Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Haas, Egbert
Leiden Universitaire Pers Leiden 1956
959.7 H 21 f
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Tokyo : Hideya Kawakita Japan Belier Art Center, 2007,
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Mufidha Brilian Irianti
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang latar belakang kehidupan Kaisar Hirohito dan situasi di sekitar Beliau ketika Perang Dunia II berlangsung, serta kedudukan Kaisar berdasarkan Undang-Undang Dasar Meiji. Jepang terjun ke dalam kancah Perang Dunia II melawan negara-negara sekutu yang menyebabkan kesengsaraan bagi banyak orang. Selama Perang Dunia II ini berlangsung, Kaisar Hirohito tidak banyak terlibat dalam pengambilan kebijakan-kebijakan perang. Padahal, berdasarkan Undang-Undang Dasar Meiji, jelas bahwa penentu kebijakan perang adalah Kaisar. Terjadi ketidaksesuaian antara apa yang tertuang di pasal-pasal tentang kedudukan kaisar dalam Undang-Undang Dasar Meiji dengan prakteknya ketika Perang Dunia II berlangsung
This thesis discusses about emperor Hirohito_s background life and the situation around him during World War II, and the emperor_s authority in Meiji Constitution. Japan involved to the World War II opposed Allies which oppressed many people. During the World War II, emperor Hirohito did not involved with the decision making of the World War II. Whereas, Meiji Constitution said that the decision maker of war should be the emperor. There were discrepancies in the Meiji Constitution with the fact when the World War II occurred
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S13608
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Sri Dewi Adriani
Abstrak :
ABSTRAK
Pada jaman Kamakura (1185 - 1333) lahir suatu kelas baru dalam masyarakat Jepang yaitu kelas militer (biushl). Kelahiran kelas militer ini adalah akibat timbulnya penjalinan kekuasaan antara militer daerah dan kaum bangsawan pedesaan yang memanfaatkan kemunduran pemerintah pusat dan kekacauan di dalam negeri untuk memperbesar kekuasaan mereka. Lahirnya kelas militer ini kemudian diikuti oleh pembentukan pemerintahan militer atau yang dikenal dengan Bakufu. Pembentukan bakufu ini sekaligus menan_dai berakhirnya awal jaman pertengahan dan dimulainya jaman feodalisme di Jepang. Pemerintahan oleh kelas militer ini berlangsung kurang lebih 700 tahun dan secara garis besar terbagi atas 2 jaman yaitu feodal awal dan feodal akhir. Jaman feodal awal meliputi jaman Kamakura (1185 - 1333), Muromachi (1333 - 1573), Berta Azuchi Mornoyama (1573 - 1603). Semen_tara jaman feodal akhir hanya meliputi satu jaman yaitu jaman Edo (1603 - 1867). Sejak dimulainya pemerintahan oleh kelas militer ini, pusat kekuasaan politik berpindah dari istana ke markas militer. Kaisar beserta keturunannya diisolasi dari dunia politik dan kekuasaan politik dikendalikan oleh Seii Tai Shogun (Jenderal berkuasa penuh).
Pada jaman Edo dikeluarkan suatu peraturan tentang mekanisme pemerintahan dimana Shogun sebagai kepala pemerintahan pusat dan pemimpin militer pada masa itu melimpahkan tugas dan wewenangnya di daerah kepada DaimyO (kepala pemerintahan daerah). Mekanisme pemerin_tahan sepaerti ini dikenal dengan Sistern Bakuhan atau Bakuhan Taisei. Dalam pelaksanaannya shogun mengontrol dengan ketat para daimyo beserta anak buahnya. Kekuasaan mereka dibatasi dengan dikeluarkannya berbagai perat_uran yang mengatur kegiatan para daimyd dan pembantu-pembantunya tersebut. Peraturan serupa juga ditujukan bagi kaisar dan keturunannya. Jabatan shogun ini dipegang secara turun temurun oleh keluarga Tokugawa. Secara garis besar sistem pemerintahan pada jaman Edo dapat dibagi menjadi tiga yaitu sistem pemerintahan keshogunan, sistem pemerintahan oleh Sobayonin, serta sistem pemerintahan oleh Rhju-shuseki. Pada 1862, pemerintah Toku-gawa mengalami berbagai macam permasalahan. Diawali dengan timbulnya reformasi bunkyu, gerakan pemulihan konservatif, perang musim panas dan reformasi Keio. Krisis-krisis ini turut mempengaruhi faktor-faktor penyebab keruntuhan sistem bakuhan tersebut. Faktor-faktor tersebut terdiri dan faktor eksternal yang meliputi timbulnya pemikiran anti-bakufu, campur tangan pihak asing, timbulnya 2 golongan politik yang bertentangan, terbentuknya koalisi Satsuma-ChOsu, peranan rakyat kecil serta faktor internal yang terdiri dari dualisme karakter bakufu, masalah fiskal, merosotnya feodalisme han_desa, kondisi perekonomian han serta ketidakcakapan para pemimpin bakufu dalam menjalankan pemerintahan.
1995
S13849
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Iku Saymara
Abstrak :
Skripsi ini membahas Enatsu Hiroshi dalam bukunya yang berjudul Ofuro Kougengaku mengatakan bahwa kehidupan manusia dimulai dari kegiatan mandi. Zaman dahulu mandi pertama bayi disebut dengan istilah ubayu, sedangkan istilah yang dipakai pada masa sekarang adalah ubuyu, yang secara simbolisasi berarti keluarga mempunyai harapan agar bayi tersebut kelak tumbuh menjadi anak yang baik. Konsep mandi orang Jepang adalah lebih kepada semangat kebersihan itu sendiri, bukan proses untuk menjadi bersih. Semangat kebersihan disini tidak hanya mengacu kepada kebersihan tubuh, tetapi juga mengacu pada kebersihan jiwa. Skripsi ini menganalisa fungsi ofuro dalam keluarga, konsep keintiman yang tercipta melalui hadaka no tsukiai, fungsi sentou dan fungsi onsen
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13656
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library