotion, Product). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi variable-variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih tempat belanja sehingga dapat dikembangkan startegi pemasaran yang tepat serta merlgukur dan mengkaji seberapa kuat tiap-tiap variabel tersebut terhadap keputusan akhir konsumen dalam memilih tempat berbelanja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh analisis Kolmogorov-Smimov diperoleh hasil bahwa variable product, price dan promotion memperoleh hasil yang signifikan di mana hal ini merupakan variabel-variabel yang menentukan keputusan konsumen untuk berbelanja di Tip Top Rawamangun. Sementara variable place tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam berbelanja. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan dalam proses identifikasi dan analisis alasan konsumen dalam memilih supermarket Tip Top Rawamangun sebagai tempat belanja terutama terhadap variabel-variabel yang mempunyai pengaruh signifikan serta bahan masukan dalam proses identifikasi dan analisis pertimbangan konsumen dalam menjadi konsumen pada supermarket TipTop.
Indonesia today are surrounding with unsustainable economics condition which is reflected to many business field, labor and public. The change of economics condition turns into high inflation which caused turn down the ability of people buying. This situation mostly due to pricing increase and not followed by the ability of people's buying condition. People's buying surely shown the pattern of habitual buying experience, to fulfill their needs. If the habitual buying experience changed, it would be affect of the place that people usually buying their needs. Buying is the activity that people do when they need to fulfill their needs. Store is the place people looking what their needs. Philip Kotler (1999 : 959-956) divide store into a several item, one of that is supermarket and department Store. Supermarket is a huge store with low cost fare, low margin and high transaction volume. While department store is a store provide many product or item which every product are operate as one department and controlled by a specialist buyer or merchandiser. Shopping at supermarket and department store now become popular for urban people because it gives simplicity and convenience. In response of people's needs, many supermarket and convenience store are growth and offering many products. This situation make the competition between every supermarket are tight and offering low price to get more customer. One of the supermarket is TIP TOP Rawamangun. In tight competition, TIP TOP is pushed to get as many customers to keep the business run well. Customers is the important part of the retail business because of them profit can be made and the most successful achievement is how to make a loyal customer. To decide which store is chosen by customers, the customers had many criteria for what kind of store that they choose. Every customers have their own consideration by choosing the store, it depends many factors as situational factor, social factor and psychological factor. If TIP TOP wants to get a loyal customer, they should be aware of what customers needs and other factors that related to customers buying decision. Customer's decision to shop at TIP TOP Rawamangun could be analyze through variables that related to customer buying decision. These variables also influence customer mind and perception about the TIP TOP it self as a convenience store. Those variables are 4P (Product, Price, Place, Promotion), which also known as Marketing Mix. The main objective of this research is to know and evaluate those variables that influence customer decision for a supermarket or convenience store so that can be develop into marketing strategic which shown accuracy and analyze how strong those variables become a decision of customer buying behavior. The research used Kolmogorv-Smirnov method that shown the variables that have significant effect of people's buying decision which is Product, Price and Promotion. The variable Place does not significant effect of people's buying decision. This research hopefully should give a lot of benefit as a recommendation for the Tip Top to identified and analyze the reason of people's buying decision regarding the significant variables that have strong effect to influence people's mind and perception. Therefore the result of this research should be developed by Tip Top to give a better service and performance to satisfied and create loyalty of the customer.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Satyawan
Abstrak :
