Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zoya Nandina
"Orangutan dalam pusat rehabilitasi diketahui mulai menunjukkan perilaku reproduksi pada usia lebih muda dibandingkan dengan orangutan di alam liar. Nutrisi, perkandangan, dan kemampuan imitating dapat menjadi penyebab kemunculan perilaku reproduksi pada orangutan remaja yang dianggap belum matang kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemunculan perilaku reproduksi orangutan borneo, Pongo pygmaeus (Linnaeus 1760) jelang usia matang kelamin pada kandang orangutan kandidat rilis di Pusat Rehabilitasi Sintang Orangutan Center. Subjek pengamatan merupakan orangutan kandidat rilis dengan kelas usia remaja, menggunakan 2 metode yaitu scan sampling untuk mengamati perilaku sosial dan metode focal animal sampling untuk mengamati perilaku reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian 2 dari 6 individu sebagai subjek utama sudah menunjukkan perilaku reproduksi seperti genital checking, genital sniffing, genital touching, genital licking, mounting, dan masturbating. Kedua individu tersebut melakukan perilaku reproduksi sampai pada tahap kopulasi terhadap salah satu individu betina yang merupakan subjek sekunder. Pembelajaran dan imitating orangutan dewasa yang berada dalam satu kelompok sosial dengan kedua individu tersebut dianggap sebagai salah satu penyebab kemunculan perilaku reproduksi pada kedua individu tersebut.

Orangutan in the rehabilitation center has been known to exhibit reproductive behavior in the earlier age than the wild orangutan. Nutrition intake, captivity factor, and their imitating abilities may cause possibility of the immature orangutan in the term age and puberty occurrence, to unveil their reproductive behavior. The objective of this research is to identify the orangutan borneo, Pongo pygmaeus (Linnaeus 1760) reproductive behavior emergence during their puberty period, in The Rehabilitation Sintang Orangutan Center. The observation subject in this research is release candidate adolescent orangutans, taken using 2 methods: scan sampling and focal animal sampling. Scan sampling method is used to observe social behavior and focal animal sampling is used to observe reproductive behavior. From the total 6 of the main observation subjects, 2 of them has already shown reproductive behavior such as genital checking, genital sniffing, genital touching, genital licking, mounting, and masturbating. Copulation occurs in both of them against one of female secondary subject. It is suspected that the emergency of reproductive behavior for these 2 subjects is mainly caused by the learning and imitating process happened on adult social group they joined in."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlina Nur Fakhrana
"Telah dilakukan penelitian pada kukang sumatra (Nycticebus coucang Boddaert, 1785) di Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI). Tujuan penelitian untuk mengetahui perilaku reproduksi N. coucang betina terhadap jantan di YIARI dengan pengamatan sepanjang siklus estrusnya. Penelitian dilakukan terhadap dua individu kukang sumatra betina dewasa (Ulul dan Lea) dengan perbedaan riwayat melahirkan. Metode penelitian yaitu All Occurrence Sampling dan Ad Libitum Sampling. Penelitian dilakukan selama bulan Oktober hingga November dari pukul 19.00--03.00 WIB. Perilaku reproduksi yang diamati meliputi tiga kategori yaitu atraktivitas, proseptivitas, dan reseptivitas.
Hasil penelitian menunjukkan N.coucang betina melakukan hampir seluruh perilaku yang diamati, yaitu vokalisasi (whistle call) (27%), solicit (6%), urine marking (58%), recipient genital sniffing/licking (3%), inverted embrace (1%), menolak kopulasi (5%), sedangkan perilaku menerima kopulasi (0%) tidak teramati. Selain itu terdapat perbedaan perilaku reproduksi antara Ulul dan Lea. Perilaku reproduksi Ulul lebih rendah dibandingkan Lea. Panjang periode estrus Ulul tidak diketahui, sedangkan Lea berkisar antara 10--11 hari dengan lama estrus satu hari.

