Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Pakem ringkas wayang golek (cerita Menak) untuk lakon Lampahan Lairipun Umar lan Amir. Teks memuat instruksi dalang, petunjuk iringan gamelan dan antawacana. Naskah ini adalah jilid pertama dalam seri tiga jilid (FSUI/WY.63-65). Semuanya memuat teks lakon wayang Menak. Lakon ini menceritakan kisah peperangan antara negeri Kalkarip dengan Mekah, dan peperangan antara negeri Madajin dengan Mekah. Peperangan terjadi karena kedua negeri tersebut hendak menaklukkan Mekah. Negeri Kalkarip akhirnya dapat dikalahkan. Sementara itu, Dewi Kamijah (permaisuri raja Mekah) melahirkan putra kembar yang kemudian diberi nama Umar dan Amir. Setelah beranjak dewasa, mereka berdua turut membantu ayahnya memerangi orang-orang Madajin yang pada waktu itu datang menyerbu Mekah. Akhirnya Madajin dapat ditaklukan. Naskah merupakan salinan dari naskah induk yang diperoleh Pigeaud pada tanggal 3 September 1932 dari Atmareja, di Banaran, Kulonpraga. Penyalinan dikerjakan pada bulan yang sama dengan bulan penerimaan naskah (h.i). Keterangan penulis/penyalin maupun keberadaan naskah induk tidak diketahui secara pasti. Naskah telah dibuatkan salinan alihaksara oleh staf Panti Boedaja, lihat FSUI/WY.66, jilid I: 1-14, II: 15-30, III: 31-39.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.63-B 35.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teks ini berisi pakem ringkas wayang golek (cerita Menak) untuk lakon Lampahan Rabinipun Umarmaya lan Dewi Ambarwulan. Teks memuat instruksi dalang, petunjuk iringan gamelan dan antawacana. Naskah merupakan jilid kedua dalam seri tiga jilid (FSUI/WY.63-65), yang semuanya memuat teks lakon wayang Menak. Keterangan selengkapnya lihat FSUI/WY.63.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.64-B 35.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pakem ringkas wayang golek untuk lakon Lampahan Jayengrana ngaji lan Umarmaya dhateng pratapan Bleki. Teks memuat instruksi dalang, petunjuk iringan gamelan dan antawacana. Teks diawali dengan keinginan Raja Turki untuk membunuh Jayengrana dan Umarmaya, yang pada saat itu sedang melakukan perjalanan ke pertapaan Bleki, namun usahanya tidak berhasil. Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan. Setibanya di pertapaan Bleki, mereka berdua berguru pada Bagawan Lukmanakim. Setelah pandai, mereka berdua kembali ke negerinya. Di perjalanan, Umarmaya dan Jayengrana bertemu dengan seseorang yang sedang menunggu petilasan, bernama Tambisabingah. Jayengrana memohon berkah kepadanya. Dia diberi pusaka berupa: kapal, lapak, dan cemeti. Umarmaya yang memohon berkah di petilasan para nabi mendapat pusaka berupa: kasang kajrattolah dan kitab (Adam Makna). Mereka kemudian menghadap Prabu Puserbumi. Sang Prabu menceritakan bahwa negerinya sekarang dikuasai negeri Madajin. Umarmaya dan Jayengrana sangat marah, segera memohon kepada Prabu Puserbumi untuk memerangi Prabu Madajin (Nursewan). Naskah merupakan jilid ketiga dalam seri tiga jilid (FSUI/WY.63-65), yang semuanya memuat teks lakon wayang menak. Keterangan referensi lihat FSUI/WY.63.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.65-B 35.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teks merupakan alih aksara ketikan dari FSUI/WY.63-65, memuat tiga lakon, yaitu: Lampahan Lairipun Umar lan Amir, Lampahan Rabinipun Umarmaya lan Dewi Ambarwulan, Lampahan Jayengrana Ngaji lan Umarmaya dhateng Pratapan Bleki. Pengalihaksaraan sebanyak empat eksemplar, dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan September 1932 di Yogyakarta. FSUI menyimpan tiga eksemplar (B 35.04a-c), hanya ketikan asli (B 35.04a) yang dimikrofilm. Keterangan selengkapnya lihat FSUI/WY.63.