Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Rustinawati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami alasan serta menggali pengalaman perempuan non-heteroseksual dalam menjalani perkawinan heteroseksual, termasuk dalam menghadapi kompleksitas tekanan dan implikasi terhadap hak seksualitasnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelusuran sejarah kehidupan terutama babak-babak khusus dalam kehidupan narasumber seperti proses melela, proses memasuki perkawinan, kehidupan dalam perkawinan. Untuk memahaminya persoalan tersebut, pembahasan dalam tesis ini menggunakan kerangka teori Kewajiban Heteroseksual yang dicetuskan oleh Adrienne Rich, Teori Hukum Ayah yang dipopulerkan oleh Mary Murray dan Teori Agensi Sherry B. Ortner. Studi ini menelusuri sejarah kehidupan enam perempuan non-heteroseksual yang berada di Jakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perempuan non-heteroseksual yang memasuki perkawinan merupakan perempuan yang mempunyai pengalaman hidup dan latar belakang yang beragam. Enam narasumber mengatakan bahwa melela (coming out) sangat dibutuhkan namun penerimaan diri (coming in) dirasa lebih penting. Stigma, pengucilan, dan upaya “penyembuhan” dilakukan oleh keluarga, dan orang sekitar. Perkawinan yang mereka lakukan terjadi karena desakan orang tua, keluarga dan karena mereka ingin membuat orang tua bahagia, berbakti kepada orang tua. Kewajiban heteroseksual mereka jalani dengan mengorbankan fisik, psikis bahkan kekerasan seksual dialami. Hak seksualitas mereka sebagai perempuan non-heteroseksual harus dijalani dengan sembunyi-sembunyi dan mengakhiri perkawinan merupakan salah satu dari kebebasan yang mereka dapatkan. Perempuan non-heteroseksual dalam penelitian ini merupakan korban dari heteronormativitas namun demikian mereka bukanlah korban yang pasif, dan pasrah. Upaya-upaya terus mereka lakukan sejak menyadari dirinya sebagai perempuan non- heteroseksual hingga mereka dalam perkawinan untuk menjadi diri mereka sendiri. ......This study aims to identify, understanding the reasons, exploring the experiences of non-heterosexual women entering heterosexual marriages, the pressure and implications as well as the complexities of heterosexual marriages on their sexual rights. This research is qualitative research using the method of tracing life herstory through special chapters in the life of subject such as the process of coming out, the process of entering into marriage, and their marriage life. To understand this problem, the discussion in this thesis used the theory of Compulsory Heteronormativity by Adrienne Rich, the theory of The Law of the Father by Mary Murray and Sherry B. Ortner about theory of Agency. This study traces the life of six non-heterosexual women living in Jakarta and Yogyakarta. The results of this study indicate that non-heterosexual women who enter marriage have diverse life experiences and backgrounds. Six subjects are said that coming out was really needed, but self-acceptance (coming in) was felt to be more important. Stigma, exclusion, and therapy conversy are carried out by the family and society. Subjects was agreed to marriage because of pressure from their parents, family and because they want to make their parents happy and devoted to their parents. They carry out their heterosexual obligations at the expense of physical, psychological and even sexual violence. Their sexuality rights as non-heterosexual women must be lived in secret and terminating marriage is one of the freedoms they get. Non-heterosexual women in this study are victims of heteronormativity however they are not passive victims, and surrender. They have continued to make efforts since they realized themselves as non-heterosexual women until they were married to be themselves.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Nur Khayati
Abstrak :
Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan merupakan kemampuan setiap individu untuk mencari pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Aksesibilitas bagi LSL sangat penting terkait dengan tujuan pengobatan bagi mereka dan dalam pengelolaan manajamen pandemi HIV. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional, purposive sampling. