Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ngayomi Rino Rivaldi
"Skripsi ini menggambarkan taktik penyanyi dangdut dalam menghadapi permasalahan tubuh dan moralitas sebagai perempuan. Tuntutan penonton untuk bergoyang seksi dengan menjual tubuh kerap bertolak belakang ketika berhadapan dengan norma ? norma di masyarakat. Hal ini jelas terlihat ketika melirik perempuan yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut. Dalam menghadapi tekanan moral dan memenuhi permintaan penonton, penyanyi dangdut dituntut untuk melakukan taktik. Penggunaan taktik tersebut diidentifikasi melalui aksi panggung dan kehidupan sehari - hari.
Penelitian dilakukan dengan mengamati kehidupan sehari ? hari dan aksi panggung ketiga informan yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut. Ketiga informan yang dipilih memiliki status yang berbeda. Status ketiganya adalah lajang, menikah dan pernah menjanda. Observasi dan wawancara mendalam dilakukan dalam mengumpulkan data. Penelitian ini juga ditunjang dengan data sekunder yang didapat dari studi pustaka. Maka dari itu skripsi ini dapat memberikan gambaran mengenai taktik apa yang dilakukan penyanyi dangdut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing - masing informan melakukan taktik yang sedikit berbeda dalam kesehariannya. Perbedaan tersebut berkorelasi dengan perbedaan status dari masing - masing informan. Namun taktik yang hampir serupa dapat terlihat dalam penampilan di atas panggung. Temuan lain juga menunjukkan bahwa permasalahan tubuh dikontrol oleh norma melalui peranan anggota keluarga dan keberadaan tokoh keagamaan.

This thesis describes tactic of dangdut singers to overcome morality and bodily matters as women. The demand of dangdut fans to sexily dance with selling the body always contrast while facing the norm of society. This matters clearly seen while refer woman who had dangdut singer profession. While facing moral pressure and statisfy dangdut fans, dangdut singers demanded to use tactic. The tactic application identified through stage action and daily life.
This study potrays the daily life and stage action from three informant who had dangdut singers profession. The three informant who was selected had different status. Their status are single, married and was divorcee. Data collection is undertaken through indepth interview, observation and literature study.
The result shows that each informant in daily life using tactic in slightly different way. The different correlated with different status of each informant. Nevertheless similar tactic could seen in stage action. Other finding shows that bodily matters controlled by the norms through family roles and the presence of religion figure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1244
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Een Sukaedah
"Kesehatan reproduksi remaja bukan hanya masalah biomedis semata-mata, melainkan juga merupakan masalah sosial budaya. Salah satu masalah sosial budaya adalah sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja yang berkaitan dengan masalah budaya berbeda-beda, khususnya menganggap tabu jika membicarakan masalah seksual oleh orang yang belum menikah.
Menurut survei yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LDFEUI) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1999, terdapat 46,2% remaja masih percaya mereka tidak akan hamil setelah melakukan hubungan seks untuk yang pertama kali.
Sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi di Kota Tangerang belum diketahui tetapi dapat digambarkan dari usia perkawinan remaja putri rata-rata 16 tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas dua Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri di Kota Tangerang tahun 2001. Tujuan khususnya untuk mendapatkan informasi mengenai faktor karakteristik dan juga sumber informasi terhadap sikap kesehatan reproduksi remaja.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross- sectional. Populasinya adalah siswa kelas dua SMU Negeri di Kota Tangerang dengan sampel sebanyak 200 orang. Penelitian ini menggunakan analisis dengan uji univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45,5% remaja bersikap positif terhadap kesehatan reproduksi remaja, sementara 54,5% bersikap negatif. Secara bivariat variabel-variabel yang mempunyai hubungan bermakna adalah jenis kelamin, pendidikan ayah, pengetahuan, peran media massa dan peran agama. Secara multivariat variabel yang paling dominan berhubungan bermakna dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi adalah variabel atau faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan nilai OR sebesar 3,24.