Keberhasilan suatu pusat perbelanjaan, tidak hanya ditentukan oleh faktor pengelola, penyewa, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah memahami perilaku konsumen pusat perbelanjaan. Jika dicermati febih dalam konsumen pusat perbelanjaan sebagian besar adalah mereka yang masih berusia kurang lebih antara 15-30 tahun. Kemampuan menarik minat konsumen potensial untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan merupakan kunci yang sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan usaha sebuah pusat perbelanjaan. Meskipun keberadaan pusat perbelanjaan sudah makin tersebar ke berbagai wilayah tetapi seperti kita lihat, ada beberapa pusat perbelanjaan yang ternyata lebih mampu menarik minat mahasiswa untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan tersebut, walaupun lokasi keberadaannya relative jauh dari tempat tinggal mahasiswa. Berdasarkan kondisi di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui hubungan pola pergerakan mahasiswa dengan pusat perbelanjaan yang dipilih, (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih pusat perbelanjaan, dan (3) mengetahui pusat perbelanjaan "ideal" yang menjadi pilihan mahasiswa. Dengan menggunakan metode analisis tabulasi silang (crossbar), hasil perhitungan menunjukkan bahwa memang ada hubungan yang signifikan antara pola pergerakan dengan pemilihan pusat perbelanjaan. Daya tarik dan lokasi pusat perbelanjaan mampu mempengaruhi pola pergerakan mahasiswa. Variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan ukuran fuas dan lokasi pusat perbelanjaan adalah awal perjalanan, waktu tempuh, biaya transportasi, moda transportasi, dan tujuan membeli barang. Dari model multinomial regresi menunjukkan bahwa pengeluaran dan jenis penyewa merupakan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh signifikan sebesar 0,000 dan 0,037 pada kategori pusat perbelanjaan dengan ukuran luas super regional dan sebesar 0,35 dan 0,43 pada kategori pusat perbelanjaan dengan ukuran luas regional pada alpha 0,05. Dengan demikian, pengeluaran dan jenis penyewa mempunyai pengaruh yang besar terhadap variasi pilihan mahasiswa. Perempuan cenderung memilih dan menginginkan pusat perbelanjaan yang "ideal" jika pusat perbelanjaan : (1) terdapat penyewa utama yang berorientasi pada mode dan didukung beragam toko yang menyediakan beragam produk; (2) menawarkan produk yang saling melengkapi dan berhubungan; (3) mempunyai citra sebagai tempat berbelanja dan rekreasi keluarga; (4) terdapat gedung bioskop; dan (5) dari sisi keamanan pusat perbelanjaan menyediakan perlengkapan pemadam kebakaran. Dari sisi pengeluaran, baik mahasiswa berpengeluaran rendah (kurang dari Rp. 500.000) maupun tinggi (lebih dari Rp. 500.000) cenderung memilih dan menginginkan pusat perbelanjaan jika pusat perbelanjaan tersebut menyediakan tempat parkir yang bisa mengakses langsung ke setiap lantai pusat perbelanjaan.
The success of a shopping centre is determined not only by such factors as the building management and the occupying tenant. It is also determined by the ability to understand the behavior of shopping center visitors. A careful observation shows that shopping centers are dominated by visitors aged 15-30 years old. The ability to attract potential consumers to come to the shopping center is a key to a successful and surviving shopping center. Although shopping centers are now mushrooming in almost every area of a city, not every shopping center could attract college students to come. Some shopping centers, although are located far from the students' residents, have more college students visiting, while some other have only small number of college students inside the building. The study is conducted based on the facts above. The objectives of this study are (I) to get the relation between college students' mobility and the choosing of shopping center. (2). to know the factors influencing the college students in choosing which shopping centre to visit (3) to know the ideal shopping centers for college students. The cross tab analysis methods used in this research showed a significant correlation between college students' mobility pattern and choosing the shopping center. The attractiveness of a shopping center and the location of a shopping center might affect the distribution of college students. Variables with significant correlation to the size of shopping center and the location of shopping center are the beginning of travel, travel time, transportation cost, transportation mode and purpose to shop. The regression multinomial methods used in the research showed that variables of spending and fashion tenants are the most significant variables. It is 0,000 and 0,037 for shopping center category of super regional and 0.35 and 0.43 for shopping center category regional size of alpha 0.05. Thus, spending amount and type of occupying tenants have a great influence to the change of college student's choice. The ideal shopping center, according to the college students is one whose location in commercial district, having a clear feasibility, and simply accessed. It also has to have a freeway interior concept and to have mode- and-fashion.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fianty Rossana Gosal
Abstrak :
Pembangunan pusat perbelanjaan meningkat sangat pesat pada 5 tahun terakhir ini di Indonesia pada umumnya, di Jakarta pada khususnya. Pembangunan diprediksi masih akan terus berlangsung sejak pembangunan pusat perbelanjaan di Jakarta tahun 1965, berkembang sehingga mencapai luas 21 0,31 0m2 di tahun 1985, meningkat menjadi 473,1 30m2 di awal tahun 1990, sampai dengan rencana pembangunan tahun 2000 yang menjadikan total luas pusat perbelanjaan di Jabotabek Iebìh dan 4,000,000m2. Jakarta Barat saja yang pada akhir tahun 1996 mencapai 1661397m2, bertambah menjadi 226000m2 di tahun 1997 dan akan mencapai total luas Lebih dan 400,000 di tahun 2000.

