Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
[Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif berbentuk basil, yang sering menyebabkan disentri pada manusia dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani secara tepat. Bakteri ini terbukti telah resisten terhadap banyak golongan antbiotik, dan membutuhkan waktu terapi cukup lama. Madu tualang merupakan madu alam Malaysia yang diketahui memiliki efek antimikrobial. Namun, belum diketahui apakah pemberian efek madu tualang sebagai terapi adjuvan lebih baik dibandingkan hanya menggunakan terapi antibiotik saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian madu tualang sebagai terapi adjuvan, dibandingkan dengan yang hanya menggunakan terapi siprofloksasin pada hewan tikus yang terinfeksi bakteri Shigella dysenteriae tipe –1, dengan menggunakan morfologi feses sebagai indikator penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental. Induksi bakteri dilakukan pada hari ke – 0, dan pemberian terapi sesuai kelompok penelitian dilakukan selama 7 hari penelitian. Morfologi feses dinilai pada hari ke – 1, ke – 3, dan ke – 7, dengan menggunakan standar penilaian. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji hipotesis Kruskal – Wallis dan analisa Post Hoc uji Mann–whitney. Secara statistik, efek kuratif madu tualang terlihat pada hari ke - 7, dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Sedangkan morfologi feses hewan yang diterapi kombinasi siprofloksasin dan madu tualang tidak menunjukkan perbedaan bermakna, dibandingkan dengan yang hanya menggunakan terapi siprofloksasin, Shigella dysenteriae, a gram-negative bacteria causing dysentery in human, can lead to fatality if left untreated. This bacteria shows resistency to some antibiotics thus infection will take longer time to cure. Tualang Honey, natural honey originally from Malaysia, has shown antimicrobial activity. But, the usage of Tualang Honey as adjuvant therapy along with ciprofloxacin has not yet discovered. The aim of this experiment was to determine the effect of Tualang honey combined with ciprofloxacin in Shigella dysenteriae type-1 infected animals compare to ciprofloxacin alone. The design of this study was experiment. Induction began on day 0. Animals were then treated categorically for 7 days. Feces morphology as the indicator then evaluated on day 1, 3, and 7, using a standard categorical evaluation. This research data were analyzed using Kruskal- Wallis test and Mann – Whitney test for the Post Hoc analysis. The result showed that tualang honey statically has a curative effect on day 7 compared to untreated group. Compared to ciprofloxacin only group, combination of tualang honey and ciprofloxacin in Shigella dysenteriae tipe – 1 was not significant.]
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Kristo Benny Pamungkas
Abstrak :
Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif yang menyebabkan diare berdarah pada manusia. Madu memiliki efek antimikroba dan dapat memperbaiki vili di epitel pencernaan yang dirusak oleh Shigella. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati disentri, salah satunya adalah siprofloksasin. Namun, itu memerlukan penambahan terapi adjuvan untuk mempercepat perbaikan vili usus, yaitu madu manuka. Belum diketahui apakah madu manuka sebagai terapi adjuvan bisa digunakan untuk terapi pada penderita Shigella. Penelitian ini menggunakan uji eksperimental dengan desain pararel secara in vivo pada tikus Sprague-Dawley dengan mengamati morfologi feses. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa morfologi feses hari ke-1 tidak bermakna secara statistik antar kelompok. Morfologi feses hari ke-3 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka. Morfologi feses hari ke-7 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif, kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka, dan kelompok madu manuka sebagai terapi adjuvan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Efektivitas madu manuka sebagai terapi adjuvan dapat terlihat jika diberikan selama 7 hari.