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.66-B 35.04a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini merupakan jilid tiga dari seri Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa, yaitu lakon Rabinipun Iman Suwangsa, putranipun Prabu Jayengrana ing nagari Puser Bumi. Diceritakan negara Mesir dengan rajanya Barowijaya dan putranya Pancasurya. Mereka membicarakan Suryawati, kakak Pancasurya yang hilang diculik raksasa Tunggulwulung, penguasa hutan Gerotan. Raja Barowijaya membuat sayembara, bagi siapa saja yang menemukan Suryawati akan dijodohkan dengannya dan mendapat separoh daerah kerajaan Mesir. Iman Suwangsa dan Marmadi melarikan diri hingga tiba di hutan Gerotan. Mereka menemukan gua persembunyian raksasa Tunggulwulung. Akhirnya Iman Suwangsa dapat mengalahkannya dan membawa Suryawati ke negara Mesir. Iman Suwangsa mendapatkan imbalan sesuai dengan yang disayembarakan oleh ayah Suryawati, raja Barowijaya. Rangkaiari Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa sendiri tidak diketahui sampai seri keberapa, sebab di akhir seri ketiga ini terdapat keterangan yang menyatakan bahwa teks masih ada lanjutannya. Seri pertama dan kedua Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa adalah FSUI/WY.73 dan FSUI/WY.74. Ketiga seri lampahan ini telah dibuatkan alih aksaranya oleh staf Dr. Pigeaud pada bulan Oktober 1932 (FSUI/WY.72). Tidak ada informasi tentang penulisan naskah ini, tetapi terdapat keterangan (h.i) bahwa naskah ini dibeli oleh Dr. Pigeaud dari Atmareja, desa Banaran, Kulon Praga pada tanggal 20 Agustus 1932. Kemungkinan Atmareja inilah yang menyalin naskah ini.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.67-B 39.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini merupakan alih aksara dari naskah FSUI/WY.67, WY.73, dan WY.74, yang dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan Oktober 1932 di Yogyakarta. Naskah ada dua eksemplar. Naskah berisi teks Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa. Hanya ketikan asli (B 39.04a) yang dimikrofilm. Keterangan lebih lanjut tentang Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa lihat deskripsi naskah-naskah tersebut di atas.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.72-B 39.04a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini merupakan jilid pertama dari satu seri Lampahan Wayang Golek lman Suwangsa, yaitu lakon Iman Suwangsa Nyumbang dhateng Medayin. Iman Suwangsa diutus ke Medayin mengantarkan pakaian pengantin untuk Adiningrat dan Irman, putra Nursewan yang harus diserahkan kepada Dewi Marpinjung. Di Medayin, Nursewan menginginkan kematian Jayengrana, Raja Puserbumi. Beliau mengutus Lokayanti, Raja Dhulang Mas untuk membunuh Jayengrana. Lalu Lokayanti mengutus Patih Lokantara dan Patih Bestak pergi untuk memenuhi tugasnya. Sesampai mereka di hutan bertemu dengan Iman Suwangsa dan Marmadi. Kemudian terjadilah pertempuran yang seru di antara mereka. Iman Suwangsa memenangkan pertempuran dan melanjutkan perjalanannya. Di Medayin ia berhasil menyerahkan pakaian pengantin kepada Dewi Marpinjung. Raja Kelan dari Koparman menginginkan Adiningrat. Ia bersedia dengan cara apapun untuk mendapatkan Adiningrat. Suatu hari Raja Kelan menghadap Nursewan di Medayin dan mengutarakan maksud hatinya. Kemudian terjadilah pertempuran dengan kekalahan di tangan Raja Kelan. Keterangan lebih lanjut tentang seri Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa ini lihat deskripsi naskah FSUI/WY.67. Naskah ini dibeli oleh Pigeaud dari Atmareja dari desa Banaran, Kulon Praga pada tanggal 20 Agustus 1932.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.73-B 39.