Ada perbedaan pendapat atas koridisi tersebut, yaitu pendapat yang optimis bahwa pasokan pusat perbelanjaan masih sesuai kebutuhan dan dapat diserap oleh permintaan, dan pendapat yang pesimis bahwa kondisi industri pusat perbelanjaan sudah kelebihan pasokan. Pendapat yang pesimis disertai kenyataan bahwa semakin banyak kasus kredit macet di sektor properti yang terungkap, membuat para investor dan lembaga keuangan pemberi kredit harus berhati-hati manual kondisi industri pusat perbelanjaan. Untuk penilaian tersebut diperlukan parameter-parameter yang dapat digunakan.

Dalam penulisan ini, akan dianalisa parameter yang dapat digunakan untuk penilaian kondisi penawaran permintaan pusat perbelanjaan serta analisa kondisi Jakarta Barat sebagai kasus untuk penggunaan parameter dìmaksud. Dalam penulisan ini, digunakan berbagal fenomena sebagal pendekatan untuk mencari pemecahan masalah. Yaitu dengan menggunakan ?economic area analysis? dengan memperhatikan faktor populasi, ketenagakerjaan, pendapatan, serta pengeluaran masyarakat di Jakarta Barat. Selain ¡tu juga menggunakan perbandingan pasokan pusat perbelanjaan perkapita untuk kota-kota besar di Asia, "performance" pusat perbelanjaan yang ada meliputi kecenderungan arus pengunjung, tingkat penghunian, kenaikan harga sewa rata-rata.

Selaìn itu penulis menggunakan perhitungan potensiai transaksí perdagangan di Jakarta Barat yang dibandingkan dengan volume transaksi perdagangan yang seharusnya terjadi pada pusat perbelanjaan agar penyewanya dapat melakukan bìsnis dengan baik. Suatu area masih dapat menyerap pasokan pusat perbelanjaan baru jika potensial transaksi perdagangan yang diperoleh dari prediksi pengeluaran masyarakat tiap bulan tersebut lebih tinggi dari pada volume transaksi perdagangan yang seharusnya terjadi pada pusat perbelanjaan.

Pendekatan poterisial transaksi perdagangan merupakan pendekatan yang baik karena mendekati kenyataan. Juga kenaikan harga sewa rata-rata merupakan salah satu pendekatan singkat yang cukup baik. Tetapi arus pengunjung, pendapatan penduduk, dan populasi kurang dapat digunakan untuk analisa penawaran perrnintaan, tetapi dapat digunakan untuk menunjukkan area yang potensial. Dari hasil analisa temyata kondisi Jakarta Barat sudah kelebihan pasokan pusat Perbelanjaan karena daya bell masyarakatnya sudah tidak memadai. Akibat yang dapat diprediksi adalah akan ada pusat perbelanjaan yang berheriti beroperasi, atau ada toko-toko tertentu yang menghentikan penyewaannya di pusat perbelarijaan, dan secara keseluruhan tingkat penghunian pusat perbelanjaan turun.