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi pada remaja sedini mungkin. Hal ini dapat melibatkan lembaga pendidikan, orang tua, masyarakat untuk mencegah sikap negatif terhadap kesehatan reproduksi.

Factors Related to the Teenager's Attitude on Reproductive Health in Second Class Students of Government Senior High School in Tangerang Municipality, Year 2001Teenager's reproductive health is not only biomedical but also sociocultural problem. The teenager's attitude concerning sociocultural are different, especially taboo for sexual discussion.
According to the survey conducted by Demographic Institution of Economic Faculty, University of Indonesia (LDFEUI) and National Board on Family Planning (BKKBN), 46,2% of teenagers still believe that they will not getting pregnant after having sexual intercourse for the first time.
The teenager's attitudes on reproductive health especially in Tangerang Municipality haven?t been known. The purpose of this research is to know the factors related to the teenager's attitude on reproductive health in students of Senior High School in Tangerang Municipality especially getting information on characteristic factors as well as information source to the attitude of reproductive health.
The research used cross sectional design, the population was second class students of Government Senior High School in Tangerang with 200 samples. This research used univariate, bivariate and also multivariate analysis.
The result showed that 45, 5% of teenager's attitudes were positive while 54, 5% were negative. Those variables which have significant values are sex, father's education, knowledge as well as mass media and religion. The most dominant variable is knowledge on reproductive health with OR. = 3, 24.
Considering the result of this research, I suggest to give information of reproductive health to the teenagers as early as possible. This could involve education institutions, parents and community in order to prevent negative attitude on reproductive health."
2001
T8184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Knight, John F.
Bandung: Indonesia Publishing House, 2004
155.5 KNI St
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This study deals with sexual ethics relationship with sociological studies on sexuality. The social setting is seen as a component of every ethical scrunity, even if the latter deals with a case of failure or deficiency in individual moral choice. Conscious decisions and actions, which are tacitly determined by what have preceded individual choice, are no longer the only important object of ethical argumentation."
300 APS 6:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Seward, Georgene H
London: McGraw-Hill Book Company Inc, 1946
301 SEW s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Evans, David T.
London: Routledge, 1993
306.7 EVA s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Patricia Lunanta
"Masa remaja adalah masa dimana ketertarikan seksual dan hubungan dengan lawan jenis (berpacaran) biasanya pertama kali terbentuk. Hal ini menyebabkan remaja berisiko untuk terlibat dalam berbagai perilaku seksual yang biasanya merupakan bagian dari berpacaran. Perilaku seksual remaja dalam berpacaran ini berkaitan dengan nilai-nilai yang dimilikinya, dimana nilai-nilai ini terbentuk karena pengaruh lingkungan sosial remaja, misalnya kebudayaan, institusi sosial (jenis kelamin, usia, kelas sosial, dan ras), pendidikan agama, serta oleh pengalaman personal dan kebutuhan individu. Nilai-nilai seksual ini merefleksikan apa dianggap benar dan salah dari suatu perilaku seksual serta kapan dan bagaimana seksualitas seharusnya diekspresikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran nilai-nilai seksual remaja dalam berpacaran. Dengan demikian pihak yang berwenang (misalnya, orang tua, guru) dapat melakukan intervensi terhadap remaja dalam pembentukan nilai-nilai seksual yang mempengaruhi perilaku mereka. Hal ini dapat membantu remaja memilih perilaku seksual yang tepat dan menyadari akibat dari perilaku seksual mereka. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara individual dengan 25 orang remaja berusia 13-20 tahun yang mempunyai pengalaman berpacaran di Makassar, Depok, dan Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan penelitian secara umum memiliki standar abstinence dalam hubungan seksual sebelum menikah. Selanjutnya, terdapat perbedaan nilai-nilai seksual yang dimiliki oleh partisipan penelitian yang tampaknya sebagian besar berkaitan dengan standar dan hubungan dengan orang tua; standar teman sebaya; sikap dan tingkah laku saudara kandung; gender; serta pengharapan dalam pendidikan. Partisipan yang memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua cenderung menginternalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh orang tuanya, namun sebagian dari partisipan juga menunjukkan kecenderungan untuk membentuk standar yang sesuai dengan standar teman sebayanya. Selanjutnya, partisipan puteri yang memiliki saudara perempuan yang melakukan hubungan seksual pranikah juga melakukan hal yang sama dengan saudaranya. Partisipan putera mempunyai nilai-nilai seksual yang lebih permisif dan perilaku seksual yang lebih bebas dibandingkan partisipan puteri. Ditemukan juga bahwa partisipan yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah ternyata tidak memiliki pengharapan dalam bidang pendidikan. Selain itu, tidak ditemukan secara konsisten faktor-faktor personal dan lingkungan yang mempengaruhi nilai-nilai dan perilaku seksual para partisipan. Pada beberapa partisipan juga tampak adanya ketidakkonsistenan antara nilai-nilai yang dimiliki dengan perilaku seksual mereka.
