Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The development of male hormonal contraception is based on a decrease in sperm concentration without affecting libido and sexual potency. The combination of depot medroxy progesterone acetate (DMPA) + extract of Javanese long pepper (JLP) with dosages of 0.94 mg and 1.88 mg decreas es the concentration of spermatozoa. However, it remains unknown whether the combination influences body weight, hematology, and blood biochemistry. Therefore, it is necessary to investigate the effect of DMPA + JLP extracts on the body weight, hematology, and blood biochemistry of male rats (RattusnorvegicusL.) using Sprague-Dawley strains.
The research uses a completely randomized design (CRD); one group control and two treatment groups. In the first group, the castrated rats were given oral administration extracts of JLP (CJ) with doses of 0, 0.94, 1.88, 2.82, and 3.76 mg. In the second group, the rats were injected with 1.25mg DMPA and given an oral administration extract of JLP. Injection was given in week-0 and 12. Administration was conducted every day from week 7-18. Analysis of the normality and homogeneity of data is done before the ANOVA test. Data that is abnormal and not homogeneous are tested with non-parametric statistical Kruskal-Wallis.
This study shows that the combination of minimal doses of DMPA and administration variousdoses of extracts of JLP does not affect body weight and hematology (erythrocyte, hemoglobin, hematocrite), and the blood biochemistry of rats, such as the values of SGPT, SGOT, HDL, and triglycerides (p< 0.05), but rather the total cholesterol and LDL (p< 0.05). Furthermore, it is concluded that the combination of the minimal dosage of DMPA and weaned various dosages of JLP extracts affect the total value and LDL cholesterol but do not influence body weight, nor hematology and blood biochemistry. Such combinations can be drawn on for asafe male contraceptive model t by taking into account the value of the total cholesterol and LDL during its use."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Siupplement UI, 1990
613.95 H 422;613.95 HUB (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Amelia
"

Pendahuluan: Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan holistik berperan penting dalam membantu pasien kanker mengatasi permasalahan seksual yang mereka hadapi. Namun, sikap dan keyakinan perawat pada aspek seksual berpotensi menghambat pelaksanaannya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang bisa memengaruhi sikap dan keyakinan perawat pada aspek seksual. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional di tiga rumah sakit yang melayani pasien kanker di Kota Palembang. Sebanyak 218 perawat diambil dengan metode acak sederhana. Karakteristik demografi, instrumen SHKS, SHCS-A dan SABS digunakan dalam penelitian ini. Hasil: Pengetahuan (p = 0,02), ketidaknyamanan (p = < 0,001) dan ketidakpastian (p = 0,04) merupakan faktor penentu sikap dan keyakinan perawat pada aspek seksual, dimana ketidaknyamanan sebagai prediktor dominan. Kesimpulan: Perawat membutuhkan dukungan dari Institusi untuk mengatasi hambatan saat memberikan asuhan keperawatan aspek seksual. Rekomendasi: Pendidikan dan pelatihan diperlukan perawat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan rasa percaya diri perawat saat memberikan asuhan keperawatan aspek seksual.


