Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Octarina
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas remaja Indonesia yang saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Perilaku seksual di kalangan remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan pengetahuan agama dengan perilaku seks pranikah remaja sekolah menengah (MAN 2 dan MAS Darussalam) di kota Bengkulu tahun 2018. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasinya adalah Remaja kelas X dan XI di MAN 2 dan MAS Darussalam Kota Bengkulu, besar sampel 135 responden yang diambil dengan menggunakan purposive sampling. Variabel independen adalah pengetahuan agama dan variabel dependennya adalah perilaku seks pranikah remaja. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisa dengan uji chi square dengan tingkat kesalahan p value < 0,05 Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan agama adalah kategori tinggi MAN 2 78,6% dan MAS Darussalam 84,6% dan sebagian kecil perilaku seks pranikah pada remaja adalah kategori beresiko( MAN 2 21,4% dan MAS Darussalam 30,8%). Setelah dilakukan uji statistik chi square nilai p value= 0,002 (MAN 2) dan p value=0,001 (MAS Darussalam) yang artinya ada hubungan antara pengetahuan agama dengan perilaku seks pranikah pada remaja. Pada model akhir, pengaruh teman sebaya (p value= 0,022) dan paparan media pornografi (p value=0,001) berhubungan dengan perilaku seks pranikah remaja (MAN 2) dan paparan media pornografi (p value=0,019) di MAS Darussalam. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan agama dengan perilaku seks pranikah pada remaja. Melihat hasil penelitian ini maka pengetahuan agama sangat penting untuk mengurangi perilaku seks pranikah tersebut. Remaja diharapkan agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang keagamaannya dalam menjalankan kehidupan agar terhindar dari perilaku yang tidak sesuai dengan agama seperti perilaku seksual pranikah.
ABSTRACT
This thesis discusses Indonesian adolescents who are currently experiencing rapid social change from traditional societies to modern societies, which also change their norms, values and lifestyles. Sexual behavior among unmarried teenagers tends to increase. This study aims to determine whether there is a relationship between religious knowledge with premarital sexual behavior of middle school adolescents (MAN 2 and MAS Darussalam) in the city of Bengkulu in 2018. The design of this study was cross sectional. The population is Adolescents of class X and XI in MAN 2 and MAS Darussalam in the City of Bengkulu, a sample of 135 respondents taken using purposive sampling. The independent variable is religious knowledge and the dependent variable is premarital sexual behavior of adolescents. The instrument in this study used a questionnaire and was analyzed by the chi square test with an error rate of p value <0.05 The results showed that the majority of religious knowledge was in the high category of MAN 2 78.6% and MAS Darussalam 84.6% and a small proportion of premarital sex in adolescents was at risk category (MAN 2 21.4% and MAS Darussalam 30.8%). After chi square statistical tests, the value of p value = 0.002 (MAN 2) and p value = 0.001 (MAS Darussalam), which means there is a relationship between religious knowledge and premarital sexual behavior in adolescents. The conclusion that can be drawn from this study is that there is a relationship between religious knowledge and premarital sexual behavior in adolescents. Seeing the results of this study, religious knowledge is very important to reduce premarital sexual behavior. Adolescents are expected to increase their knowledge of religion in carrying out life in order to avoid behavior that is not in accordance with religion such as premarital sexual behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Wulan
Abstrak :
