Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sandra Catherine Heru Utomo
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu hambatan yang sering ditemui wanita di tempat kerja adalah pelecehan seksual. Dalam menghadapi pelecehan seksual reaksi yang dianggap paling menguntung- kan bagi korban adalah reaksi asertif, karena reaksi ini dapat meninimalkan emosi negatif yang timbul setelah pelecahan seksual. Reaksi asertif meliputi ekspresi pera- saan, pendapat dan keinginan korban secara jelas, langsung dan jujur. Halaupun demikian wanita seringkali terhambat untuk bertindak asertif, karena perilaku tersebut tidak sesuai dengan peran jenis kelamin yang diharapkan ada pada wanita. Selama ini wanita lebih diharapkan untuk bertindak pasif, submisif dan nonasertif sesuai dengan stereotip peran jenis kelanin yang telah diterima luas dalam masya- rakat. Wanita yang secara kaku berpikir dan bertindak sesuai stereotip peran jenis kelamin dapat dikatakan sebagai wanita yang berpandangan peran jenis kelamin tradisional; wanita ini sulit untuk bertindak di luar stereotip yang ada. Sedangkan wanita yang berpandangan peran jenis kelamin nontradisional lebih fleksibel dalam berpikir dan bertindak di luar stereotip. Dalam penelitian ini akan dilihat apakah terdapat perbedaan reaksi antara wanita yang berpandangan peran jenis kelamin tradisional dan nontradisional dalam menghadapi pelecehan seksual di tempat kerja. Jenis reaksi yang akan dilihat digolongkan menjadi asertif, pasif agresif, agresif dan nonasertif.

Dalan penelitian ini terdapat 42 subyek yang menda- patkan alat penelitian berupa skala yang nengukur pandan- gan peran jenis kelamin dan kuesioner reaksi terhadap pelecehan seksual. Selain itu juga dilakukan wawancara sebagai probing atas jawaban-jawaban subyek pada kuesion- er. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan reaksi antara wanita yang berpandangan peran jenis kelamin tradisional dan nontradisional dalam mengha- dapi pelacehan seksual di tempat kerja.

Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa reaksi asertif adalah reaksi yang paling menguntungkan karena tidak menimbulkan reaksi emosional negatif pada diri korban, dan hubungan korban dengan pelaku tetap baik setelah pelecehan. Namun hanya sebagian kecil subyek yang melakukan reaksi ini, dan mereka masih sulit membedakan reaksi asertif dari reaksi agresif dan nonasertif. Untuk itu peneliti menyarankan untuk mengembangkan suatu pélati- han asertif bagi para wanita, khususnya untuk menghadapi pelecehan seksual. Untuk penelitian selanjutnya juga disarankan untuk melihat lebih jauh perilaku agresif pada wanita, untuk memperbaiki skala pengukuran, nemperbaiki metoda wawancara serta meneliti self-blame pada korban pelecehan.
1995
S2542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library