Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cintaka Bayu Venesa
Abstrak :
ABSTRAK
Hubungan interaksi antara laki-laki dan perempuan selalu saja menarik untuk dibicarakan. Salah satu permasalahan yang timbul dalam interaksi antara lakilaki dan perempuan adalah masalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual dapat teijadi pada siapa saja dan pada berbagai kesempatan. Pelecehan seksual dapat teijadi di tempat umum, dalam kendaraan umum, di kantor, di sekolah, dalam lingkungan militer, dalam keluarga dan berbagai kesempatan lainnya. Karyawati, mahasiswi, ibu rumah tangga, pelajar, remaja, orang dewasa, anak-anak, laki-laki maupun perempuan memungkinkan untuk menjadi korban pelecehan seksual. Pada penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa perempuan lebih sering merasa mengalami pelecehan seksual dibandingkan dengan laki-laki. Dari hasil penelitian juga diketahui korban pelecehan dapat mengalami akibat yang negatif dari pengalaman pelecehan. Pada beberapa kasus, akibat yang dialami korban pelecehan dirasakan sangal mengganggu kehidupan pribadinya. Berbeda dengan korban pelecehan di tempat umum, korban pada pelecehan seksual di sekolah muU tidak mau akan tetap bertemu dengan pelaku setelah peristiwa pelecehan yang menyakitkan dan tidak diinginkan tersebut dialaminya. Reaksi yang dipilih korban pada pelaku pelecehan juga sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan interaksi selanjutnya antara korban dengan pelaku. Untuk dapat meneliti lebih jauh mengenai pelecehan seksual yang terjadi dalam lingkungan sekolah maka peneliti melibatkan pelajar putri SMP sebagai subyek penelitian. Suatu tindakan dipersepsikan sebagai bentuk pelecehan seksual karena tindakan tersebut tidak diinginkan oleh korban yang merasa dilecehkan. Sebagian korban berperilaku agresif, asertif dan non asertif ketika dilecehkan. Korban juga memiliki kecenderungan menyalahkan diri sendiri, sementara yang lainnya tidak menyalahkan diri sendiri. Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai reaksi yang ditunjukkan pelajar putri sebagai korban pada pelaku pelecehan dalam lingkungan sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuesioner untuk mengetahui reaksi asertif, agresif dan non asertif yang ditunjukkan pelajar putri ketika mengalami pelecehan seksual, dan skala untuk mengetahui reaksi menyalahkan diri sendiri atau tidak menyalahkan diri sendiri. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa temyata sebagian besar subyek (pelajar putri) menampilkan perilaku agresif atau asertif ketika mengalami pelecehan seksual di sekolah. Jumlah subyek yang menampilkan reaksi agresif (48,1 %) sedikit lebih banyak dari jumlah subyek yang bereaksi asertif (39,4 %). Hanya sedikit saja subyek yang memilih untuk bereaksi non asertif (12,5 %). Selain reaksi asertif, agresif dan non asertif, peneliti juga tertank untuk mengetahui reaksi menyalahkan diri sendiri yang mungkin dirasakan oleh subyek. Dari hasil penelitian diketahui bahwa temyata sebagian besar yang mengalami pelecehan di sekolah, tidak menunjukkan reaksi menyalahkan diri sendiri (84,6 %). Pada analisa mengenai hubungan antara perilaku asertif, agresif, dan non asertif yang ditampilkan subyek dalam reaksi menyalahkan diri sendiri, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku asertif, agresif dan non asertif dalam reaksi menyalahkan diri sendiri pada pelajar putri berkaitan dengan masalah pelecehan seksual disekolah. Peneliti merasa masih banyak kekurangan pada penelitian ini. Bentuk pelecehan yang dialami pelajar putri cukup beragam. Sebagian mengalami bentuk pelecehan ringan, sedang dan berat Bentuk pelecehan yang berbeda memungkinkan subyek untuk menunjukkan reaksi yang berbeda pula. Perbedaan bentuk pelecehan ini kurang diperhatikan oleh peneliti dan mungkin mempengaruhi subyek dalam menentukan reaksi asertif, agresif, non asertif serta kecendemngan untuk menyalahkan diri sendiri.
