Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryan Eka Cahya
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk mengkaji remunerasi, teamwork, dan self esteem terhadap kinerja penyidik dan penyidik pembantu pada Bareskrim Polri. Kinerja penyidik dan penyidik pembantu sangatlah penting bagi berjalannya sebuah organisasi Kepolisian. Kinerja merupakan suatu hal yang merefleksikan seberapa baik seseorang individu menyelesaikan tugas yang telah diembannya dalam organisasi. Berhasil tidaknya kinerja seorang penyidik dan penyidik pembantu yang telah dicapai organisasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat kinerja penyidik dan penyidik pembantu secara individu maupun secara kelompok. Remunerasi merupakan variabel penting yang akan mendorong semangat penyidik dan penyidik pembantu untuk menghasilkan kinerja sesuai yang diharapkan. Kesuksesan kinerja penyidik dan penyidik pembantu juga tidak terlepas dari faktor kerjasama yang dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari beberapa penyidik dan penyidik pembantu dalam fokus menangani perkara yang tertentu, kerjasama dalam melaksanakan tugas tersebut bisa disebut dengan istilah teamwork. Faktor lain yang bisa mempengaruhi kinerja adalah self esteem, dimana seseorang dengan self esteem yang tinggi mereka melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima sehingga menambah kepercayaan dirinya ataupun aktualisasi diri terhadap pekerjaan yang dilakukan. Terkadang self esteem juga bisa menjadi variabel mediasi antara variabel remunerasi dan kinerja. Sampel penelitian ini diambil sebanyak 100 responden dari 300 populasi jumlah penyidik dan penyidik pembantu dari 3 direktorat Bareskrim Polri yaitu Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, dan Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri. Dalam menganalisis model pengaruh variabel independen dan variabel dependen digunakan analisis SEM (structural equation modeling) dengan software partial least square (PLS). Penelitian ini menemukan bahwa remunerasi mempunyai pengaruh signifikan dengan kinerja dengan nilai t hitung sebesar 2,484 lebih besar daripada nilai t tabel 1,96 (2,484>1,96). Selanjutnya teamwork mempunyai pengaruh signifikan dengan kinerja dengan nilai t hitung teamwork ke kinerja sebesar 2,367 dan self esteem dengan kinerja dengan nilai t hitung self esteem ke kinerja sebesar 2,707. Penelitian ini menyimpulkan bahwa remunerasi yang sesuai sangat diharapakan untuk menunjang kinerja penyidik dan penyidik pembantu pada Bareskrim Polri. Peran dari teamwork sangatlah dibutuhkan dalam menjalankan tujuan dan cita-cita organisasi serta faktor self esteem akan mempengaruhi kepercayaan diri penyidik dan penyidik pembantu dalam bertugas pada Bareskrim Polri.
This study aims to examine remuneration, teamwork, and self-esteem on the performance of investigators in the Police of Criminal Investigation (Bareskrim Polri). The performance of investigators is essential for the course of a police organization. Performance reflects how well an individual completes the task he or she has in the organization. The successful performance achieved by the organization is influenced by the level of performance of investigators individually or in groups. Remuneration is an important variable that will encourage the investigators to give the expected performance. The successful performance of investigators also cannot be apart from cooperation factors conducted by a team consisting of several investigators in the focus of handling certain cases, cooperation in carrying out these tasks can be called by teamwork. Another factor that can affect performance is self-esteem, where a person with high self-esteem they see themselves valuable, capable and acceptable so as to increase their confidence or self-actualization of the work he/she does. Sometimes self-esteem can also be a mediation variable between remuneration and performance variables. The sample size of this study is 100 respondents from 300 population of investigators from 3 Police Directorate of Criminal Investigation: Directorate of Criminal Acts; Directorate of Economic Crime and Special Criminal Investigation; and Directorate of Corruption Crime. In analyzing the influence of independent variable and dependent variable, SEM analysis (structural equation modeling) with partial least square (PLS) software is used. This research found that remuneration has significant influence to performance with t value observed 2,484 bigger than t value table 1.96 (2,484> 1,96). Furthermore, teamwork has a significant influence to the performance with the t value observed 2.367 and self-esteem 2.707. This study concludes that appropriate remuneration is highly expected to support the performance of investigators in the Police of Criminal Investigation (Bareskrim Polri). The role of teamwork is needed in carrying out the goals and ideals of the organization and the factors of self-esteem will affect the confidence of investigators in duty on the Police of Criminal Investigation.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T52186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defryansyah Amin