Untuk menghadapi kondisi ini, sebaiknya tiap investor mengkaji ulang rencana pengembangan pusat perbelanjaannya dalam arti mungkin perlu menunggu sampai daya beli masyarakat meningkat. Bagi pusat perbelanjaan yang sudah dibangun, perlu pembuatan dan pelaksanaan strategi yang jelas secara serius dalam pengelolaan urituk mempertahankan keberadaannya. Selain itu perlu kerjasama antar investor supaya kondisi "oversupply" ini tidak berlanjut selamanya, daiam bentuk bekerjasama dalam mengkonsentrasikan modalnya untuk suatu pusat perbelanjaan yang ideal dari pada masing-masing investor melaksanakan pengembangan sendiri. Juga diperiukan kejelasan dan konsistensi dalam penetapan target pasar yang akan rnenentukan desain, bauran penyewa, strategi, dan segala aspeknya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ira Widyasari
Abstrak :
Dania perdagangan ecemn/retailing Indonesia dihadapi oleh tantangan yang semakin besar yaitu; sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup rakyat Indonesia dan jugs sebagai salah satu penunjang sistem perekonomian Indonesia. Melihat tantangan ini, keberadaan dan perkembangan pusat perbelanjaan merupakan salah satu faktor penunjang untuk memajukan usaha perdagangan ecemn/ retailing Indonesia. Pusat perbelanjaan jelas mempunyai fungsi sebagai suatu lingkungan untuk berkomunikasi. Dan tampak bahwa pemikiran yang serius mengenai kwalitas telah menjadi trend/style yang bare pads perkembangan perencanaan pusat perbelanjaan di mesa mendatang. Dalam hal ini kreatifitas pengembang dan arsitek terus dipacu untuk menciptakan dan menawarkan ide-ide baru dalam jalur perkembangan pusat perbelanjaan yang semakin dituntut mempunyai multi fimgsi dewasa ini.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beddington, Nadine
London: Butterworth Scientific, c1982
711.552 2 Bed d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Wijayanti
Abstrak :
Desentralisasi penduduk ke kota-kota pinggiran membentuk pusat perbelanjaan suburban. Kajian mengenai Desentralisasi dan Pusat Perbelanjaan merupakan salah satu fenomena di perkotaan yang menimbulkan multiplier effect, salah satunya adalah pergerakan pengunjung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik persebaran hirarki pusat perbelanjaan serta mengetahui pola pergerakan pengunjung dan fungsi pelayanan hirarki pusat perbelanjaan. Variabel yang digunakan adalah hirarki pusat perbelanjaan, dan pola pergerakan pengunjung, dengan teknik kuota sampling serta analisis penyebaran dan interelasinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa persebaran hirarki pusat perbelanjaan berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Pola pergerakan pengunjung menunjukan bahwa hirarki pusat perbelanjaan tidak memiliki hubungan dengan besaran pergerakan. Namun semakin tinggi hirarki ukuran pusat perbelanjaan maka motif pergerakan semakin beragam sehingga faktor jarak tidak menjadi penghambat pergerakan. Berdasarkan pola pergerakan pengunjung terlihat bahwa sebagian besar hirarki pusat perbelanjaan berperan sebagai pusat pelayanan dan setiap pusat perbelanjaan memiliki karakteristik pelayanan yang berbeda. ......Decentralization to suburban area develops suburban shopping center. Study of decentralization and shopping centre is one of the phenomena in urban areas that cause a multiplier effect, one of them is movement of visitors. The purpose of this research was to determine the dispersion of the shopping center hierarchy then determine the pattern of visitor's movement and service functions of the shopping center hierarchy. The variables are Pattern of Visitor's Movement and Shopping Center Hierarchy, with a quota sampling and analysis of distribution and interrelations. The result of this research show that the dispersion of shopping center hierarchy has a positive connection with a number of population. Pattern of Visitor's Movement indicates that shopping center hierarchy doesn't have connection with the amount of movement. However, the higher of hierarchy of shopping centers also affected to various motive, so that the distance's factor does not obstacle of movement. Based on pattern of visitor's movement show that many of shopping center hierarchy is a service center and every shopping centers have a different characteristic.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1056
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Isnaini
Abstrak :