Research on sunda slow loris (Nycticebus coucang Boddaert, 1785) has been carried out at the Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI). The aim of the study was to determine the reproductive behavior of N. coucang females against males at YIARI with observations throughout the estrus cycle. The study was conducted on two adult Sumatran slow loris individuals (Ulul and Lea) with differences in delivery history. The research method was All Occurrence Sampling and Ad Libitum Sampling. The study was conducted from October to November from 7:00 to 3:00 WIB. Reproductive behavior observed include three categories, namely attractivity, proceptivity, and receptivity.
The results showed that N. coucang females carried out almost all observed behaviors, namely whistle calls (27%), solicits (6%), urine marking (58%), recipient genital sniffing/licking (3%), inverted embrace (1%), refused copulation (5%), while the behavior of receiving copulation (0%) was not observed. In addition there are differences in reproductive behavior between Ulul and Lea. Ulul reproductive behavior is lower than Lea. The length of the Ulul estrus period is unknown, while Lea ranges from 10--11 days with one day long estrus.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmas Ghita Ladia
"Pengelompokkan sosial dan kondisi lingkungan yang tercipta di kebun binatang dapat memengaruhi perilaku reproduksi gajah sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis perilaku reproduksi tahap pre-copulatory sebagai perilaku diurnal pada gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus, Temminck 1847) jantan adolescence di Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di DKI Jakarta. Waktu pengamatan dimulai pukul 08.00—14.00 WIB dengan interval waktu 15 menit selama 60 hari. Metode pengamatan yang digunakan adalah continuous focal sampling dan ad libitum untuk mengamati perilaku pre-copulatory meliputi flehmen, agonistic, reaching over, drive, erection, dan attempt mount. Penelitian pula dilakukan untuk mengamati perilaku harian dan perilaku interaksi sosial. Hasil penelitian menunjukkan perilaku harian dan interaksi sosial tertinggi gajah sumatra jantan adolescence di TMR yaitu makan (55,26%) dan conspecific play (0,96%). Gajah sumatra jantan adolescence hanya menunjukkan perilaku flehmen kepada gajah betina yang dikandangkan bersama dengan persentase sebesar 0,114% (0,107%: alpha female; 0,007%: betina subordinat). Perilaku flehmen ditunjukkan oleh gajah jantan adolescence saat betina urinasi di hari ke-11 hingga 14. Peneliti menyimpulkan bahwa gajah sumatra jantan adolescence yang terdapat di TMR sudah melewati inisiasi pubertas dengan menunjukkan perilaku reproduksi pre-copulatory yaitu flehmen kepada gajah betina dewasa.

Social groupings and environmental conditions in zoos can affect the reproductive behaviour of elephant. This study evaluated the pre-copulatory behaviour as diurnal pattern of adolescent male sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus, Temminck 1847) at Taman Margasatwa Ragunan. Observations have been carried out sixty days during the implementation of the third level of community activity restrictions during the COVID-19 pandemic in the DKI Jakarta province, starting from 8 a.m. to 2 p.m. with an interval of 15 minutes. Continuous focal sampling and ad libitum were employed as study methods to observe the pre-copulatory behaviour, including flehmen, agonistic, reaching over, drive, erection, and attempt mount. Furthermore, the researcher observed daily and social interaction behaviour. Daily behaviour and social interaction behaviour of adolescent male sumatran elephant in TMR dominated by feeding (55.26%) and conspecific play (0.96%). The results showed that adolescent male sumatran elephant only performed flehmen behaviour to female elephant, caged together with 0.114% (0.017%: alpha female; 0.007%: subordinate female). Flehmen’s behaviour was shown by an adolescent male sumatran elephant when a female elephant urinated on days 11—14. Thus, this study reports that adolescent male sumatran elephant passed the initial of puberty by showing flehmen as precopulatory behaviour to female elephant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiti Aigaka