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan LSL dalam mengakses fasilitas pelayanan di Daerah Istimewa Yogyakarta, telah di laksanakan pada bulan Juli 2023 di Poliklinik Edelweis RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dengan melibatkan 60 responden, Yogyakarta. Hasil: Proporsi karakteristik demografi responden terdiri atas usia terbanyak adalah kelompok umur 24-45 tahun (65%), tidak menikah (90%), pendidikan tinggi (60%), bekerja (81,7%). Tidak ada hubungan antara status demografi responden dengan perilaku LSL dalam mengakses fasilitas kesehatan (p value usia 0,929, p status pernikahan 0,554, p pendidikan 0,929 dan p pekerjaan 1,00 (p hitung > α 0,05). Responden yang memiliki aksesibilitas pelayanan baik (38,3%) seluruhnya selalu mengakses fasilitas kesehatan, demikian pula 91,8% LSL yang memiliki akses tidak baik selalu mengakses fasilitas kesehatan. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kategori aksesibilitas yang dimiliki LSL dengan perilaku LSL dalam mengakses fasilitas kesehatan (p akses 0,276 (α > 0,05). ......Accessibility to health services is personal ability to seek health services who needed. Accessibility for MSM is very important in terms of treatment goals for their diseases as important as management of the HIV pandemic. This research is quantitative research with cross sectional methode and purposive sampling. The aim is to analyze factors related to MSM in accessing health service facilities in the special Region of Yogyakarta. This research was held in July 2023 at the Edelweiss Polyclinic of Dr Sardjito General Hospital of Yogyakarta, involved 60 respondents on it. Results: The demographic characteristic respondents showed the highest proportion is adult age (24-45 years old), not married (90%), has higher education (60%), has a job (81,7%). There is no relationship between the sociodemographic character respondents an the MSMS bevaior to access health care facilities (p age 0,929, p marital status 0,554, p education 0,929, p job 1,00 (> α 0,05). Respondents who have good service accessibility (38.3%) always access health facilities. MSM who have poor access always access healthcare facilities (91.8%). There isi no relationship between accessability to health care services and utilization of health facilities by MSM p 0,279 > α 0.05).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Dyah Prastuti
Abstrak :
Kelompok gay adalah bagian dari masyarakat. Orientasi seksual mereka yang berbeda Clengan kebanyakan orang menyebabkan mereka harus dilekatkan dengan berbagai anggapan serta stigma negatif Stigma negatif ini melekat begitu kuat ditambah lagi dengan adanya tekanan norma, baik norma budaya maupun norma agama. Kehadiran buku seri GAYa NUSAN'IlARA (GN), sebagai produk dari organisasi gay dengan nama yang sama, dimanfaatkan kalangan gay sebagai sarana komunikasi untuk mengetahui keberadaan 'kawan sehati' -nya. Selain itu, media ini juga dimanfaatkan sebagai media' edukasi dan informasi aemi memberikan gambaran seluas-luasnya mengenai kelompok gay. Penelitian ini dilakukan d.en gan tujuan mengungkapkan representasi kelompok gay yang muncul dalam buku seri GN ini. Di tengah gempuran pandangan negatif masyarakat terhadap gay, buku seri ini seolah menjadi angin segar bagi kehidupan kalangan gay sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing dari Pan & Kosicki dan Van Dijk. Supaya persoalan ini dapat dilihat dalam kemngka yang lebih utuh, digunakan kerangka analisis Critical Discourse Analysis (CDA) dari Norman Fairclough. Dalam buku seri GN ini ditemukan bahwa sebagian kelompok gay masih merasa bersalah dan berdosa akan identitas mereka, sementara sebagian yang lain sudah bisa menerima identitas mereka sebagai takdir Tuhan. Mereka juga merasa bahwa selama ini dipandang secara keliru oleh masyarakat walaupun mereka merasa sama normalnya dengan anggota masyarakat lainnya. Karena itulah mereka menganggap kondisi mereka sebagai suatu kondisi yang masih memprihatinkan dan butuh perbaikan. Kondisi ideal yang ingin dicapai adalah penerimaan yang lebih baik serta wacana yang lebih positif terhadap mereka. Dari representasi ini, terungkap bahwa buku s ri GN telah melakukan proses counter-hegemony terhadap mitos-mitos negatif tentang gay yang telah menghegemoni pemikiran sebagian besar masyarakat. Sebagai k kuatan counter-hegemony, buku seri ini melakukan dekonstruksi terhadap. penggambaran kehidupan mereka sebagat gay sekaligus medelegitimasi mitos yang menimpa mereka. Buku seri GN telah menjadi site of struggle dari pertarungan ideologi antara yang diyakini masyarakat umum {heteroseksrlal) dengan kelompok gay. Dalam wacana buku seri GN, kelompok gay telah.menjadi 'pemenang' dalam pertarungan ideologi tersebut. Gambaran tenta g representasi gay yang mu cui dalam buku seri GN serta proses komunikasi hegemonik dan counter-hegemonic yang terjadi di baliknya memperlihatkan satu hal ya·tu pentingnya melakufcan representasi secara tepat. Jika representasi tidak dilakukan secara tepat, bisa-bisa hal tersebut menimbulkan salah kaprah atau salah paham.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Citra Kartikasari