Introduction: Nurses, as providers of holistic nursing care, play a crucial role in helping cancer patients overcome the sexual problems they face. However, nurses’ attitudes and beliefs about sexual aspects have the potential to hinder its implementation. Objective: This study aims to identify factors that can influence nurses’ attitudes and beliefs regarding sexual aspects. Methods: This study uses a quantitative method with a cross sectional design at three hospitals that serve cancer patients in Palembang City. A total of 218 nurses were selected using simple random sampling. Demographic characteristics, SHKS, SHCS-A and SABS instruments were used in this study. Results: Knowledge (p = 0,02), discomfort (p < 0,001) and uncertainty (p = 0,04) are determinants of nurses’ attitudes and beliefs about sexual aspects, with discomfort being the dominant predictor. Conclusion: Nurses need institutional support to overcome barriers when providing nursing care for sexual aspects. Recomendation: Education and training are necessary for nurses to enhance their knowledge, attitudes and confidence when providing nursing care for sexual aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"Konsistensi penggunaan kondom pada Penasun masih rendah. Menurut Laporan STBP 2013, konsistensi penggunaan kondom pada Penasun sebesar 17% pada pasangan tetap, 17% pasangan tidak tetap dan 16% pasangan komersial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan penggunaan kondom pada Penasun di 4 Kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data STBP Penasun tahun 2013. Cara pengambilan sampel STBP Penasun adalah Responden Driven Sampling (RDS). Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariabel. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penggunaan kondom pada saat berhubungan seks sebesar 18% pada pasangan tetap, 17% pada pasangan tidak tetap, 17% membeli seks dan 5% menjual seks. Determinan penggunaan kondom pada 4 pasangan berbeda, namun tidak memiliki kondom selalu ada pada semua jenis pasangan. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tetap adalah tidak memiliki kondom, tidak merasa berisiko, pengetahuan rendah, tidak mengakses LASS, tidak menikah dan merasa kondom tidak bermanfaat dalam mencegah HIV merupakan determinan dari perilaku penggunaan kondom Penasun pada pasangan tetap. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tidak tetap adalah tidak memiliki kondom dan tidak menikah merupakan determinan penggunaan kondom Penasun pada pasangan tidak tetap. Determinan penggunaan kondom pada Penasun yang membeli seks adalah tidak memiliki kondom merupakan determinan penggunaan kondom Penasun saat membeli seks.

Consistent condom use in IDUs remains low. According to the report IBBS 2013, the consistent use of condoms in 17% IDU steady partner, 17% of couples are not fixed and 16% commercial partner. This study aims to look at the determinants of condom use among IDU in four cities in Indonesia. This study uses IBBS IDU 2013. How sampling IBBS IDU is Respondent Driven Sampling (RDS). Analysis of univariate, bivariate and multivariable. The results showed the proportion of condom use during sex by 18% on a regular partner, 17% on casual partners, 17% and 5% purchase sex sell sex. Determinants of condom use on four different couples, but does not have a condom always exist in all types of couples. Determinants of condom use on a regular partner is not having a condom, do not feel at risk, low knowledge, no access LASS, not married and feel condoms are not useful in preventing HIV is a determinant of condom use behaviors of IDUs in couples staying. Determinants of condom use in casual partners is not to have condoms and abstaining from marriage is the determinant of condom use in casual partners of IDUs. The Determinants of condom use among IDU who buy sex is not having a condom is a determinant of the use of condoms when buying sex IDU.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Adzani
"Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan data sekunder SDKI KRR 2012 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor individu dan lingkungan yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada remaja pria yang aktif secara seksual di Indonesia. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 590 orang. Diantara remaja pria belum menikah yang pernah melakukan hubungan seksual hampir setengah (45%) dari mereka aktif secara seksual dan lebih dari tiga perempat (76,3%) dari mereka tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom meliputi: pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS; persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan; persepsi risiko kehamilan pasangan seks; paparan informasi/ iklan kondom dari media massa; edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan wilayah tempat tinggal. Adapun ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan? merupakan prediktor terkuat pada penelitian ini (OR=2,5) dan faktor ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah penularan IMS termasuk HIV/AIDS? merupakan variabel pengontrol (confounding). Hasil penelitian ini menyarankan untuk membentuk wadah peduli remaja di sekolah atau universitas dan mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja yang sudah ada.

The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Eri
"Saat ini transmisi seksual merupakan faktor utama penyebaran penyakit HIV-AIDS di Indonesia. Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan bagian yang berkontribusi didalamnya. Wanita Pekerja Seks Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual yang tujuan utama transaksinya mempertukarkan pelayanan seksual dengan uang. Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual tapi bukan merupakan sumber utama pendapatan, pelayanan yang diberikan dapat memberikan penghasilan tambahan. Program promosi pemakaian kondom pada hubungan seksual berisiko telah dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penularan. Namun hingga saat ini konsistensi pemakaian kondom pada WPS masih rendah. Penelitian ini menggunakan data hasil Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) 2013 dengan memilih 2714 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan karakteristik, perilaku pemakaian kondom dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom. Penelitian menggunakan desain cross sectional.