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self control sebagai mediator hubungan antara self esteem dan adiksi game online. Adiksi game online merupakan fenomena yang banyak dijumpai beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi game online merupakan salah satu aktivitas hiburan yang paling populer di dunia dalam mengisi waktu luang. Karakteristik psikologis individu akan mempengaruhi seseorang untuk menggunakan game online secara berlebih. Self esteem merupakan salah satu prediktor terjadinya adiksi game online. Individu dengan self esteem yang rendah akan membuatnya mengakses game online secara terus menerus. Hal tersebut menunjukkan bahwa self control yang rendah juga dialami oleh individu tersebut. Peneliti menduga bahwa self control menjadi mediator hubungan antara self esteem dan adiks game online. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif pada 230 pemain game online yang didapatkan melalui teknik accidental sampling. Peneliti menggunakan alat ukur IPAT (Internet Process Addiction Test), RSES (Rosenberg Self Esteem Scale), dan BSCS (Brief Self Control Scale) untuk pengumpulan data. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa self control ternyata mampu memediasi secara keseluruhan (full mediation) hubungan antara self esteem dan adiksi game online.
The aim of the study is to examine self control as a mediator between self esteem and game online addiction among game online players. Game online addiction becomes more likely to be found on several years. Moreover, online games are one of the most popular leisure activity in the worl. Individual psychological characteristics will influence someone to use the game online excessively. Self-esteem is one of the predictors of online game addiction. Low self esteem will increase the possibility of their online activity. This also means that self control among game online players are low. This study assumes that self control have a role as mediator between the self esteem and symptoms of game online addiction. This study is a quantitative reseach for 230 game online players based on accidental sampling method. Instruments used in this study are IPAT (Internet Process Addiction Test), RSES (Rosenberg Self Esteem Scale), dan BSCS (Brief Self Control Scale) for collecting datas. This study shows that self control has a role to mediate the relation between self esteem and online game addiction. The role of self control in this study known as full mediation between self esteem and game online addiction among game online players.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Utari Alatan
Abstrak :
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas selfhood builder dalam meningkatkan selfhood sebagai salah satu komponen self esteem pada anak berusia enam tahun. Penelitian dilakukan kepada S, seorang anak perempuan dengan masalah selfhood. Program intervensi diberikan pada S dalam empat sesi dengan durasi 45 hingga 55 menit setiap sesinya. Pengukuran keberhasilan program dilihat berdasarkan dua indikator keberhasilan, yaitu adanya peningkatan jumlah indikator selfhood yang terpenuhi sebelum dan setelah S menjalani program, dan indikator keberhasilan masing-masing sesi. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan dari sebelas menjadi 17 indikator selfhood yang terpenuhi. Indikator keberhasilan masing-masing sesi juga terpenuhi untuk setiap sesinya. Terpenuhinya kedua indikator keberhasilan program menunjukkan bahwa program selfhood builder dapat meningkatkan selfhood pada S. Pelaksanaan program serupa di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan melakukan follow up atau pengembangan desain dan setting intervensi. ...... The research aimed to determine the effectiveness of selfhood builder in improving selfhood as one component of self-esteem in children aged six years. The study was conducted on a subject, S, a girl with selfhood problem. Intervention program was given in four sessions with 45 to 55 minutes each session. Measurement of programs reflected by two indicators of success, namely an increase in the number of indicators of selfhood fulfilled before and after the program, and indicators of success for each session. The results showed an increase from 11 indicators to 17 indicators. The indicators of success for each session were also fulfilled. Based on the results, selfhood builder can improve selfhood in the subject. Implementation of similar programs in the future can be done by doing a follow-up or development of design and intervention settings.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T42857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella Angelia
Abstrak :
Individu dengan vaginismus sering menghadapi tantangan biopsikososial, termasuk masalah self-esteem. Padahal, self-esteem penting bagi kehidupan individu, terutama mereka yang rentan terhadap masalah psikologis seperti individu dengan vaginismus. Perceived social support diketahui berhubungan dengan self-esteem, tetapi penelitian pada populasi vaginismus masih terbatas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif noneksperimental yang menginvestigasi peran perceived social support terhadap self-esteem pada individu dengan vaginismus di Indonesia. Kriteria partisipan adalah pernah didiagnosis vaginismus, sedang atau pernah mengalami vaginismus, dan berdomisili di Indonesia. Penelitian melibatkan 115 partisipan penyintas dan penderita vaginismus dengan rentang usia 23-45 tahun di Indonesia. Instrumen yang