Abstrak :
ABSTRACT
Regensburg merupakan sebuah kota di Bavaria dengan masyarakat mayoritas Katolik Roma yang dikenal dengan pandangannya yang konservatif, khususnya terhadap isu queer. Meski demikian, setiap tahunnya Christopher Street Day (CSD) yang merupakan festival utama komunitas queer berhasil diselenggarakan di kota ini sebagai sebuah aksi politis. Dalam skripsi ini dibahas bagaimana pesan-pesan politis disampaikan oleh organisator melalui berbagai bentuk representasi yang tampak dalam lokasi, dekorasi, program maupun partisipan acara. Analisis dengan menggunakan teori representasi dan encoding-decoding Stuart Hall (1997) menunjukkan bahwa dalam CSD Regensburg, identitas queer direpresentasikan sebagai kelompok subordinat yang menuntut hak-hak mereka sebagai masyarakat dan warga negara. Selain itu, metode wawancara etnografis juga digunakan dalam skripsi ini untuk melihat pentingnya CSD bagi masyarakat queer Bavaria dan bagaimana pesan-pesan di dalamnya ditangkap dan dimaknai oleh para pengunjung dari berbagai latar belakang
ABSTRACT
Regensburg is a city located in Bavaria with Roman Catholic majority which is famous for the church?s conservative views particularly on queer issues. However, the main queer festival Christopher Street Day (CSD) is held annually in this place as a form of a political action. This thesis placed its focus on how the organizer encoded the political messages using various forms of representations as shown in the festival?s selected location, decoration, programs and participants. The analysis using Stuart Hall?s Representation and Encoding-Decoding (1997) theories has shown that in Regensburg CSD, queer identity is represented as the subordinated minorities who fight for their equal rights as the part of society and German citizen. Furthermore, the ethnographic interview method was used in this research in order to find out the importance of this yearly event for Bavarian queer and how the messages of CSD were decoded by festival guests of different backgrounds.
2016
S66498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elda Nisya Auliainsani
Abstrak :
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun undang-undang untuk mengkriminalisasi komunitas LGBT, termasuk pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia tentang mengkriminalkan kaum LGBT melalui Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) dan Peraturan Daerah Bogor tentang Pencegahan dan Penanganan Perilaku Penyimpangan Seksual. Dua kasus kontroversial tersebut menarik perhatian media dan aktivis, termasuk @WhatIsUpIndonesia (WIUI). Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana WIUI menegosiasikan ideologi pendukung dengan ideologi dominan dalam postingan Instagram mereka tentang kriminalisasi kaum LGBT. Korpus dua unggahan Instagram tentang kedua kasus tersebut dianalisis menggunakan analisis multimodal semiotik sosial dalam dua langkah: analisis tekstual dan analisis visual. Studi ini menemukan bahwa WIUI menegosiasikan nilai-nilainya yang relatif liberal dengan ideologi konservatif yang dominan di Indonesia dengan memilih ambivalensi melalui pergeseran fokus dan kurangnya kata penutup dalam rekontekstualisasi. Selain itu, meme yang digunakan juga membuktikan ambivalensinya dengan menggeneralisasi masalah dan memfokuskan perasaan kebingungan. Kesimpulannya, dua ideologi yang berlawanan dalam aktivisme media sosial dapat dinegosiasikan menggunakan ambivalensi daripada bersandar pada satu ideologi. Namun, keterbatasan penelitian ini menghalangi pemeriksaan menyeluruh tentang bagaimana WIUI berinteraksi dengan audiensnya. ......There have been numerous attempts to draft legislation to criminalize the LGBT community, including a statement from the Coordinating Minister for Political, Legal, and Security Affairs of Indonesia on criminalizing LGBT people through the proposed revision of Indonesia's Criminal Code (RKUHP) and Bogor's Regional Regulation on the Prevention and Countermeasures Against Sexually Deviant Behavior. The two controversial cases attracted attention from the media and activists, including @WhatIsUpIndonesia (WIUI). This qualitative study aims to examine how WIUI negotiates the supported ideology with the dominant ideology in their Instagram posts about criminalizing LGBT people. A corpus of two posts about the two cases is analyzed using social semiotic multimodal analysis in two steps: textual analysis and visual analysis. This study finds that WIUI negotiates its relatively liberal values with the dominant conservative ideology in Indonesia by choosing ambivalence through the shifting focus and lack of concluding remarks in the recontextualization. Furthermore, the memes also prove their ambivalence by overgeneralizing the issue and primarily conveying confusion. In conclusion, two opposing ideologies in social media activism can be negotiated using ambivalence instead of leaning towards only one. However, the limitations of this research prevented a thorough examination of how WIUI interacts with its audience.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Andajani