Hasil penelitian ditemukan bahwa konsistensi pemakaian kondom pada WPSL 37,7% dan WPSTL sebesar 35.6%, konsistensi untuk semua WPS sebesar 36.9%. WPSL cenderung lebih tua, pendidikan lebih rendah, lebih banyak yang berstatus cerai, lebih lama menjadi WPS, lebih dini memulai hubungan seks, lebih banyak memiliki riwayat IMS, lebih merasa berisiko, lebih terpapar program, lebh banyak yang punya kondom dan jumlah pelanggan yang lebih banyak dibandingkan WPSTL. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSL adalah status perkawinan, riwayat IMS, keterpaparan program, dan kepemilikan kondom. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSTL adalah status perkawinan, riwayat IMS, pengetahuan HIV, keterpaparan program, kepemilikan kondom dan jumlah pelanggan. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada WPS dengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik WPS.

Sexual transmission is currently a major factor spread of HIV-AIDS in Indonesia. Female Sex Workers (FSW) is a contributing part in it. Direct female sex workers are women who provide sexual services whose main purpose transaction exchange sexual services for money. Indirect female sex workers are women who provide sexual services but is not a major source of income, the service to provide additional income. Program promotion of condom use in risky sexual intercourse has been done by the government to break the chain of transmission. But until now the consistency of condom use in the FWS is still low. This study uses data from the Integrated Biological and Behavioural Survey (IBBS) 2013 by choosing the 2714 respondents who meet the inclusion and exclusion criteria. The purpose of this study was to compare the characteristics, behavior condom use and determine the factors associated with condom use. The study used cross sectional design.
Results of the study found that consistent condom use in direct FSW and indirect FSW amounted to 37.7% and 35.6%, for all WPS consistency of 36.9%. WPSL tend to be older, lower education, more are divorced, longer be WPS, more had a history of STIs, it was risky, more exposed to the program, more who had condoms and the number of customers more compared indirect FSW. Factors associated of condom use on direct FWS is the marital status, history of STDs, exposure program, and possession of condoms. Factors associated of condom on indirect FWS is marital status, history of STIs, HIV knowledge, exposure program, have condoms and number of customers. We suggested to increase promotive and preventive efforts on FWS with the approach adapted to the characteristics of the FSW.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T44790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walker, Richard
London: De Agostini, 1996
306.7 WAL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Remaja merupakan masa kritis dari masa pertumbuhan selain pada masa toddler. Salah satu perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada masa ini adalah tentang reproduksi. Pada masa ini pula, remaja sangat rentan untuk mengalami masalah kesehatan reproduksi seperti infeksi menular seksual, kehamilan yang tidak diinginkan dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan remaja dengan perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah sampel 50 responden tetapi yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 56 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan remaja perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi (p value = 0,421; α = 0,05). Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori dan penelitian terdahulu disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini. Penelitian ini merekomendasikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja lebih ditingkatkan lagi.