Shigella dysenteriae is a gram-negative bacterium which causes bloody diarrhea in humans. Honey has antimicrobial effect and repairs villi in intestinal epithelial which was destructed by Shigella. Ciprofloxacin could be used to treat dysentery. However, adjuvant therapy is needed for fast repairs villi in intestinal. Manuka honey is not completely known whether could be used as adjuvant therapy for Shigellosis. This in vivo experimental test used Sprague-Dawley rats as animal subject. The feces morphology on first, third, and seventh day were the parameter to measure the effect of therapy. The data were analyzed by SPSS program 20.0 for windows with Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test. The result showed that feces morphology on first day was not statistically significant among groups. The feces morphology on third day had statistically significant between negative control group versus positive control group and Manuka honey group versus positive control group. The feces morphology on seventh day had statistically significant between negative control group versus positive control group, Manuka honey group versus positive control group, Manuka honey as adjuvant therapy versus negative control group. The effect of Manuka honey as adjuvant therapy could be seen if it was given during seven days.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif penyebab disentri tersering di masyarakat. Belum jelas diketahui apakah madu Manuka yang memiliki sifat antibakteri dapat membantu penyembuhan disentri sebagai terapi adjuvan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu Manuka sebagai terapi adjuvan terhadap jumlah bakteri feses, perubahan perilaku, serta perubahan berat badan pada tikus yang diinduksi Shigella dysenteriae. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan melakukan pengamatan perilaku, penimbangan berat badan, beserta penghitungan jumlah koloni bakteri menggunakan metode Total Plate Count pada hari pertama dan ketiga penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2013-September 2015 di Rumah Kandang Hewan Coba Departemen Farmakologi dan Terapeutik dan Laboratorium Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan program SPSS 22.0 for Windows dengan uji One Way Anova pada data berat badan dan uji Kruskall Wallis pada data jumlah bakteri. Hasil menunjukkan bahwa perubahan berat badan dan jumlah bakteri feses pada hewan yang diinduksi bakteri dan diberi terapi adjuvan madu Manuka dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol negatif tidak bermakna secara statistik sedangkan perubahan perilaku pada hewan coba tidak dapat ditentukan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa madu Manuka sebagai terapi adjuvan tidak efektif dalam membunuh bakteri golongan Shigella., Shigella dysenteriae is a Gram-negative bacteria which is the most frequent cause of dysentery in humans. It is not yet known whether the antibacterial Manuka honey can help recovery of dysentery as adjuvant therapy. This research is aimed to know the effects of Manuka honey as an adjuvant therapy to fecal bacterial count, as well as behavioral and body weight changes in Shigella dysenteriae induced mice. This research utilizes experimental design by behavioral observation, body weight measurement, and bacterial colony count using Total Plate Count method on first and third day of research. This research was carried out from December 2013 to September 2015 in Animal House of Pharmacology and Therapeutic Department and Laboratorium of Microbiology Department of Faculty of Medicine, University of Indonesia. All retrieved data were analyzed using SPSS 22.0 for Windows using One Way Anova test on body weight data and Kruskall Wallis test on bacterial count data. The results showed that body weight changes and fecal bacterial count in bacteria induced animals treated with Manuka honey as adjuvant therapy compared to positive and negative control group are statistically not significant while behavioral changes on test animals cannot be determined. From these results it can be inferred that Manuka honey as adjuvant therapy is not effective to act against Shigella group bacteria]
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantya Wicaksana
Abstrak :
Penyakit menular di Indonesia merupakan masalah kesehatan. Salah satu penyakit penyakit menular disentri basiler akibat Shigella dysenteriae. Pengobatan disentri basiler adalah siprofloksasin. Resistensi S. dysenteriae terhadap siprofloksasin sudah terjadi. Berdasarkan studi di Dhana dan Matlab tahun 2010, 4 dari 273 S. dysenteriae mengalami resistensi siprofloksasin. Nigella sativa Linn sudah diketahui memiliki efek antibakteri. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menunjukkan apakah ekstrak Nigella sativa Linn memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae dengan harapan menjadi pengobatan alternatif guna mencegah resistensi siprofloksasin. Ekstrak Nigella sativa Linn dibuat di Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dengan pelarut metanol. Peneliti membuat lima konsentrasi yaitu 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL, dan 62.5 mg/mL. Kemudian setiap konsentrasi dilakukan uji in vitro dengan metode difusi cara sumuran dan dibandingkan dengan siprofloksasin (5 μg) sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan sebanyak dua kali dengan jumlah pengulangan empat kali di Laboratorium Mikrobiologi FKUI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat zona hambat pada ekstrak Nigella sativa Linn. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa ekstrak Nigella sativa Linn memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae. Faktor yang mungkin memengaruhi ialah bahan metode penelitian, pelarut ekstrak, dan sifat zat bahan ekstrak. ...... Infectious diseases in Indonesia is health problem. One of infectious disease is bacillary dycentry that caused by Shigella dysenteriae. First choice of treatment bacillary dycentry is ciprofloxacin. Resistance Shigella dysenteriae to ciprofloxacin is already known. Study in Dhana and Matlab 2010 show that 4 of 273 Shigella dysenteriae are resistance to ciprofloxacin. Nigella sativa Linn is already know have antibacterial effect. Therefore, this research want to know effect antibacterial Nigella sativa Linn against Shigella dysenteriae for the solution of alternative treatment bacillary dycentry to reduce occurrence resistance ciprofloxacin. Nigella sativa Linn extract was made at Laboratory of Pharmacy Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI) with methanol as solvent. Five concentrations was made: 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL, and 62.5 mg/mL. Then, each concentration extract was tested in vitro using agar well plate method and compared to ciprofloxacin (5 μg) as positive control and aquades as negative control. Test are conduceted twice the number of repetitions four times in Laboratory of Microbiology FMUI. Result showed that there was no inhibition zone on extracts Nigella sativa Linn. This result differs from previous research that says extracts Nigella sativa Linn has an antibacterial effect against Shigella dysenteriae. Factors that may contribute to this research are method, solvent extracts, and extract material substance.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library