Nama : Widya Ratna WulanProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Tunagrahitadi Sekolah Luar Biasa Kabupaten Semarang Tahun 2018Pembimbing : Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHKehamilan tidak diinginkan dan pelecehan seksual pada remaja tunagrahita akibatperilaku seksual berisiko dilaporkan masih terjadi di Kabupaten Semarang sebesar55,6 . Sekitar 25 penduduk Kabupaten Semarang adalah remaja usia 10-24 tahundengan jenis ketunaan terbesar adalah tunagrahita sehingga mempengaruhi risikotingginya perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita.Tujuan penelitian ini adalahmengetahui determinan perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita di SekolahLuar Biasa Kabupaten Semarang Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif dengan desain cross sectiona lyang dilakukan di Kabupaten Semarang. Datadikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner pada 82 siswa-siswiremaja tunagrahita di 5 sekolah luar biasa tunagrahita. Data dianalisis menggunakan ujiregresi logistik sederhana dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan43,9 siswa-siswi memiliki perilaku seksual berisiko tinggi dengan nilai median 80,0 skala 100 . Variabel pengetahuan p=0,001 , peran guru p=0,001 , dan self-efficacy p=0,017 dengan p-value ...... ABSTRACTName Widya Ratna WulanStudy Program Public Health ScienceTitle Determinant of Sexual Behavior Among Intellectual DisabilityAdolescents in Special School, Semarang Regency, 2018Counsellor Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHThe sexual behavior that leads to unwanted pregnancy and sexual abuse amongintellectual disability adolescents occured in Semarang Regency of 55.6 due to lack ofsexual health knowledge and information. Approximately 25 of Semarang Regencypopulation is adolescents aged 10 24 years with the largest intellectual disability so thataffect the high risk sexual behavior among intellectual disability adolescents. This studyaimed to determine the determinant of sexual behavior among intellectual disabilityadolescents in Special School Semarang Regency 2018. This study was a quantitativestudy with cross sectional design conducted in Semarang regency. Data were collectedby interview using questionnaires on 82 intellectual disability adolescent students in 5special schools. Data were analyzed using simple logistic regression and multiplelogistic regression test. The results found 43.9 of students who had high risk sexualbehavior with a median value of 80.0 scale 100 . The analysis result proved thatknowledge p 0,001 , teacher role p 0,001 , and self efficacy p 0,017 yieldingp value.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rina Sari S.
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakanpendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dari data Survei RencanaPembangunan Jangka Menengah 2017. Sampel adalah remaja umur 15-24 tahun diIndonesia dengan total sampel 23.821 responden. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui gambaran perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja 15-24 tahun diIndonesia dan faktor-faktor mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwasebanyak 3,7 responden mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah.Analisis Bivariat diperoleh semua faktor predisposisi berhubungan dengan perilakuhubungan seksual pranikah yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pengetahuankontrasepsi, pengetahuan KRR dan sikap penerimaan terhadap perilaku hubunganseksual pranikah , semua faktor pemungkin tidak ada yang menunjukkan hubungandengan perilaku seksual pranikah, faktor penguat yang berhubungan dengan perilakuhubungan seksual yaitu pengalaman berpacaran. Hasil analisis multivariat didapatkanbahwa variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksualpranikah adalah pengalaman berpacaran dengan OR sebesar 42,67 95 CI = 34,9152,15 .
This study is an analytical descriptive research using a quantitative approachwith Cross Sectional design that analyzes secondary data of RPJMN Survey in 15 24years old adolescents in Indonesia with a total sample of 23,821 respondents. The aimsof this study were to determine premarital sexual behavior in adolescents 15 24 years inIndonesia and influencing factors based on the data of RPJMN Survey 2017. Findingsthat 3.7 of respondents claimed to have premarital sexual intercourse. Bivariateanalysis results in all predisposing factors related to premarital sexual behavior ie age,sex, shelter, contraceptive knowledge, adolescent reproductive health knowledge andattitudes of premarital sexual behavior , all enabling factors unrelated to premaritalsexual behavior, reinforcing factors related to the behavior of sexual relations is theexperience of dating. Multivariate analysis showed that the most dominant variableassociated with premarital sexual behavior was the experience of dating with OR of42.67 95 CI 34.91 52.15 .