Secara umum, perilaku seksual yang dianggap boleh dan tidak boleh dilakukan oleh partisipan memiliki kesamaan. Perilaku seksual yang boleh dilakukan dalam berpacaran adalah touching (pegang tangan, memeluk), dan kissing (pipi, bibir), dimana partisipan putera juga membolehkanpetting. Di sisi lain, perilaku seksual yang menurut sebagian besar partisipan mutlak tidak boleh dilakukan adalah sexual intercourse, dimana partisipan puteri mengungkapkan bahwa kissing pada leher atau tempat-tempat tertentu, dan petting juga termasuk dalam perilaku seksual yang tidak boleh dilakukan.
Terdapat seorang partisipan puteri (19 tahun) dan seorang partisipan putera (20 tahun) yang sudah biasa melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, namun mereka mempunyai alasan yang berbeda. Partisipan puteri melakukan hubungan seksual dengan pasangannya karena ia merasa tengah menjalin hubungan berpacaran yang serius, sebaliknya partisipan putera justru melakukan hubungan seksual dengan pasangan-pasangannya karena ia merasa tidak menjalin hubungan yang serius sehingga tidak perlu bertanggung jawab. Tampaknya nilai-nilai seksual partisipan puteri dipengaruhi oleh saudara sekandungnya yang mempunyai perilaku seksual yang sama, namun partisipan putera tidak mempunyai saudara sekandung yang mempunyai perilaku seksual yang sama dengannya. Kedua partisipan ini tampaknya mempunyai kebebasan sosial yang sangat longgar dalam keluarganya serta hubungan yang tidak terlalu dekat dengan orang tua. Kedua partisipan ini juga tidak menunjukkan adanya pengharapan dalam bidang pendidikan.
Untuk melengkapi hasil penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan penelitian lain dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga diperoleh gambaran nilai-nilai seksual remaja dengan sampel yang lebih besar serta analisis yang lebih mendalam lagi mengenai hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya nilainilai seksual tertentu pada remaja."
2002
S3141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohana Meirisa
"Pendidikan seksual oleh orang tua adalah penting bagi remaja untuk memperoleh informasi yang benar tentang masalah seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pemberian pendidikan seksual oleh orang tua kepada remaja di Kelurahan Kukusan Depok. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Sebanyak 97 orang tua berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 50% orang tua pernah memberikan informasi tentang perbedaan dan fungsi alat kelamin, pubertas, perubahan fisik setelah pubertas, pedoman berperilaku remaja, bahaya seks bebas, dan kehamilan. Hubungan seks/intim pernah diberikan 43,3% orang tua. Informasi tentang pedoman berperilaku remaja dan bahaya seks bebas paling sering-selalu diberikan. Hampir tiga-perempat orang tua memberikan pendidikan seksual sesuai inisiatif dan ketika remaja bertanya. Sebagian besar orang tua tidak setuju tabu, budaya, agama, ketidaknyamanan dan rendahnya pengetahuan orang tua sebagai penghambat. Pendidikan seksual kepada remaja oleh orang tua penting untuk terus dilakukan sebagai pengontrol perilaku seksual remaja yang tidak sehat.