digunakan adalah Rosenberg’s Self-Esteem Scale dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Analisis regresi linear menunjukkan bahwa perceived social support memprediksi self-esteem pada individu dengan vaginismus (β = .150, p < .001). Penelitian ini juga mengungkap temuan lain terkait tantangan terkait mencari pengobatan dan menerima diagnosis yang dihadapi oleh penyintas vaginismus di Indonesia. ......Individuals with vaginismus often encounter biopsychosocial challenges, including issues with self-esteem. Self-esteem plays a critical role in the well-being of individuals, particularly for those vulnerable to psychological issues such as those with vaginismus. Although perceived social support is linked to self-esteem, research specifically focusing on the vaginismus population remains limited. This quantitative non-experimental study investigates the role of perceived social support in influencing self-esteem among individuals with vaginismus in Indonesia Participants were selected based on having been diagnosed with or currently experiencing vaginismus, and they resided in Indonesia. The study involved 115 participants aged between 23 and 45 years. The instruments utilized were the Rosenberg Self-Esteem Scale and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support, both translated into Indonesian. Linear regression analysis demonstrated that perceived social support significantly predicts self-esteem in individuals with vaginismus (β = .150, p < .001). The study also highlighted challenges related to seeking treatment and accepting the diagnosis faced by vaginismus survivors in Indonesia.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Melati Putri
Abstrak :
Cara pandang atau evaluasi seorang individu terhadap dirinya sendiri akan cenderung positif apabila ia memiliki self-esteem yang baik. Individu pada tahap perkembangan dewasa muda (usia 18-29 tahun) dihadapi dengan berbagai tugas perkembangan serta tuntutan kehidupan di kesehariannya, sedangkan disisi lain penting juga untuk menerapkan perilaku mempromosikan kesehatan. Individu yang memiliki self-esteem yang baik diharapkan lebih mampu untuk melakukan perilaku mempromosikan kesehatan dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai hubungan antara perilaku mempromosikan kesehatan dan self-esteem pada dewasa muda. Responden dalam penelitian ini berjumlah 798 orang dari berbagai macam daerah di Indonesia. Perilaku mempromosikan kesehatan diukur dengan Health Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II) dan self-esteem diukur dengan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). Kedua alat ukur tersebut telah di adaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi perkembangan spiritual terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan self-esteem. Sementara itu, pada dimensi tanggung jawab kesehatan, hubungan interpersonal, aktivitas fisik, nutrisi, dan manajemen stres tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan self-esteem. ...... The way individuals perceives or evaluates themselves are tend to be more positive when they have a good self-esteem. Individuals in the phase of emerging adulthood (18-29 years old) are faced with various developmental task and the demands of life, but on the other hand, to put in mind it is also important for them to implement health promoting behavior on daily basis. This study aims to investigate the relationship between health promoting behavior and self-esteem in emerging adulthood. Respondents in this study consist of 798 emerging adulthood from various regions in Indonesia. Health promoting behavior were measured by Health Promoting Lifestyle Profile II (HPLP-II) and self esteem were measured by Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). Both of this instrument has been adapted in Bahasa Indonesia. The results shows that spiritual growth is positively and significantly correlated with self-esteem. Meanwhile, health responsibility, interpersonal relationships, physical activity, nutrition, and stress management are not significantly correlated to self-esteem.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Anis Hasanah
Abstrak :
Studi kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui peran moderasi sel-esteem dalam hubungan antara religiusitas dengan intoleransi politik. Peneliti menduga bahwa orang religius yang memiliki tingkat self-esteem rendah cenderung menunjukkan intoleransi politik yang lebih tinggi dibandingkan orang religius yang memiliki tingkat self esteem tinggi. Partisipan penelitian dalam penelitian ini adalah 308 orang yang beragama Islam di sekitar JAbodetabek dan sudah memiliki hak politik atau setidaknya sudah mendapat hak pilih dalam pemilu. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Skala Intoleransi Politik oleh Pepinsky, dkk (2018) untuk mengukur intoleransi politik, Skala Religiusitas Komitmen Worthington 2003 untuk mengukur religiusitas, dan self-esteem diukur melalui Rosenberg Self Esteem Scale 1965. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efek individual religiusitas dan self esteem mampu memprediksi secara signifikan terhadap intoleransi politik. Selanjutnya, analisis moderasi menunjukkan bahwa self esteem tidak damapt memberikan efek moderasi yang signifikan bagi hubungan religiuistas dengan intoleransi politik.