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amalia Rahmi
Abstrak :
Tingginya angka perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia berisiko terhadap masalah kesehatan. Keluarga khususnya orangtua ikut berperan dalam upaya mencegah hubungan seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran informasi kesehatan reproduksi (kespro) dari keluarga terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria umur 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakananalisis lanjut data SDKI-KRR tahun 2017 yangmenggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 7.030 remajapria yang memenuhi kriteria: remaja pria berumur 15-24 tahun dan belum kawin.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11% remaja pria pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan yang pernah mendapatkan informasi kespro dari keluarga hanya sebesar 19,5%.Informasi kesprodari keluarga berperan terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria di Indonesia setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan dan diskusi kespro dengan guru. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan rendah berpeluang hampir 4kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan tinggi berpeluang 3,5kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan tidak pernah berdiskusi dengan guru mengenai kesproberpeluang hampir 4 kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan pernah berdiskusi dengan guru mengenai kespro berpeluang 3,3 kaliuntuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Harapannya, BKKBN melalui program GenRe (PIK R/M, dan BKR) dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya oleh remaja pria dan orang tua remaja terutama ayah, sedangkan program PKPR, Kemenkes perlu lebih banyak menjangkau remaja pria di Indonesia sehingga dapat membantu penurunan angka perilaku seksual pada remaja pria di Indonesia. ......The high rate of premarital sexual behavior in male adolescents in Indonesia at risk for health problems. Families, especially parents, play a role in preventing premarital sexual intercouse. This study aims to determine the role of reproductive health information from families on premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. This study is a further analysis of the 2017 IDHS-KRR data using a cross sectional design with a sample of 7,030 male adolescents who meet the criteria: male adolescents aged 15-24 years and unmarried. The results showed that about 11% of male adolescents had premarital sexual intercourse, while only 19.5% had received information on health issues from their families. Reproductive health information from family contribute to adolescent premarital sexual intercouse of male adolescents in Indonesia after being controlled by the level of education and reproductive health discussions with teachers. Adolescents who do not get reproductive health information from their families and have low education are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families, while adolescents who do not get reproductive health information from their families and are highly educated are 3.5 times more likely to have premarital sexual intercouse compared adolescents who get reproductive health information from their families. Adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have never discussed with the teacher about reproductive health are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse than adolescents who get information on health care from their families, while adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have had discussions with teachers about reproductive health have the opportunity 3.3 times for having premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families. The hope is that the BKKBN through the GenRe program (PIK R / M, and BKR) can be further utilized by young men and teenage parents, especially fathers, while the PKPR program, the Ministry of Health needs to reach more young men in Indonesia so that it can help reduce the number of sexual behavior young men in Indonesia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Khoirotul Umaroh
Abstrak :