Dewasa ini, pusat perbelanjaan modern tumbuh berkembang dengan pesat Perkembangan ini tidak terlepas dari perubahan perilaku konsumen, terutama yang berada di perkotaan dan berbelanja di pasar-pasar tradisional menjadi berbelanja ke plaza atau mal. Di tengah maraknya perkembangan pusat perbeIanjaan sebenarnya pengelolaan pusat perbelanjaan termasuk bisnis yang sulit di bidang properti. Adanya dua jenis peIanggan yaitu para penyewa ruangan dan para pengunjung, membuat tingkat kesulitan mengelola pusat perbelanjaan bisa dikatakan Iebih tinggi daripada mengelola pusat perkantoran, kondominium, atau apartemen. Pengunjung memiliki peranan yang penting dalam bisnis pusat perbelanjaan. Pengunjung tidak saja diharapkan untuk terus datang tapi juga diharapkan untuk melakukan transaksi. OIeh karena itu, dalam menghadapi tingkat persaingan yang semakin kompetitif dengan pusat-pusat perbelanjaan lainnya yang ada di Jakarta, khususnya yang berada di wilayah Blok M, tingkat kepuasan para pengunjung terhadap atribut-atribut pelayanan yang telah diberikan Plaza Blok M selama ini penting untuk diketahui. Dalam karya akhir ini, metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan adalah customer satisfaction survey dengan mengacu pada model SERVQUAL. Di sini terdapat 22 atribut yang digunakan untuk meneliti perbedaan antara harapan akan jasa yang diberikan Plaza Blok M dengan penilaìan terhadap jasa yang diterima pengunjungnya. Hasil survei menunjukkan bahwa para pengunjung Plaza Blok M merasa tidak puas pada seluruh atribut Plaza Blok M yang diteliti. Hal ini terbukti dari nilai negatif yang diperoleh untuk masing-masing atribut pada gap analysis. Nilai terendah dimiliki secara berturut oleh atribut-atribut: jaminan keamanan, keramahan karyawan/pramuniaga, fasilitas fisik, kesopanan karyawan/pramuniaga, keandalan karyawan/pramuniaga, pemberian infomasi oieh karyawan, dan respon menangani keluhan pengunjung. Sementara itu berdasarkan analisis yang sama, secara keseluruhan, konsumen merasa tidak puas dengan pelayanan yang diperoleh dari Plaza Blok M. Hal ¡ni ditunjukkan oleh total nilai perbedaan (gap) antara nilai harapan dan nilai persepsi sebesar ?5,4060. Selanjutnya, hasil pemetaan atribut-atribut yang diteliti dalam Importance? Performance Matrix memperlihatkan atribut-atribut yang mendesak untuk segera ditangani adaiah fasilitas fisik, respon menangani keluhan pengunjung, kesediaan memberikan pelayanan, keramahan karyawan/pramunìaga, dan kesopanan karyawan/pramuniaga. Implikasinya, penìngkatan operasi fasilitas-fasilitas fisik (lift, escalator, telepon umum, parkir, toilet dan sebagaìnya) mendesak untuk dilakukan. Selain itu, training-training yang menekankan pada penìngkatan kualitas service seperti service of excelent juga perlu dilakukan sebagai upaya memperbaiki sikap dan meningkatkan kemampuan para karyawan pramuniaga. Salah satu kekurangan dan pengukuran tingkat kepuasan pengunjung adalah hasil penelitian hanya memperlihatkan apakah kebutuhan saat ini telah terpenuhì tetapi gagal untuk meneliti kebutuhan pelanggan/penguniung di masa datang. Selain itu, survey ini juga tidak melihat tingkat kepuasan para karyawan/pramuniaga terhaciap pusat perbelanjaan tempat mereka bekerja, padahal diyakini bahwa kepuasan mereka akan menggerakkan loyalitas pengunjung. Oleh karena itu, studi lanjutan terhadap permasalahan ini perlu untuk dilakukan. Selanjutnya, sebaiknya pada penelitian berikut pengukuran dengan skala interval menggunakan skor genap (1 ? 6) untuk menghindari jawaban yang tidak memberi penìlaian.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Stenley
Abstrak :
Ketatnya persaingan antara mal di Kota Jakarta membuat setiap manajemen mal yang ada di Jakarta berlomba-lomba memuaskan pengunjung mal dengan tujuan dapat bertahan dalam industri untuk jangka waktu yang lama. Atribut mal merupakan sarana untuk memenuhi dan meningkatkan kepuasan pengunjung mal. Tujuan pertama penelitian ini adalah untuk mengetahui atributatribut mal yang membantu meningkatkan kepuasan pengunjung mal saat berbelanja. Motivasi berbelanja terdiri dari dua yaitu motivasi berbelanja hedonik dan utilitarian. Dengan mempertimbangkan motivasi berbelanja pengunjung, tujuan kedua dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui atribut mal apa saja yang hubungannya terhadap kepuasan pengunjung akan lebih kuat pada pengunjung yang memiliki kecenderungan motivasi berbelanja hedonik, dan atribut mal apa saja yang hubungannya terhadap kepuasan pengunjung akan lebih kuat pada pengunjung yang memiliki kecenderungan motivasi berbelanja utilitarian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan SEM-PLS dengan aplikasi WarpPLS 3.0. Kuesioner disebar pada 236 responden. Berdasarkan pertanyaan afirmatif yang diberikan, responden terbagi menjadi dua, yaitu 116 pengunjung dengan kecenderungan motivasi berbelanja hedonik dan 120 pengunjung dengan kecenderungan motivasi berbelanja utilitarian. Hasil dari penelitian adalah atribut mal kenyamanan, kualitas toko di dalam mal, kualitas layanan pelanggan, dan suasana di dalam mal merupakan atribut mal yang berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung. Pengaruh atribut mal kenyaman terhadap kepuasan pengunjung akan lebih kuat pada pengunjung yang memiliki kecenderungan motivasi berbelanja hedonik sedangkan pengaruh atribut mal kualitas toko di dalam mal dan kualitas layanan pelanggan terhadap kepuasan pengunjung akan lebih kuat pada pengunjung yang memiliki kecenderungan motivasi berbelanja utilitarian.