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini merupakan jilid kedua dari satu seri Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa, yaitu lakon Iman Suwangsa Katundhung sangking Puserbumi. Diceriterakan Dewi Adiningrat jatuh sakit setelah melihat kedatangan Iman Suwangsa yang mengantarkan pakaian pengantin ke Medayin. Keadaan ini menimbulkan kesedihan yang mendalam di hati Raja Nursewan. Diceritakan Iman Suwangsa tiba kembali di Puserbumi dari perjalanannya ke Medayin, akan tetapi tiba-tiba datang utusan dari Medayin mengembalikan pakaian pengantin dengan membawa surat tantangan untuk berperang. Hal ini mengakibatkan kemarahan Jayengrana dan kemudian mengusir putranya, Iman Suwangsa. Peperangan antara negara Puserbumi dan negara Medayin tak dapat dicegah. Keterangan lebih lanjut tentang seri Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa dapat dilihat pada deskripsi naskah FSUI/WY.67. Naskah ini bersama seri-seri yang lain dibeli oleh Dr. Pigeaud dari Atmareja, desa Banaran, Kulon Progo pada tanggal 20Agustus 1932.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.74-B 39.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah berisi beberapa teks, yaitu: Lampahan Manikmaya; Lampahan Rodeya Glathik Mas; Lampahan Palguna; Lampahan Godog (Gandamana); Lampahan oanjarpati; Lampahan Nagapercona; Lampahan Brajamusthi; dan Carita Amadsadar utawi Madusadarga. Naskah salinan ketikan (dua eksemplar) dari naskah induk milik K.G.P.P.K. Raharjadireja dari Keraton Kacirebonan ini, telah diperiksa ulang oleh Mandrasastra pada November 1937. Salinan sisanya menjadi milik Raharjadireja (h.i.iii). Pada h..iii disebutkan bahwa penyalinan dikerjakan staf Pigeaud pada tahun 1937. Pigeaud menerima naskah induk pada bulan Agustus 1929. Naskah induk, yang disebutkan berkode A 17 itu, kini tidak diketahui keberadaannya lagi.. Keteranganreferensi lihat FSUI/WY.88.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.78-G 127
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini merupakan saduran dari ceritera wayang thithi yang dipergelarkan di rumah seorang bupati yang beralamat di Pringgasantan, Yogyakarta. Penyalinan (maupun penulisan teks asli?) dilakukan oleh Li Ca Gwong di tempat yang sama pada tahun 1898 dan 1907. Pada naskah ini memuat empat teks lakon, yaitu:Cariyos Negara Ngindhu, Cariyos Wyang Ca Kun, Cariyos Sam Pek Eng Tay, dan Cariyos Tong Tya: Naskah ini dihiasi beberapa gambar (lihat Gbr. 28 & 29 pada h.384 & 394 jilid ini.) Adapun mengenai ceriteranya seperti di bawah ini. Teks pertama menceriterakan keadaan negeri Ngindu dengan rajanya bernama Sayit Ngumar Ngus Magribi yang mempunyai putri cantik yang dipersunting oleh Raja Muda. Sang Raja mengutus anak menantunya untuk menggempur seorang prajurit bernama Murthado yang telah lama tidak menghadap sang Raja. Selama melaksanakan tugas ini, Raja Muda menerima laporan dari seorang prajurit bernama Ulo bahwa permaisuri telah menyeleweng dengan bala tentara Ngindu. Atas kebijaksanaan Raja Muda, permaisuri yang sedang mengandung diusir dari negerinya. Permaisuri hidup mengembara di hutan dan ditemani oleh seekor menjangan putih yang mencarikan makanan setiap hari. Sesudah beberapa lama Raja Muda bertukar pikiran dengan adiknya bernama Dhingdhar, yang menjadi raja di negara Malebar, maka diputuskan untuk mencari permaisuri. Berjumpalah Raja Muda dengan istrinya yang telah melahirkan anaknya dan dibawa kembali ke kerajaan. Ceritera diakhiri dengan kisah dua orang warga Ngindu yang berpetualang pergi ke negeri Cina dan Mekah. Setelah berhasil mereka kembali ke Ngindu. Naskah bagian ini selesai disalin pada tanggal 17 Mei 1907. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) maskumambang; (3) sinom; (4) asmarandana; (5) megatruh; (6) kinanthi; (7) dhandhanggula. Cariyosipun Wyang Ca Kun menceriterakan Wyang Ca Kun, anak Raja Wyang Tyo di negara Tat Syu yang sangat cantik dan sakti. Pada suatu ketika raja dari negara Ta Hen yang bernama Pa Ong Tehan bermimpi ketemu dengan Wyang Ca Kun, sehingga sang Raja itu menyuruh seorang patihnya bernama Ma Tyag Syu. Sesampainya di Tat Syu, Ma Tyag Syu gagal meminang Wang Ca Kun karena keahlian Wyang Ca Kun mengelabuhi Ma Tyag Syu. Ceritera diakhiri dengan Wyang Ca Kun berpesta minum arak, serta bersemedi mendekatkan diri pada Hyang Widhi. Pada teks ini juga diceriterakan tentang pertanda orang mimpi, mimpi baik maupun buruk. Naskah disalin antara 22 Mei-26 Juni 1907. Daftar pupuh: (8) dhandhanggula; (9) mijil; (10) pucung; (11) pangkur; (12) asmarandana; (13) maskumambang; (14) sinom; (15) maskumambang; (16) kinanthi; (17) durma; (18) dhandhanggula; (19) pangkur; (20) durma; (21) gambuh; (22) asmarandana; (23) sinom; (24) dhandhanggula; (25) kinanthi; (26) pangkur; (27) pucung; (28) maskumambang; (29) sal; (30) megatruh; (31) dhandhanggula; (32) pangkur. Cariyosipun Sam Pek Eng Tay mengisahkan percintaan dua remaja yang bernama Sam Pek dari Bu Chu dan Eng Tay (anak dari Ni Cukong dari negara Wat Cyu), hubungan asmara ini tidak disetujui oleh orang tua Eng Tay, karena Eng Tay sudah dijodohkan dengan Mac Tyu (Ma Mun Cay). Mendengar hal tersebut Sam Pek menderita sakit dan meninggal. Eng Tay menyusul Sam Pek dengan bunuh diri masuk ke dalam liang kubur Sam Pek. Naskah bagian ini selesai disalin pada tanggal 14 Juli 1907. Daftar pupuh: (33) asmarandana; (34) kinanthi; (35) sinom; (36) gambuh; (37) pucung; (38) kinanthi; (39) mijil; (40) megatruh; (41) maskumambang; (42) pangkur; (43) durma; (44) sal. Sedangkan pada Cariyos Tong Tya, tersebutlah negara Tong Tya dengan rajanya bernama Li Si Bin. Li Si Bin memerintah dengan sangat adil dan makmur. Di negara Tong Tya ini ada beberapa pendekar perang seperti Li Tong Cong, Seh Jin Kwi, dan Cin Hwa Gyok, tetapi pendekar yang terkenal adalah Seh Jin Kwi dan Cin Hwa Gyok. Pada suatu ketika terjadi konflik dalam negeri yaitu ketika Seh Jin Kwi oleh Li Tong Cong dituduh membunuh anak menantu Li Si Bin dan Seh Jin Kwi dipenjara. Ceritera diakhiri dengan peperangan antara negara Tong Tya dengan negara Sang Hyang Sang. Karena negara Tong Tya tidak ada pendekar-pendekar perang, maka Seh Jin Kwi oleh sang raja dikeluarkan dari penjara untuk berperang melawan tentara negara Sang Hyang Sang yang dipimpin oleh Sa Po Tong. Peperangan ini dimenangkan oleh negara Tong Tya yang dipimpin oleh pendekar perang Seh Jin Kwi dan Cin Hwa Gyok. Dalam peperangan ini kedua belah pihak telah banyak menggunakan jimat-jimat kesaktiannya masing-masing. Cin Hwa Gyok gugur dalam perang ini terkena pedangnya sendiri, begitu juga para pendekar-pendekar dari negara Sang Hyang Sang banyak yang gugur di medan perang. Bagian naskah ini lebih tua daripada bagian-bagian depan, karena disalin pada bulan November 1898. Daftar pupuh: (45) asmarandana; (46) dhandhanggula; (47) pangkur; (48) maskumambang; (49) kinanthi; (50) megatruh; (51) sinom; (52) pucung; (53) pangkur; (54) mijil; (55) dhandhanggula; (56) asmarandana; (57) kinanthi; (58) pangkur; (59) durma; (60) dhandhanggula; (61) pangkur; (62) megatruh; (63) mijil; (64) dhandhanggula; (65) asmarandana; (66) maskumambang; (67) kinanthi; (68) dhandhanggula; (69) pangkur; (70) asmarandana; (71) megatruh. Pada halaman-halaman bagian depan naskah ini terdapat pengetan mengenai teriadinya lindu dan gerhana bulan yang disaksikan oleh penyalin naskah ini pada tahun 1909,1912, 1921, 1933.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.9-NR 340
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>