Proporsi perilaku seksual intercourse remaja perempuan 15-19 tahun 0,9% dan 20-24 tahun 2,6%. Sementara remaja laki-laki 15-19 tahun 3,6% dan 20-24 tahun 14%. Faktor enabling yang berhubungan dengan perilaku adalah media informasi. Tujuan penelitian untuk membuktikan ada hubungan antara keterpaparan informasi kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual intercourse remaja dengan Cross Sectional menggunakan data SDKI 2017. Sebanyak 23.351 responden terpapar televisi (97,2%), media cetak (56,1%), dan radio (50,1%). Keterpaparan informasi kesehatan reproduksi paling banyak adalah HIV AIDS, IMS, iklan kondom, dan informasi ketiganya. Sebanyak 6,6% pernah melakukan perilaku seksual intercourse. Hasil regresi logistik pada media cetak (p-value 0,001; POR 0,6), radio (p-value 0,001; POR 0,460), dan televisi (p-value 0,001; POR 0,767). Jenis kelamin menjadi variabel interaksi pada media cetak (POR perempuan 15,784; POR laki-laki 1,822) dan radio (POR perempuan 48,72; POR laki-laki 1,584). Saran untuk pemerintah yakni memberikan remaja laki-laki materi tentang dampak perilaku seksual intercourse dari perspektif laki-laki harapannya lebih efektif mencegah perilaku seksual intercourse serta memperluas jangkauan remaja yang terpapar informasi kesehatan reproduksi dari media massa dengan kerjasama lintas sektor. Pemerintah atau akademisi dapat merumuskan penelitian longitudinal kesehatan remaja dan meneliti efek dari media terhadap perubahan perilaku seksual intercourse dengan menggunakan teori efek media Use and Gratifications Theory. ......The proportion of sexual behavior of female adolescent 15-19 years was 0,9% and 20-24 years was 2,6%. Meanwhile, male adolescent 15-19 years old was 3,6% and 20-24 years old was 14%. The enabling factor related to behavior is the information media. The purpose of the study was to prove the relationship between exposure to reproductive health information and adolescent sexual behavior with a Cross Sectional using the 2017 IDHS data. A total of 23.351 respondents were exposed to television (97,2%), print media (56,1%), and radio (50,1%). The most exposure to reproductive health information was HIV AIDS, STIs, condom advertisements, and information on all three. As many as 6.6% have had sexual behavior. The results of logistic regression on print media (p-value 0,001; POR 0,6), radio (p-value 0,001; POR 0,460), and television (p-value 0,001; POR 0,767). Gender was an interaction variable on print media (POR 15,784 on female; POR 1,822 on male) and radio (POR 48,72 on female; POR 1,584 on male). Suggestions for the government, to provide male adolescents with material on the impact of sexual intercourse from a male perspective, are expected to be more effective in preventing sexual behavior and to reach expanding of reproductive health information from the mass media with cross-sectoral collaboration. The government or academics can formulate longitudinal research on adolescent health and examine the effects of media on changes in social behavior using the Use and Gratifications Theory of media effects.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Rahim
Abstrak :
ABSTRAK
Terdapat banyak tantangan kehidupan yang dialami remaja Indonesia saat ini, salah satunya ialah kerentanan terhadap gaya hidup modern yang dapat meningkatkan ancaman risiko kesehatan, terutama pada kesehatan reproduksi remaja. Sekolah sebagai institusi pendidikan berperan penting dalam pembentukan perilaku sehat remaja dan merupakan sumber pengetahuan kesehatan reproduksi remaja yang utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku seksual (pengetahuan, sikap, dan praktik) antara dua jenis institusi pendidikan yang berbeda, yaitu sekolah umum dan pondok pesantren. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional melalui pengisian kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada 62 siswa SMA ?X? dan 109 siswa Pondok Pesantren ?Y? Kecamatan Sawangan Kota Depok pada Maret-Mei 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi antara kedua sekolah. Sebaliknya, perbedaan yang signifikan terdapat pada sikap terhadap perilaku seksual dan praktik/tindakan seksual antara siswa SMA ?X? dan Pondok Pesantren ?Y?.
ABSTRACT
Nowadays adolescents in Indonesia are facing many challenges in their life such as the modern youth lifestyle that can lead into certain health risks, particularly their health reproductive issues. As the educational institution, school plays a significant role in spreading the knowledge about health reproductive and shaping healthy behaviour in adolescents. This research aims to determine the differences in sexual behaviour (knowledge, attitude, and practice) between two educational institutions which have different curriculum, High School and Pondok Pesantren. This research applies cross sectional design by completing the questionnaires. There are 62 students of SMA ?X? and 109 students of Pondok Pesantren ?Y? Sawangan Sub-district Depok City involve in this research during March-May 2015. The results indicate that there is no significant difference in the knowledge of health reproductive between two schools. In contrast, there are significant differences in sexual attitude and practice between students in SMA ?X? and Pondok Pesantren ?Y?.