This quantitative study was aims to determine the moderating role of self-esteem in the relationship between religiosity and political intolerance. It was hypothesized that religious people who have a low level of self-esteem tend to show higher political intolerance than religious people who have a high level of self-esteem. The research participants of this study were 308 Muslim around Jabodetabek and already had political rights at least had been given the right to vote in national elections. Political intolerance was measured by Scale of Political Intolerance which developed by Pepinsky, et al. 2018, religiosity was measured by the Scale of Religiosity Commitment by Worthington 2003, and self-esteem was measured by Rosenberg Self esteem Scale 1965. The results of this study indicate that the individual effects of religiosity and self esteem able to predict political intolerance significantly. Furthermore, moderation analysis shows that self esteem cannot provide a significant moderating effect for the relationship of religiosity with political intolerance.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Gustina
Abstrak :
Tuntutan dari berbagai aspek dapat menyebabkan tekanan psikologis pada tahun pertama kuliah siswa. Dalam menghadapi tuntutan tersebut, mahasiswa tahun pertama dapat melakukan evaluasi ulang sendiri apakah mereka cukup kompeten atau tidak untuk menghadapi tantangan yang kemudian selanjutnya dibahas sebagai konsep harga diri. Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat hubungan antara harga diri dan tekanan psikologis di beberapa negara. Di dalam peneliti studi menyelidiki peran harga diri dalam memprediksi tekanan psikologis di mahasiswa tahun pertama khususnya dalam konteks Universitas Indonesia. Peserta ini studi terdiri dari 277 perguruan tinggi tahun pertama yang rata-rata berusia 18 tahun. Variabel Self-esteem diukur menggunakan Rosenberg Self-esteem Scale dan psikologis distress diukur menggunakan Self-Reporting Questionnaire 20 (SRQ-20). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri memprediksi tekanan psikologis pada mahasiswa tahun pertama di mana peningkatan harga diri menyebabkan penurunan tingkat gangguan psikologis. Ini Studi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan intervensi pada mahasiswa tahun pertama terkait dengan tingkat tekanan psikologis mereka yang tinggi. ...... Demands from various aspects can cause psychological stress in the first year of college students. In facing these demands, first year students can re-evaluate whether they are competent enough or not to face challenges which are then discussed as the concept of self-esteem. Several previous studies have looked at the relationship between self-esteem and psychological distress in several countries. In this study researchers investigated the role of self-esteem in predicting psychological distress in first-year students, particularly in the context of the University of Indonesia. Participants in this study consisted of 277 first-year colleges whose average age was 18 years. Self-esteem variables were measured using the Rosenberg Self-esteem Scale and psychological distress measured using the Self-Reporting Questionnaire 20 (SRQ-20). The results of this study indicate that self-esteem predicts psychological distress in first-year students where increased self-esteem leads to lower levels of psychological disorders. This The study can be used as a consideration for intervention in first-year students related to their high levels of psychological stress.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Safira Larasati
Abstrak :
ABSTRAK Studi ini berfokus pada peran tingkat pendidikan dan self-esteem sebagai prediktor preferensi pendidikan pasangan pada pengguna layanan kencan daring. Hasil analisis regresi yang dilakukan pada 503 pengguna layanan kencan onlinemembuktikan bahwa tingkat pendidikan dan self-esteem memiliki peran yang signifikan sebagai prediktor preferensi pendidikan pasangan. Selain itu, hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki peran yang lebih besar dari pada self-esteem dalam memprediksi preferensi pendidikan pasangan. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam pengembangan layanan kencan online untuk meningkatkan jumlah match pengguna dengan menyesuaikan karakteristik pengguna. Di sisi lain, hasil penelitian ini juga berkontribusi dalam memperluas pemahaman tentang preferensi pemilihan pasangan pada pengguna layanan kencan daring.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library