Sexual education given by parents is important as it plays a role of providing the right information about sexual matters for adolescents. This descriptive designed research which involves 97 parents aims to understand the illustration of sexual education given by parents in Kelurahan Kukusan, Depok. The research shows that more than 50% percent of parents have once given information about the differences between male and female sexual organs and their function, puberty, physical changing after puberty, guidance on adolescents behavior, the danger of free sex, and pregnancy. Furthermore, information about sexual activity was given by 43, 3% of them. The research also shows that information regarding the guidance on adolescents behavior and the danger of free sex was given the most often, even always. Almost three quarters of parents gave sexual education based on their initiative and when asked by the adolescents. Most of the parents disagree that taboo, religion, the feeling of uncomfortable, and limited knowledge about sexual matters as obstacles. Sexual education by parents is indeed important, therefore, should be done continually to deal with unhealthy adolescents sexual activity."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42003
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Fadhlillah
"ABSTRAK
Skripsi ini mengangkat permasalahan diskriminasi gender, dimana diskriminasi gender seringkali dipahami masyarakat sebagai hal yang hanya dapat dialami oleh perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana diskriminasi gender dapat terjadi pada siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan gagasan diskriminasi gender kedua dari David Benatar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki pun bisa menjadi korban dari diskriminasi gender dan diskriminasi gender adalah permasalahan yang dapat terjadi pada semua orang, baik laki-laki maupun perempuan.

ABSTRACT
This thesis raises the issue of gender discrimination, where gender discrimination is often understood as something that can only be experienced by women. This research aims to show how gender discrimination can happen to anyone, both women and men. This research is a qualitative research using the concept of second sexism by David Benatar. The results of this study indicate that men can also be victims of gender discrimination and gender discrimination are problems that can occur in all people, both men and women."
2016
S64598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfina Abbiya Hermawan
"Masa remaja adalah masa terjadinya pubertas yang memicu timbulnya dorongan seksual untuk melakukan aktivitas seks pranikah. Dampak perilaku seksual pranikah remaja meliputi kehamilan remaja, meningkatnya kasus aborsi, dan penyebaran penyakit menular seksual. Dampak tersebut dapat dicegah bila mempunyai pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan terkait alat kontrasepsi dan perilaku seksual pranikah pada remaja putri di Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan teknik consecutive sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 426 remaja putri pada beberapa kecamatan di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia responden yaitu 17.5 tahun, bersekolah di SMA (70.7%), tidak berpacaran (67.4%), beragama Islam (91.1%), teman sebayanya berperilaku seksual pranikah (71.4%), terkadang (78.6%) terpapar konten seksual melalui internet (41%) tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi buruk (61%), serta lebih banyak perilaku seksual pranikah tidak berisiko (52.1%). Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kontrasepsi dan status berpacaran cenderung mendorong perilaku seksual pranikah.

Adolescent stage is a phase when puberty that causes sexual urges to do premarital sex activities takes place. The impacts of premarital sexual behavior in adolescents includes teenage pregnancies, increasing cases of abortion, and outspread of sexual transmitted diseases. Those impacts can be prevented if teenagers have knowledge about contraceptive methods. This research is conducted with the purpose to see the description of knowledge level of contraceptive methods and premarital sexual behavior in adolescents in Bandung. This research used cross-sectional approach with consecutive sampling technique. The sample of this research are 426 adolescent girls from a few sub-districts in Bandung. The result of this research shows that the average age of the respondents are 17.5 years old, currently in high school (70.7%), are not in a relationship (67.4%), have Islamic faith (91.1%), have peers that engage in premarital sexual behavior (71.4%), sometimes (78.6%) exposed to sexual content through internet (41%), have a bad knowledge level of contraceptive methods (61%), and also more engage in safe premarital sexual behavior (52.1%). This research shows that knowledge about contraceptive and relationship status tend to encourage premarital sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>