2015
S59169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yesi Gustiani
Abstrak :
Remaja sebagai bagian dari keluarga yang rentan terhadap berbagai masalah remaja perlu mendapat perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi afektif keluarga dan perilaku seksual remaja di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Depok. Metode penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 114 siswa dan siswa yang dipilih secara cluster sampling. Instrumen perilaku seksual remaja diadopsi dari penelitian Agustini (2003), sedangkan instrumen fungsi afektif keluarga memodifikasi dari penelitian Amalia (2009). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki fungsi afektif keluarga adekuat dan perilaku seksual remaja berisiko rendah. Direkomendasikan adanya konseling fungsi afektif keluarga pada orangtua serta penyuluhan kesehatan reproduksi pada siswa dan siswi oleh tenaga kesehatan untuk menghindari perilaku seksual berisiko pada remaja. ......Adolescent as a part of a family that is susceptible to adolescent various problems, needs a special attention. The purpose of this research was to describe the family's affective functions and the adolescent's sexual behavior in one of public vocational high schools in Depok City. The study method was simple descriptive with cross sectional approach, involving 114 students, selected by cluster sampling. Adolescent's sexual behavior instrument was adopted from Agustini's research in 2003, whereas family's affective function instrument was modified from Amalia's research in 2009. The result showed that the majority of students had an adequate family's affective function and a low risk of adolescent's sexual behavior. Researcher recommended parents to have a counseling of family's affective function and health professionals to give a reproductive health education to students in order to reduce the risky sexual behaviors in adolescents.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Al Rosyid
Abstrak :
Remaja merupakan fase lanjutan dari fase kanak-kanak sebelum menuju dewasa dengan pertumbuhan dan perkembangan pada aspek biologis, kognitif, psikososial, dan emosional. Pada fase tersebut, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencoba hal-hal baru termasuk terkait perilaku seksual berisiko pada remaja. Berdasarkan laporan SDKI Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2017 bahwa remaja pria maupun wanita mencoba melakukan hubungan seksual pranikah pertama kali di usia 15-19 tahun dengan proporsi sebesar 8 persen untuk pria dan 2 persen untuk wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara pendidikan kesehatan reproduksi yang diterima pertama kali di sekolah terhadap perilaku seksual pranikah para remaja pria 15-19 tahun di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data SDKI KRR tahun 2017 dengan jumlah total sampel sebanyak 7.345 remaja yang sudah disesuaikan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Hasil dari penelitian ini adalah tercatat sebanyak 6.966 (94.8%) remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah sedangkan remaja yang tidak pernah melakukan hanya sebanyak 379 (5.2%) remaja. Berdasarkan hasil bivariat didapatkan bahwa variabel pendidikan kesehatan reproduksi tentang sistem reproduksi manusia (p = 0.000), keluarga berencana (p = 0.000) dan HIV/AIDS (p = 0.002) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pranikah remaja. Selain itu, variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja adalah komunikasi dengan guru (p = 0.004) dan tingkat pendidikan (p = 0.000 dan 0.008). Sedangkan variabel tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan (p = 0.095). ......Adolescence is an advanced phase from childhood before heading to adulthood with growth and development in biological, cognitive, psychosocial, and emotional aspects. Within the phase, adolescents have a high curiosity to try or explore new things, including risky sexual behavior in adolescents. Therefore, based on the IDHS report of 2017 on Adolescent Reproductive Health (KRR) that male and female adolescents tried to have premarital sex for the first time at the age of 15-19 years with a percentage of 8 percent for men and 2 percent for women. This study aims to determine the relationship between reproductive health education that received for the first time at school to the premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-19 years in Indonesia. The data used in this study is IDHS data for the 2017 KRR with a total sample of 7.345 adolescents who have been adjusted by both of the inclusion and exclusion criteria of the study. This study used a cross sectional study design. The results of this study are there were 6,966 (94.8%) teenage boys aged 15-19 years who had premarital sexual intercourse, while only 379 (5.2%) teenagers who had not. Based on bivariate analysis, It was found that the variables of reproductive health education about the human reproductive system (p=0.000), family planning (p=0.000) and HIV/AIDS (p=0.002) had a significant relationship with adolescent premarital sexual behavior. In addition, variables related to adolescent premarital sexual behavior are communication with teachers (p = 0.004) and education level (p = 0.000 and 0.008). While the variable of residence did not have a significant correlation (p = 0.095).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Syifa