"Banteng jawa (Bos javanicus javanicus) merupakan spesies yang terancam punah akibat berbagai aktivitas manusia, sehingga perlu dilakukan konservasi secara ex-situ seperti di Taman Margasatwa Ragunan. Masalah baru, yaitu inbreeding, terjadi sehingga dilakukan pertukaran individu banteng jawa berdasarkan rekomendasi Global Species Management Plans (GSMP) untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku reproduksi dan interaksi banteng jawa jantan dan betina yang dipasangkan melalui program GSMP. Subjek penelitian ini adalah satu individu banteng jawa jantan (J1) asal Taman Margasatwa Ragunan, yang dipasangkan dengan satu banteng jawa betina (B1) asal Taman Safari Prigen, serta satu banteng jawa betina (B2) asal Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama dua bulan (Januari—Maret 2024) sebanyak 5 (lima) kali dalam sepekan. Metode penelitian yang digunakan merupakan scan sampling dan ad libitum dengan interval 5 (lima) menit tanpa jeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perilaku harian tertinggi pada J1 dan B1 merupakan perilaku makan, diikuti dengan perilaku istirahat dan lokomosi. Persentase perilaku sosial positif, seperti approaching dan allogrooming, antara J1 dengan B1 tinggi, tetapi agonistic action juga cukup tinggi. Perilaku sosial yang paling dominan teramati merupakan perilaku approaching yang dilakukan J1 terhadap B1. Perilaku reproduksi berupa sniffing genitalia, licking genitalia, dan flehmen dapat teramati. Persentase perilaku reproduksi antara J1 dengan B1 yang dipasangkan lebih rendah dibandingkan J1 dengan B2, sedangkan perilaku mounting hingga kopulasi tidak teramati.

Javan banteng (Bos javanicus javanicus) is a species that is categorized endangered due to various human activities that lead to the need for ex-situ conservation, such as in Taman Margasatwa Ragunan. Another problem that is inbreeding occurred, then the javan banteng were exchanged based on the recommendations of the Global Species Management Plans (GSMP) to solve this problem. This study aims to analyze the reproductive behavior and interactions of male and female javan banteng that was paired through the GSMP. The subject of this study was a male javan banteng (J1) from Taman Margasatwa Ragunan that was paired with a female javan banteng (B1) from Taman Safari Prigen, and a female javan banteng (B2) from Taman Margasatwa Ragunan. This study was conducted from January to March 2024 for 5 days a week. The research methods used were scan sampling and ad libitum with 5 minutes intervals without pause. The results showed that the highest percentage of daily behavior of J1 and B1 was eating behavior, followed by resting and locomotion behavior. Percentage of positive social behaviors, such as approaching and allogrooming between J1 and B1 was high, but the agonistic actions was also quite high. The most dominant social behavior observed was approaching behavior of J1 towards B1. Reproductive behaviors such as sniffing genitalia, licking genitalia, and flehmen were observed. Reproductive behaviors between J1 and B1, that was paired, are found lower than J1 and B2. Mounting and copulation behavior were not observed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deanvi Fahira Wisnuputri
"Telah dilakukan penelitian pada kukang sumatra (Nycticebus coucang) di Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata IPB. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perilaku reproduksi N. coucang dan mengetahui kadar hormon metabolit Estrone Conjugate (E1C) N. coucang di penangkaran. Subjek penelitian terdiri dari dua individu N. coucang betina dewasa.
Penelitian meliputi pengamatan aktivitas malam hari (nokturnal) pada pukul 17.00?05.00 (GMT +7) dengan metode Focal Animal Sampling dengan interval 10 menit tanpa jeda selama 1300 menit dalam tiga bulan, serta pengukuran kadar hormon metabolit E1C feses dengan metode ELISA (Enzyme-linked Immunoasorbent Assay) menggunakan Estrone Enzyme Immunoassay kit. Konsentrasi hormon metabolit E1C didapatkan melalui konversi nilai OD terhadap kurva standar y = -0,046ln(x) + 0,3088.
Hasil penelitian menunjukkan perilaku reproduksi pada N. coucang dengan persentase rerata 1%. Perilaku reproduksi yang teramati meliputi genital licking dan genital sniffing. Konsentrasi hormon metabolit E1C dengan konsentrasi tertinggi terdapat pada K5 tanggal 30 September 2015 (1634,73 ± 400,18 pg/ml) dan terendah terdapat pada K2 tanggal 11 Oktober 2015 (5,75 ± 555,82 pg/ml). Panjang siklus estrus berkisar antara 10-12 hari.