2002
S2808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Kumalasari
Abstrak :
Penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh dari pengalaman pelecehan seksual di tempat umum, coping respon yang digunakan, dan peran gender terhadap objektifikasi diri pada perempuan. Pengukuran pengalaman pelecehan seksual di tempat umum dilakukan dengan menggunakan modifikasi alat ukur Sexual Experiences Questionnaire (SEQ) (Fitzgerald et al, 1995) oleh Fairchild dan Rudman (2008), coping respon dengan alat ukur Coping with Harassment Questionnaire (CHQ) (Fitzgerald, Hulim, & Drasgow,1994) yang dimodifikasi oleh Fairchild dan Rudman (2008), peran gender diukur dengan Atittudes toward Women Scale (Spence dan Helmreich, 1972) dan objektifikasi diri diukur dengan modifikasi alat Objectified Body Consciousness Scale (OBCS) (McKinley & Hyde, 1996) oleh Fairchild dan Rudman (2008). Responden dalam penelitian ini adalah 140 perempuan dewasa muda yang tersebar di seluruh wilayah Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh dari pengalaman pelecehan seksual di tempat umum terhadap objektifikasi diri. Namun terdapat pengaruh dari coping respon yang digunakan terhadap objektifikasi diri. Coping respon self blame atau menyalahkan diri sendiri memberikan sumbangan paling besar dibandingkan jenis coping yang lain. Selain itu terdapat juga pengaruh dari peran gender terhadap objektifikasi diri. ......This study aims to find effect of experiencing public harassment, coping response, and gender role toward self objectification among adult women. Experiences of public harassment was measure using a modification instrument Sexual Experiences Questionnaire (SEQ) (Fitzgerald et al, 1995) by Fairchild and Rudman (2008), coping response using modification Coping with Harassment Questionnaire (CHQ) (Fitzgerald, Hulim, & Drasgow,1994) by Fairchild and Rudman (2008), gender role using instrument Atittudes toward Women Scale (Spence dan Helmreich, 1972) and self objectification using modification of Objectified Body Consciousness Scale (OBCS) (McKinley & Hyde, 1996) by Fairchild and Rudman (2008). Participants of this study are 140 adult women who lives in Jabodetabek. The result shows that there is no significant effect of experiencing public harassment toward self objectification. However there is significant effect from coping response toward self objectification. In addition coping response self blame give huge contribution than others coping. The result also shows there is significant effect from gender role toward self objectification.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurcahyo Budi Waskito
Abstrak :
ABSTRAK
Pelecehan seksual sebenarnya bukanlah fenomena sosial yang baru muncul dalam masyarakat. Karena sejak jaman prasejarah hingga jaman Majapahit hal tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan. Pada masa modem ini tepatnya sejak dekade 70-an mulai muncul kesadaran mengenai pentingnya fenomena pelecehan seksual untuk diperhatikan. Banyak penelitian yang meraaparkan fakta mengenai peristiwa pelecehan ini menunjukkan bahwa pelecehan seksual lebih banyak menimpa kaum wanita dan interaksinya bersifet heteroseksual. Namun hanya sedikit peneliti yang tertarik untuk menelaah sisi pelakunya. Ketika teijadi suatu pelecehan maka terdapat dua pihak yang terlibat secara langsung yaitu si korban dan sang pelaku. Penelitian yang ada selama ini jarang sekali meneliti fenomena pelecehan seksual melalui sudut pandang pelakunya. Terdapat beberapa pendekatan yang dipergunakan untuk menjelaskan teijadinya peristiwa pelecehan seksual, dan salah satu yang dapat dipergunakan adalah pendekatan psikologi sosial melalui proses atribusi. Atribusi merupakan proses penyimpulan yang dilakukan seseorang untuk mengetahui penyebab yang berperan bagi kemunculan suatu tingkah laku. Salah satu teori atribusi yang dapat menjelaskan perilaku pelecehan secara komprehensif adalah teori Atribusi Kelley (1973). Dalam teori ini dijelaskan mengenai skema dan model yang dapat dipergunakan individu untuk menyimpulkan suatu peristiwa yang tergantung pada kepemilikan 3 informasi yang lengkap yaitu informasi Distinksi, Konsistensi dan Konsensus. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses atribusi pelaku terhadap perilaku pelecehan seksual yang dilakukannya. Selain itu dapat diketahui faktor apa yang menjadi penyebab teijadinya pelecehan seksual berdasarkan sudut pandang pelakunya. Melalui penelitian ini diharapkan penelitian dapat memberikan Pemahaman yang berarti pada masyarakat mengenai pelecehan seksual terhadap wanita sebagai suatu fenomena penlaku seksual antara pria dan wanita Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian "Bagaimana proses atribusi pelaku tindakan pelecehan seksual terhadap tingkah laku pelecehan seksual yang dilakukannya ?" Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui desain penelitian survey dan studi kasus. Dengan pendekatan dan desain penelitian yang ada ditentukan 2 metode pengumpulan data, yaitu metode survey kuesioner dan wawancara mendalam. Instrumen yang dipergunakan adalah kuesioner pelecehan seksual, pedoman wawancara dan catatan lapangan. Karakteristik sampel dari penelitian ini adalah pelaku pelecehan seksual yang begenis kelamin pria, memenuhi kriteria pelaku yang ditetapkan dan menjadi ma^iswa di perguruan tinggi di Jakarta dan sekitamya. Pengambilan sampel dilakukan secara aksidental {accidental sampling karena tema yang diteliti cukup sensitif bagi sebagian orang, metode ini lebih mudah, cepat dan ekonomis digunakan dengan keterbatasan yang dimiliki. Jumlah sampel penelitian kuantitatif sebanyak 298 pelaku mahasiswa dengan jumlah minimal N=30 sedangkan jumlah sampel pada penelitian kualitatif sebanyak 4 orang responden dengan minimal N=l. Data yang berasal dari hasil kuesioner diolah dengan menggunakan metode statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan kemudian dianalisis untuk didapatkan gambaran mengenai proses atribusi yang dilakukan pelaku terhadap tingkah laku pelecehan yang dilakukannya. Sedangkan hasil kualitatif diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode perbandingan antar kasus {analytic comparison), dan penggambaran intra kasus {illustrative method). Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden melakukan bentuk pelecehan "mengomentari wanita dengan panggilan, julukan atau siulan tertentu" dan "Memandangi bagian tubuh wanita dari atas hingga bawah". Hanya sebagian kecil responden yang melakukan pelecehan dalam bentuk menjanjikan kesenangan atau memberikan ancaman yang dikaitkan dengan keinginan melakukan aktifitas seksual. Perilaku pelecehan tersebut seringkali dilakukan oleh mahasiswa terhadap teman wanitanya.. Berdasarkan teori Atribusi Kelley para pelaku cenderung mempergunakan Skema Kausal dalam melakukan penyimpulan penyebab. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari mereka tidak memiliki informasi Distinksi, Konsistensi dan Konsensus yang lengkap. Ketiga informasi tersebut sangat diperlukan untuk melakukan proses atribusi jika menggunakan model Kovarian. Dengan menggunakan skema tersebut para pelaku tidak mempergunakan informasi yang berkenaan dengan dirinya, korban dan lingkungan tempat kejadian karena skema ini lebih memanfaatkan konsep hubungan sebab-akibat yang sudah dimiliki sebelumnya dalam repertoar ingatan pelaku. Berdasarkan proses atribusi yang dilakukannya sebagian besar pelaku memberikan atribusi pada faldor korban sebagai penyebab tindakan pelecehan seksual tersebut Hasil studi kasus yang dilakukan p^ empat responden menunjukkan bahwa para pelaku mengidentikkan cara berpakaian, daya tarik fisik dan bahasa tubuh dari wanitalah yang berperan besar bagi teijadinya peristiwa tersebut. Pelaku pelecehan seksual cenderung memandang wanita seba^ makhluk yang lemah. Mei^ka juga cenderung memiliki memiliki pandangan tradisional mengenai peran gender wanita Hasil yang diperoleh tersebut perlu ditelaah lebih lanjut lagi. Untuk itu perlu dilakukan beberapa penelitian mengenai batasan dan bentuk tingkah laku pelecehan seksual. Selain itu penelitian yang sama dengan menggunakan pendekatan atribusi perlu juga dilakukan terhadap sampel pelaku yang lain seperti pelaku pelecehan di lingkungan keija, di tempat umum dan sebagainya.
2002
S2904
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library