Abstrak :
[Hadirnya tax haven countries mendisrupsi jumlah penerimaan pajak di berbagai negara tanpa melihat status negara tersebut. Terlebih sistem perpajakan yang digunakan oleh suatu negara turut serta mempengaruhi tingkat kepatuhan pajak. Pada akhirnya OECD, menciptakan sebuah solusi baru untuk mengatasi hal tersebut yaitu praktik keterbukaan informasi perpajakan berupa transparansi perpajakan. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan, menganalisis dan membandingkan terkait praktik keterbukaan informasi perpajakan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan praktik keterbukaan informasi perpajakan di Indonesia dilakukan baik secara internasional maupun domestik dan juga perbedaan dalam praktik keterbukaan informasi perpajakan antara Indonesia, Amerika, dan Australia. Dalam penerapan di Indonesia, masih banyak kelemahan dan kendala didalamnya antara lain undang-undang kerahasiaan pajak yang membatasi pergerakan ruang fiskal. Sehingga direkomendasikan untuk dapat menciptakan peraturan perundang-undangan yang berkesinambungan yang menunjang berlangsungnya praktik keterbukaan informasi pajak dan kepastian hukum mengenai perlindungan data pribadi Wajib Pajak untuk menjamin keamanan data sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja otoritas pajak. ......The presence of tax haven countries disrupts the amount of tax revenue in various countries regardless of the status of the country. Moreover, the tax system used by a country also affects the level of tax compliance. In the end, the OECD created a new solution to overcome this, namely the practice of tax information disclosure in the form of tax transparency. This research was conducted to explain, analyze and compare the tax information disclosure practices. This research was conducted using a qualitative approach with data collection techniques through in-depth interviews. The results of this study indicate that the implementation of tax information disclosure practices in Indonesia is carried out both internationally and domestically and also the differences in tax information disclosure practices between Indonesia, America, and Australia. In the implementation in Indonesia, there are still many weaknesses and obstacles in it, including the tax secrecy law which limits the movement of fiscal space. So it is recommended to be able to create sustainable laws and regulations that support the ongoing practice of tax information disclosure and legal certainty regarding the protection of personal data of taxpayers to ensure data security so as to increase the accountability of tax authorities' performance.

;
Zaman yang semakin maju menyebabkan perkembangan internet yang pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengguna internet terutama di kalangan remaja. Remaja berada ditahap perkembangan menuju dewasa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilakunya jika tidak dapat menggunakan internet dengan bijak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan internet dengan pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional pada 413 remaja sesuai dengan kriteria inklusi melalui metode purposive sampling. Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kepemilikan gadget, akses ke internet, penggunaan internet harian, media sosial yang digunakan, tempat untuk mengakses internet, mengakses konten seksual, dan tergabung kelompok terkait seksual di media sosial. Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengunaan internet. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara akses ke internet, media sosial yang digunakan, dan tempat untuk mengakses internet dengan pengetahuan seksualitas (p-value < 0,05). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara media sosial yang digunakan, mengakses konten seksual, tergabung kelompok terkait seksual di media sosial, dan penggunaan internet dengan perilaku seksual (p-value < 0,05). Peneliti menyarankan untuk mengawasi penggunaan internet pada remaja kepada orang tua, kemudian edukasi dan promosi oleh pelayanan kesehatan terkait pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual.