Research on female Nycticebus coucang had conducted in Primate Research Center, Bogor. The purpose of this research is to examine the reproductive behavior and measure estrone conjugate (E1C) level in captive housed female N. coucang. Subject consists of two sexually adult N. coucang.
Behavioral observation during the night (nocturnal) had been done at 17.00?05.00 (GMT +7) through Focal Animal Sampling with 10 minutes interval without pause for 1300 minutes in three months. E1C level had been done with the competitive-ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) method. E1C level was obtained through the conversion of OD value with standard curve y = -0,046 ln(x) + 0,3088.
Results showed that the average percentage of reproductive behavior on N.coucang is 1%. Reproductive behavior observed were genital licking and genital sniffing. The highest E1C level was on K5?s September 30th 2015 (1634,73 ± 400,18 pg/ml) and the lowest was on K2?s October 11th 2015 (5,75 ± 555,82 pg/ml). The length of estrus cycle was ranged in 10-12 days.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Wahyuni
"Telah dilakukan penelitian mengenai respons orangutan (Pongo abelii) betina bunting dan betina dengan anak terhadap jantan berdasarkan perilaku reproduksinya di Taman Safari Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi respons orangutan betina bunting dan betina yang memiliki anak terhadap jantan, serta mengetahui perilaku harian pada orangutan betina bunting dan betina dengan anak di kawasan konservasi ex-situ Taman Safari Bogor. Penelitian dilakukan pada dua orangutan sumatra (Pongo abelii) betina matang kelamin, yaitu B1 memiliki anak berumur 4 tahun dan B2 sedang bunting 6 bulan. Pengamatan perilaku harian menggunakan focal instantaneous sampling dengan time point 5 menit dan pengamatan perilaku reproduksi menggunakan metode adlibitum. Hasil menunjukkan perbedaan proporsi perilaku harian. Perilaku harian menunjukkan perbedaan proporsi (P=0,000). Perilaku makan merupakan proporsi tertinggi pada kedua betina. B1 memiliki proporsi makan, bergerak dan sosial yang lebih tinggi, sedangkan B2 memiliki proporsi istirahat yang lebih tinggi. Respons kedua betina terhadap jantan terlihat melalui perilaku atraktivitas, proseptivitas dan resptivitas dengan proporsi yang berbeda (P=0,000). Kedua betina menunjukkan proporsi reseptivitas tertinggi pada perilaku reproduksi, tetapi berdasarkan durasi, reseptivitas B1 lebih rendah dibandingkan B2. Respon B1 terhadap jantan memiliki proporsi yang rendah karena adanya intervensi oleh anaknya. Orangutan B2 teramati menunjukkan perilaku sangat proaktif terhadap jantan dan tidak ada gangguan dari keberadaan betina lain di dalam kandang yang sama.