Intense competition between malls in Jakarta makes every mall management in Jakarta vying satisfy mall visitors with the aim to survive in the industry for long periods of time. Mall attributes are means to meet and improve visitor satisfaction. The first objective of this study was to determine the attributes of the mall that help improve visitor satisfaction. Shopping motivation are consists of two, they are hedonic shopping motivation and utilitarian shopping motivation. Taking into account the shopping motvation, the second objective of this research was to determine what mall attributes that effect to visitor satisfaction will be stronger on the visitors who have a hedonic shopping motivation tendency and what mall attributes that effect to visitor satisfaction will be stronger on visitors which have a utilitarian shopping motivation tendency. In this study, the authors use the SEM-PLS with WarpPLS 3.0 applications. The questionnaire was distributed to 236 respondents. Based on the given affirmative question, respondents were divided into two, namely 116 visitors with a hedonic shopping motivation tendency and 120 visitors with utilitarian shopping motivation tendency. Results of the study are mall attributes of comfort, quality of retailer, the quality of customer service, and mall environment have positive effect on visitor satisfaction. The effect of confortable attributeto visitor satisfaction will be stronger for the visitors who have a hedonic shopping motivation tendency while the effect of quality of retailer and quality of customer service to visitor satisfaction will be stronger to the visitors who have a utilitarian shopping motivation tendency.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ahmad Nur Ali
Abstrak :
ABSTRAK Data dari konsultan Cushman and Wakefield Indonesia pada triwulan 1-2014 menyatakan bahwa tingkat hunian di shopping center strata hanya 69,1%. Kekosongan kios pada shopping center strata dirasakan akan terus meluas, hal ini menyebabkan kerugian bagi pelaku aktivitas di dalam shopping center strata terutama bagi pemilik kios. Penelitian ini mempertanyakan ?pengelolaan dan desain yang seperti apa yang bisa meminimalisir dampak dari permasalahan kios kosong pada shopping center strata? Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, saya melakukan pengamatan terhadap dua bentuk desain yang berbeda pada shopping center strata, untuk lebih memahami kenapa kekosongan kios dapat terjadi dan terus berkembang di shopping center strata. Setelah memahami permasalahan kekosongan kios, tahap selanjutnya saya memakai metode kausal komparatif yaitu analisis sebab-akibat yang digambarkan ke dalam skenario pengembangan shopping center strata terhadap kondisi yang sedang terjadi. Analisis tersebut menghasilkan temuan bahwa pengelolaan sebagian jumlah kios pada shopping center strata masih lebih baik daripada tidak sama sekali, dan untuk mengatasi terbatasnya pengelolaan akibat status kepemilikan strata, maka diperlukan perjanjian serah kelola antara pemilik kios dengan pihak pengelola serta perlu adanya sifat fleksibel pada design shopping center strata, sehingga permasalahan kekosongan kios dapat diminimalisir.
ABSTRACT Consultan Cushman and Wakefield Indonesia has noted that in quarter 1-2014 that the occupancy rate in shopping center strata is only 69.1%. the un-opened shop units that plague the shopping center strata in Indonesia, which gives negative impact to the shop owners and the whole shopping center. So this research have questioned ?management and design as what can minimize the impact of problems in un-opened in shopping center strata?. Early investigation reveals that the strata ownership and the layout design of the property are the reasons, which dis-allow the proper management of the shopping center. Investigation for to answer the research question about the problems are in the forms of situational development scenarios that represent intervention to the condition. The finding of the research are: the ability to manage some of the strata shop units is better than none, and to overcome the inability to manage the strata shop units in the shopping center, it is neccesary to include the managing aggreement in the strata title and flexibility in design layout of the shopping center that makes possible to manage the shopping center properly.