The Internet has developed rapidly with the increasingly advanced age. This is evidenced by the increase in the number of Internet users, especially among teenagers. Adolescents are in the stage of development towards adulthood. Therefore, it may affect their knowledge and behavior if they cannot use the Internet wisely. This study aims to determine the relationship of Internet use with sexuality knowledge and sexual behavior. This study used a cross-sectional approach on 413 adolescents according to the inclusion criteria through purposive sampling method. The characteristics of the respondents in this study are age, gender, gadget ownership, internet access, daily internet usage, social media used, place of internet access, access to sexual content, and joining sexually related groups on social media. The independent variable in this study is Internet use. The dependent variable in this study is sexuality knowledge and sexual behavior among adolescents. The results showed a significant relationship between access to the internet, social media used, and place to access the internet with sexuality knowledge (p-value <0.05). In addition, the results also showed a significant relationship between social media used, accessing sexual content, joining sexually related groups on social media, and internet use with sexual behavior (p-value <0.05). Researchers suggest to supervise the use of internet in adolescents to parents, then education and promotion by health services related to sexuality knowledge and sexual behavior.,

Zaman yang semakin maju menyebabkan perkembangan internet yang pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengguna internet terutama di kalangan remaja. Remaja berada ditahap perkembangan menuju dewasa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilakunya jika tidak dapat menggunakan internet dengan bijak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan internet dengan pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional pada 413 remaja sesuai dengan kriteria inklusi melalui metode purposive sampling. Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kepemilikan gadget, akses ke internet, penggunaan internet harian, media sosial yang digunakan, tempat untuk mengakses internet, mengakses konten seksual, dan tergabung kelompok terkait seksual di media sosial. Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengunaan internet. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara akses ke internet, media sosial yang digunakan, dan tempat untuk mengakses internet dengan pengetahuan seksualitas (p-value < 0,05). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara media sosial yang digunakan, mengakses konten seksual, tergabung kelompok terkait seksual di media sosial, dan penggunaan internet dengan perilaku seksual (p-value < 0,05). Peneliti menyarankan untuk mengawasi penggunaan internet pada remaja kepada orang tua, kemudian edukasi dan promosi oleh pelayanan kesehatan terkait pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual.

The Internet has developed rapidly with the increasingly advanced age. This is evidenced by the increase in the number of Internet users, especially among teenagers. Adolescents are in the stage of development towards adulthood. Therefore, it may affect their knowledge and behavior if they cannot use the Internet wisely. This study aims to determine the relationship of Internet use with sexuality knowledge and sexual behavior. This study used a cross-sectional approach on 413 adolescents according to the inclusion criteria through purposive sampling method. The characteristics of the respondents in this study are age, gender, gadget ownership, internet access, daily internet usage, social media used, place of internet access, access to sexual content, and joining sexually related groups on social media. The independent variable in this study is Internet use. The dependent variable in this study is sexuality knowledge and sexual behavior among adolescents. The results showed a significant relationship between access to the internet, social media used, and place to access the internet with sexuality knowledge (p-value <0.05). In addition, the results also showed a significant relationship between social media used, accessing sexual content, joining sexually related groups on social media, and internet use with sexual behavior (p-value <0.05). Researchers suggest to supervise the use of internet in adolescents to parents, then education and promotion by health services related to sexuality knowledge and sexual behavior.

]
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, [2021, ]
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Dewi Pujianti
Abstrak :
Di Indonesia tahun 2010, remaja yang melakukan hubungan seksual mencapai 32%. Di Kota Semarang 7,6% (2003) remaja melakukan hubungan seksual pranikah . Di Puskesmas Halmahera, lima dari tujuh remaja (71,4%) melakukan seks pra nikah. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran faktor-faktor risiko perilaku seksual remaja SMA di wilayah kerja Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2012. Dengan metode deskriptif, penelitian ini mendapatkan 72,5% remaja berperilaku baik, 41,2% memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi, 86,3% memiliki sikap yang baik terhadap perilaku seksual. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas perlu menggalakkan program penyuluhan dan konseling remaja dengan mengikutsertakan orang tua, guru dan masyarakat. ......In Indonesia in 2010, teenagers who had sexual intercourse up to 32%. In the city of Semarang is 7.6% (2003) teenagers who had done premarital sexual relationship. On Halmahera health center, five of the seven teenagers (71.4%) had pre-marital sex. This study aims to know the description of risk factors for teenagers? sexual behavior of high school in health center in the region of Halmahera Semarang in 2012. With descriptive methods, this study got 72.5% of teenagers who had good behavior, 41.2% had less knowledge about reproductive health, 86.3% had a good attitude toward sexual behavior. To increase the knowledge of teenagers on reproductive health and sexuality need to promote counseling and teenagers counseling program including parents, teachers and the society.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>