Kata kunci : kesehatan reproduksi,pengetahuan, perilaku, remaja"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5892
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hogan, Rosemarie Mihelich
Norwalk, Connecticut: Appleton-Century Crofts, 1980
306.7 HOG h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tasripin
"Tarif pemeriksaan IMS di Puskesmas Mangga Besar hingga saat ini sebesar Rp. 20.000,- per kunjungan. Apabila biaya tersebut ditingkatkan ada kemungkinan daya beli masyarakat menjadi lebih rendah. Sementara apabila diturunkan ada kemungkinan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap mutu layanan yang ada. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui besar tarif pemeriksaan IMS di Klinik Jelia Puskesmas Mangga Bcsar Jakarta Barat yang rasional dengan memperhatikan biaya satuan. tingkat pemulihan biaya, tingkat kemampuan dan kemauan membayar masyarakat Jenis penelitian ini adahth study analitik dengan pendekatan perhitungan cost ana/isis. Metode analisis biaya yang digunakan adalah, Activity Based Costing (ABC) yang menelusuri biaya berdasarkan Clinical Pathway, selain itu juga mengumpulkan data mengenai tingkat kemampuan dan kemauan membayar (ATP/WTP) dari responden selaku pengguna layanan pemeriksaan IMS. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa biaya pemeriksaan IMS dari biaya invest.asi langsung Rp. l6.077.489,10,- sedangkan biaya operasional langsung diketahui scbesar Rp. 237.970.301,dengan komponen terbesar terdapat pada biaya gaji pegawai sebesar Rp. 149.ll8,504,-. Biaya tidak langsung pada pemeriksan IMS sebesar Rp. 148.719.898,- atau 36,9% dari biaya total. Biaya total pemeriksaan IMS di Klinik Jelia Puskesmas Mangga Besar tahun 2007 adalah sebesar Rp. 402.767688,-. Biaya terbesar terdapat pada biaya operasional langsung yaitu Rp. 237.970301,- atau 59% dari total biaya. Biaya satuan pemeriksaan IMS sebesar Rp. 223.388,-. CRR pemeriksaan IMS di Klinik Jelia pada tahun 2007 sebesar 8,95% ATP berkisar antara Rp. 32.250,- hingga Rp. 517500,-, dengan nilai tengah Rp. 114.500 ? WTP berkisar antara Rp. 10.000,- dengan Rp. 200.000,·, dengan nilai rata-ram Rp. 53203,·dan ni!ai rengah Rp. 37.500,-. ATP lebih tinggi daripada WTP. Tarif pemeriksaan IMS yang rasional berdasarkan simulasi ditetapkan sebesar Rp. 75.000,-. Saran yang disampaikan adalah perlu dilakukan penelitian yang lebih komprehensif tentang biaya pemeriksaan IMS, utilisasi terhadap pemeriksaan IMS harus selalu ditlngkatkan, pcndampingan kepada kelompok penjaja seks komersial harus selalu digalakan, perlu adanya usulan penetapan tarif pemeriksaan IMS, Dinas Kesehatan Provinsi DKJ Jakarta perlu mengupayakan koordinasi yang lebih baik dengan Suku dinas dan Puskesmas dalam pemmggulangan lMS. Dengan demikian dihatapkan adanya intervensi yang berkelanjutan untuk dapat menurunkan kasus HIV sehingga dapat meningkatkan produktiivitas dan kesejahteraan masyarakat.

The Sexual Infectious Disease (SID} medical checkup tariff at Mangga Besar Public Health Center is only Rp 20,000 for each visit. If the current price is raised, it is afraid that public purchase interest is declining. On the contraryif it is decreased, there is a possibility of public lessening trust on the quality served. The purpose of the study is to acquire the rational cost of SJD medical checkup at Jelia Clinic Mangga Besar Public Health Center West Jakarta by focusing on the unit cost, recovery cost levet. and public purchase ability and interest. The srudy ls analytical study with the cost analysis approath. Cost analysis method used is Activity Based Costing (ABC} which traces cost based on Clinical Pathway, and atso collect data pertaining public purchase ability and interest of the respondents as the customers of the SiD medical checkup services. It is derived from the srudy that SID medical checkup cost is Rp.16.077.489.10,- of the total direct investment cost; while direct operational cost is Rp. 237.970.301,- with the biggest component is on employee salary with the amount of Rp. 149.118504,-. SID medical checkup indirect cost is Rp. 148.719.898,- or 36,9% of the total cost. The total cost of SID medical checkup at ? is Rp. 53.203,- and median is Rp. 37.500,-. ATP is higher tban WTP. It is determined that the SID medical checkup rational oost based on the simulation is Rp. 70.000,-. It is suggested that further comprehensive study on SID medical checkup cost and utilization on SID medical checkup are to be improvesociety's for commercial sexual workers needs to be enhanced, DKl Jakarta Health Office needs to coordinate better with Sub Health Office and Public Health Center, and the scheme of SID medical checkup cost settlement is needed. To sum up, it is hoped that there is a sustained intervention to lessen HIV cases in order to improvesociety's productivity and wealth."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20916
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>