A study of responses of pregnant and female with the child to males in Sumatran orangutan (Pongo abelii) based on reproductive behavior has been conducted in Taman Safari Bogor, West Java. The aim is evaluating responses of pregnant and the female with a child to males, as well as find out their daily activities under the ex-situ area in Taman Safari Bogor. The subjects are female with a child (4-years old) (B1) and pregnant female (6-months) (B2). The daily activities were observed every 5 minutes by focal instantaneous sampling, whereas reproductive behavior by ad libitum for 5.5 hours a day from October to November 2019. The observation got 8.580 minutes of daily activities and 4.290 minutes of reproductive behavior. The result presented different proportions of the daily activities of both females. Feeding is the highest proportion of their daily activities. The pregnant female (B2) had a higher resting proportion, whereas females with child (B1) had higher proportions of feeding; moving; also socializing. Reproductive behavior presented a different proportion too (P=0,000). Female B1 and B2 have the highest receptivity in reproduction activities, yet based on the duration, B1 receptivity lower than B2. Respons B1 to males was interference by the child. Female B2 has the most proceptivity and not disruption by another female in the same cage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahira Farid
"Telah dilakukan penelitian interaksi reproduksi orangutan sumatra jantan terhadap betina pasangannya dalam exhibit di Taman Safari Bogor, Jawa Barat. Metode yang digunakan yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Pengamatan dilakukan selama 24 hari dengan total waktu 7.920 menit, dilakukan selama enam hari dalam sepekan. Pengamatan perilaku dimulai pada pukul 09.30--16.00 WIB. Aktivitas interaksi yang diamati berupa perilaku sosial yang bersifat afiliatif dan agonistik, serta perilaku reproduksi meliputi atraktivitas, proseptivitas, dan reseptivitas. Subjek pengamatan yaitu dua individu orangutan sumatra yang berada di dua kawasan berbeda. Kawasan pertama terdapat individu jantan (J1) bersama betina pasangannya dan orangutan anak di Baby Zoo, kawasan kedua terdapat individu jantan (J2) bersama dua betina bunting di Primata Center. Hasil menunjukan proporsi yang berbeda pada perilaku sosial dan perilaku reproduksi pada kedua subjek yang diamati. Pola perilaku sosial pada J1 menunjukan social afiliatif (grooming) menjadi aktivitas tertinggi (40%) sedangkan J2 social afiliatif (approaching) menjadi aktivitas tertinggi (33%). Selama periode pengamatan, perilaku agonistik tidak ditemukan. Individu J1 dan J2 memiliki perilaku reproduksi terbesar adalah atraktivitas, dengan J1 atraktivitas (3%) lebih rendah dibandingkan J2 (14%). Perilaku sosial afiliatif pada individu J1 lebih besar dibanding J2 karena aktivitas grooming yang juga dilakukan kepada anak. Interaksi reproduksi pada J2 lebih besar dibanding J1, karena individu J2 ditempatkan dalam exhibit bersama dua betina pasangannya. Oleh karena itu, interaksi sosial yang dilakukan lebih intensif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan Afifudin
"Anoa dataran rendah kini berstatus terancam punah sehingga perlu dikonservasi secara ex-situ seperti di Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Ditemukannya kasus perkawinan sedarah anoa di TMR mendorong mereka untuk terlibat dalam program collaborative captive breeding antarhabitat ex-situ di bawah pedoman Global Species Management Plan (GSMP) untuk meningkatkan keragaman genetik anoa. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku sosial dan reproduksi anoa jantan di TMR untuk mengevaluasi kesiapannya sebelum dipasangkan dengan anoa betina hasil pertukaran. Pengamatan terhadap satu ekor anoa jantan dewasa dilakukan selama 2 bulan (Januari—Maret 2024) dengan metode scan sampling dan ad libitum, mencakup 60 sampling point dari 38 hari pengamatan. Hasil menunjukkan variasi aktivitas harian dan kecenderungan berinteraksi secara sosial dan reproduktif oleh anoa jantan, ditandai dengan perilaku approaching, vocalization, dan sniffing (termasuk flehmen) meski terhalang pagar pemisah dengan anoa betina di kandang sebelahnya. Anoa jantan secara keseluruhan menunjukkan ketertarikan dan pendekatan aktif untuk berinteraksi sosial dan reproduksi, sehingga dapat mendukung potensi keberhasilan program breeding.

The lowland anoa is an endangered species which requires ex-situ conservation efforts like those at Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Inbreeding cases discovered at TMR prompted their participation in a collaborative captive breeding program guided by the Global Species Management Plan (GSMP) aimed at increasing the genetic diversity of anoa. This study focused on observing the social and reproductive behavior of a male anoa at TMR as part of evaluating his readiness to be paired with an exchange-bred female anoa. The observation of one adult male anoa was conducted for two months (January—March 2024) using scan sampling and ad libitum method, covering 60 sampling points from 38 observation days. The results revealed that male anoa engaged in various daily activities and exhibited a propensity for social and reproductive behaviors, such as approaching, vocalization, and sniffing (including flehmen), despite being separated by fences from a female anoa in the adjacent enclosure. The overall observations suggest that male anoa displayed interest and actively sought social and reproductive interactions, supporting the potential success of the breeding program."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library