Abstrak :
Sebagai negara yang menandatangani Konvensi Beijing, Indonesia memiliki mandat dan tanggung jawab untuk mempromosikan, melindungi dan memnuhi hak warga negaranya akan hak-hak kesehatan seksual abd reproduksi, tanpa diskriminasi. Artikel ini menunjukan bahwa, situasi penegakkan hak-hak asasi manusia akan kesehatan seksual dan reproduksi adalah sangatlah jauh dari harapan. Tukisan ini mengangkat wacana akan peran polisi dan masyarakat awam, kelompok vigilante, dalam melakukan razia di hotel-hotel dan tempat-tempat yang dinyatakan rentan akan perilaku seksual menyimpang. Yang kesemuanya itu menumpuk rasa takut dan mereka kelompok ragam identitas gender dan seksualitas tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan. Razia polisi yang diwacanakan sebagai agenda penegakkan moralitas masyarakat dan eksploitasi media massa dengan gambar yang seram, tidak santun, bahasa yang melcehkan justru makin melestarikan stigma sosial terhadap kelompok LGBT. dan minoritas seksual lainnya haruslah dihentikan.
362 JP 20:4 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
A Companion to Lesbian, Gay Bisexual, Transgender, and Queer Studies is the first single-volume survey of current discussions taking place in this rapidly developing area of study. -- The Companion breaks new ground for scholarship on gender and sexuality. Recognizing the multidisciplinary nature of the field, the editors gathered original essays by established and emerging scholars, addressing the politics, economics, history, and cultural impact of sexuality. The book engages the futures of queer studies by asking what sexuality stands in for, what work it does, and how it continues to structure discussions in various academic disciplines as well as contemporary politics. --Book Jacket.
Hoboken : Wiley Balckwell, 2015
306.766 COM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiansah Safutra
Abstrak :
Pada tanggal 1 Juli 2020 perusahaan transportasi Deutsche Bahn merilis kampanye iklan bertema pride dengan mengangkat konteks festival Christopher Street Day, yang pada tahun ini tidak dapat diadakan karena pandemi. Di satu sisi, iklan ini memperlihatkan pengakuan dan dukungan bagi komunitas LGBTQI+. Namun, di sisi lain iklan ini juga memunculkan anggapan bahwa Deutsche Bahn menggunakan LGBTQI+ sebagai strategi pemasaran belaka. Iklan bertema pride tersebut menampilkan polemik karena menampilkan stereotip kelompok LGBTQI+, yang dapat membentuk opini publik secara negatif dan tidak merepresentasikan kelompok LGBTQI+ secara utuh. Artikel ini membahas penggunaan stereotip dalam iklan Deutsche Bahn Christopher Street Day 2020 dengan mengamati dan menganalisis secara semiotik elemen-elemen yang diguanakan dalam iklan. Pemaknaan terhadap hasil analisis tekstual tersebut memperlihatkan bahwa melalui iklan ini Deutsche Bahn membentuk citra sebagai perusahaan yang inklusif terhadap kelompok LGBTQI+. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa secara umum masyarakat Jerman menerima keberadaan kelompok LGBTQI+ dan mendukung persamaan hak bagi kelompok ini dalam masyarakat. ......On July 1st, 2020, German railways company Deutsche Bahn released a campaign to celebrate Christopher Street Day digitally. Despite the message embedded in the campaign, which shows Deutsche Bahn’s acknowledgement and support towards the LGBTQI+, the advertisement video sparked a polemic in social media. On the one side, this video conveys a message to support Christopher Street Day, which serves as one of the platforms to fight for rights equality. On the other side, however, the video uses stereotypical images of the LGBTQI+, which might mislead public opinion on LGBTQI+. By analysing the video using the semiotical approach, this research aims to reveal the constructed meaning behind the video. The findings of this research show that through the campaign video, the stateowned Deutsche Bahn builds its image as an inclusive company and that the German society, in general, supports the LGBTQI+ and acknowledge this group as an equal member of German society.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan
Abstrak :
ABSTRAK