2016
T45118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Zafira
Abstrak :

Penelitian saya membahas mengenai pengaruh campuran penyewa pada harga sewa antar pusat perbelanjaan di Indonesia. Secara tidak langsung pengalaman arsitektur pada pusat perbelanjaan akan mempengaruhi harga sewa, sehingga penting untuk mengkuantifikasinya. Campuran penyewa merupakan salah satu faktor yang meningkatkan pengalaman arsitektur. Saat ini belum tersedia mekanisme untuk mengestimasi pengaruh pengalaman arsitektur terhadap harga sewa pusat perbelanjaan. Penelitian terdahulu masih menggunakan kategori yang berlaku pada negara luar. Penelitian saya mengestimasi pengaruh pengalaman berbelanja yang diwakilkan oleh campuran penyewa, terhadap harga sewa pusat perbelanjaan di beberapa kota di Indonesia. Strategi penelitian ini adalah transformatif bertahap, yakni diawali dengan metode kualitatif kemudian metode kuantitatif. Metode kualitatif akan mengonfirmasi variabel untuk digunakan pada metode kuantitatif. Terdapat 49 sampel pusat perbelanjaan berdasarkan kota, jenis pusat perbelanjaan, dan ketersediaan denah. Temuan akhir penelitian saya adalah bahwa prediktor harga sewa pada pusat perbelanjaan merupakan besar toko dan jumlah variasi toko dalam sebuah pusat perbelanjaan. Besar toko dapat dihitung berdasarkan nomor unit dan blok. Besar toko berdasarkan nomor unit berpengaruh pada harga sewa sebesar Rp.1.318,33 per meter persegi per bulan pada setiap kenaikan 1 meter perseginya. Sementara itu, setiap naiknya 1 meter persegi besar toko berdasarkan blok akan menaikkan harga sewa senilai Rp. 1.116,67 per meter persegi per bulan. Jumlah variasi toko memiliki pengaruh positif sebesar Rp.835,59 per meter persegi per bulan dalam setiap bertambahnya 1 merek pusat perbelanjaan. Semakin besar toko-toko yang ada dan semakin beragam variasi toko pada pusat perbelanjaan akan meningkatkan harga sewa suatu pusat perbelanjaan. Penelitian saya dapat digunakan oleh pengelola pusat perbelanjaan untuk mengestimasi harga sewa yang ditawarkan pada penyewa menurut aspek pengalaman arsitektur dan campuran penyewanya.

 


My research discusses the effect of tenant mix on rental prices between shopping centers in Indonesia. Indirectly, architectural experience in shopping centers will affect rental prices, so it is important to quantify them. Tenant mix are one of the factors that enhance architectural experience. There is currently no mechanism available to estimate the effect of architectural experience on shopping center rental prices. Previous research still uses categories that apply to foreign countries. My research estimates the effect of shopping experience represented by tenant mix on the rental prices of shopping centers in several cities in Indonesia. The strategy of this research is a gradual transformative, which begins with qualitative methods then quantitative methods. Qualitative methods will confirm variables to be used in quantitative methods. There are 49 samples of shopping centers by city, types of shopping centers, and availability of plans. The final finding of my study is that the predictor of rental prices in shopping centers is a store area and the number of variations of stores in a shopping center. Store size can be calculated based on unit numbers and blocks. The size of store based on unit number has an effect on the rental price of Rp. 1,318.33 per square meter per month for each increase of 1 square meter. Meanwhile, every 1 square meter increase in store size by block will increase the rental price by Rp. 1,116.67 per square meter per month. The number of store variations has a positive influence of Rp.835.59 per square meter per month in every increase in 1 brand. The larger the existing shops and the more diverse variations of stores in shopping centers will increase the rental price of shopping center. My research can be used by shopping center managers to estimate the rental prices offered to tenants according to aspects of architectural experience and tenant mix.

 

2019
T53186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>