Populasi gay meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Hal tersebut berdampak pada resiko peningkatan angka kejadian HIV dan AIDS, akibat perilaku seksual beresiko yang mereka jalani. Ketika mereka sakit dan membutuhkan perawatan, perawat sebagai tenaga kesehatan akan memberikan layanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti persepsi, pengetahuan dan sikap yang mereka tunjukan. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi persepsi perawat tentang asuhan keperawatan pada klien gay dengan HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif deskriptif dengan teknik purposive sampling, dan jumlah partisipan sebanyak lima belas orang partisipan. Data dianalisa menggunakan analisa tematik. Hasil penelitian menghasilkan enam tema yaitu persepsi perawat yang tidak sejalan dengan sikap dan pengetahuannya di fase awal asuhan keperawatan, pengkajian komprehensif pada klien gay dengan HIV/AIDS, penegakkan diagnosa keperawatan pada klien gay dengan HIV/AIDS yang hanya berfokus pada masalah fisik, intervensi keperawatan yang terintegrasi pada klien gay dengan HIV/AIDS, hambatan klien dan perawat dalam proses asuhan keperawatan, dan kebutuhan perawat untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien gay dengan HIV/AIDS. Kesimpulannya yaitu asuhan keperawatan yang optimal pada klien gay dengan HIV/AIDS dapat diberikan jika proses keperawatan yang dilakukan sesuai dengan respons, kebutuhan dan kondisi klien oleh karena itu perawat perlu meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya.
ABSTRACT
The gay population has been increased significantly from year to year. This can lead to the risk of increasing HIV and AIDS incidence. When they are getting sick and need health service, nurse as a health provider will provide health care in the form of nursing care. The nursing care provided by the nurses is influenced by several aspects such as their perceptions, knowledge and attitudes. This study aims to explore nurse perception about nursing care for gay clients with HIV / AIDS. This research used descriptive qualitative design with purposive sampling technique, and the number of participants are fifteen participants. Data were analyzed using thematic analysis. This study resulted six themes consist of: nurses perceptions which were inconsistent with their attitudes and knowledge in the early phase of nursing care, comprehensive assessment of gay clients with HIV / AIDS, nursing diagnosis of gay clients with HIV / AIDS focused on physical problems, integrated nursing intervention with gay clients with HIV / AIDS, client and nurse barriers in nursing care processes, and nurses needs to improve quality of nursing care in gay clients with HIV / AIDS. In conclusion that optimal nursing care on gay clients with HIV / AIDS can be given if the nursing process in accordance with the clients response, needs and conditions therefore nurses need to improve their knowledge and skills.
Depok: Univesitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2018
T50241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deborah Baninya Putri Marlin
Abstrak :
Filipina merupakan negara dengan mayoritas penduduk yang menganut agama Katolik konservatif. Tingginya nilai-nilai keagamaan di Filipina mendasari adanya diskriminasi terhadap kaum LGBT. LAGABLAB Network hadir sebagai jaringan advokasi LGBT di Filipina. LAGABLAB Network melakukan upaya-upaya untuk mendorong Senate dan House of Representatives, hingga akhirnya pada tahun 2017 House of Representatives meloloskan SOGIE Bill pada tahap 3rd Reading. Oleh karena itu penulis menggunakan pertanyaan `Bagaimana upaya LAGABLAB Network dalam mendorong disetujuinya SOGIE Bill oleh House of Representatives tahun 2017. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan teori Aktivisme Politik oleh Pippa Norris dan teori Civil Society dari Larry Diamond. ...... The Philippines is a country with the majority of people being adherents of conservative Catholicism. The high religious values in the Philippines is the main reason why LGBT people being discriminated. LAGABLAB Network was made as an LGBT advocacy network in the Philippines. LAGABLAB Network is making efforts to encourage the Senate and the House of Representatives, until finally in 2017 the House of Representatives passed the SOGIE Bill in the 3rd Reading. Therefore, the writer uses the question "What is the effort of LAGABLAB Network in encouraging the approval of SOGIE Bill by the House of Representatives in 2017. In conducting research, the author uses Political Activism Theory by Pippa Norris and the Civil Society Theory from Larry Diamond.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>