Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yakso Sulistio
Abstrak :
Setidaknya sejumlah lebih dari 332 ribu jiwa telah hilang akibat lebih dan 260 kejadian gempa bumi yang terjadi di dunia dalam kurun waktu 1949 sampai dengan 1969. Dalam tiga dekade terakhir sejumlah penelitian telah mengarah kepada penggunaan sistem kontrol struktur sebagai metode penahan gempa, baik sistem kontrot pasif, sistem kontrol aktif, (keduanya dapat dibedakan dari ada tidaknya gaya kontrol yang digunakan untuk melawan gaya-gaya yang disebabkan percepatan tanah pada saat terjadinya gempa bumi), maupun sistem kontrol hibrid (gabungan keduanya). Kontrol hibrid diharapkan menghasilkan performance pengontrolan yang baik karena dapat menutupi kelemahan kedua metode kontrol yang digabungkan. Penggunaan alat kontrol (control devices) baik dengan sistem kontrot aktif, pasif dan hibrid dimaksudkan agar struktur tidak mengalami kerusakan ketika terjadi gempa-gempa besar (percepatan maksimum mencapai 0.4 g). Sebuah algoritma kontrol aktif yang diajukan oleh P.B. Shing et. al. yang disebut sebagai non-linear velocity feedback dengan menggunakan Active Bracing System terbukti sangat efektif dalam mereduksi respon struktur akibat gempa bumi, dan menghasilkan kinerja pengontrolan yang lebih baik dari pada algoritma kontrol klasik LQR. Non linier yang dimaksudkan dalam metode ini adalah besar gaya kontrol yang digunakan bukan merupakan fungsi linear terhadap respon struktur (dalam hal ini kecepatan struktur). Non linieritas dalam metode ini dijamin oleh penggunaan saturasi (batas maksimal gaya kontrol yang boleh digunakan /terjadi pada aktuator). Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah kapasitas maksimum dari aktuator yang digunakan akan sering tercapai (hal ini tidak terjadi pada algoritma LQR), sehingga aktuator dapat digunakan secara optimal. Dalam skripsi ini, sistem kontrol hibrid (Base Isolator + non linier velocity feedback Active Bracing System yang diformulasikan berdasarkan algoritma di -atas) disimulasikan terhadap struktur portal geser delapan lantai yang dikenai percepatan gempa El Centro (1940) pada komponen utara-selatan (NS), gempa San Fernando-NS (1971) dan Kobe-NS (1995), dan hasilnya dibandingkan dengan sistem kontrol aktif (non linier velocity feedback Active Bracing System) dan pasif (Base Isolator). Hasil simulasi menunjukkan reduksi interstory drift sampai dengan 65% dapat dicapai oleh struktur yang dilengkapi dengan Bl, dan sampai dengan 71% dapat dicapai oleh struktur yang dilengkapi dengan sistem hibrid, yang dikenai percepatan gempa El Centre. Pada beban dan gaya kontrol yang sama dengan sistem hibrid tersebut, sistem kontrol aktif hanya mampu melakukan reduksi sampai dengan 32%. Dengan sistem kontrol di atas, struktur dapat didisain dengan dimensi yang lebih kecil, dan tanpa resiko kerusakan struktural dan arsitektural pada saat terjadinya gempa bumi, sehingga lebih aman bagi pengguna bangunan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S34858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Adi Wibowo
Abstrak :
Telah dilakukan proses tomografi struktur kecepatan gelombang seismik Gelombang P menggunakan data gempabumi swarm di daerah Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara. Penelitian ini bertujuan menentukan parameter gempabumi dan sebarannya yang ada diwilayah ini, menganalisis perbedaan antara rangkaian gempabumi swarm dengan gempabumi tektonik non swarm, dan menganalisis struktur kecepatan gelombang P Vp pada wilayah ini dan implikasinya terhadap keadaan tektonik lokal diwilayah ini yang menjadi penyebab gempabumi swarm Jailolo 2015. Digunakan rekaman data seismik 12 Agustus-12 September 2016 dari 33 stasiun yang ada pada jaringan 7G Seismic Temporary Network GFZ GeoForschungsZentrum ndash; German Reserarch Centre for Geosciences Helmholtz Centre Postdam dan BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika , yang dianalisis menggunakan JISVIEW, sebuah program analisis gempabumi. Program simulps12 digunakan untuk melakukan proses inversi tomografi simultan. Dari rekaman seismik yang ada teranalisis 264 kejadian gempabumi sebelum relokasi yang kemudian menjadi 219 kejadian gempabumi setelah relokasi , yang digunakan dalam tahapan proses tomografi. Kejadian gempabumi yang ada diidentifikasi sebagai rangkaian kejadian gempabumi swarm, bukan kejadian gempabumi tektonik biasa non swarm yang memiliki pola foreshock-mainshock-aftershock. Dari gambar hasil tomografi diketahui adanya daerah dengan perturbasi nilai Vp tinggi diasumsikan sebagai magma yang mengalami intrusi magmatik dimasa lalu dan telah mendingin menjadi bagian batuan beku. Vp rendah dikedalaman diasumsikan sebagai intrusi magma yang sedang terjadi dari mantel bagian atas yang mendorong bagian lemah pada batuan beku dibagian kerak bumi bagian bawah diwilayah, sehingga mengakibatkan rangkaian gempabumi swarm pada akhir tahun 2015. ...... The process of tomography for seismic velocity structure P wave has been done using swarm earthquake data in Jailolo, Halmahera Barat, and North Molucca. The objectives of this research are determining the earthquake parameters and its hypocentre and epicentre around research areas, analysing the difference between swarm and non swarm earthquake tectonic earthquake, and analysing the structure of P wave velocity Vp structures and correlating the results with the local and regional geological structure that became the source of swarm earthquake phenomenon in 2015. A 32 days August 12 September 12 2016 seismic data recording, from 33 seismic station in 7G Seismic Temporary Network of GFZ GeoForschungsZentrum ndash German Research Centre for Geosciences Helmholtz Centre Postdam and BMKG Agency of Meteorology, Climatology and Geophysics , is analysed using JISVIEW, an earthquake analysis program. Simulps12 program is used to do the simultaneous tomography inversion. From the seismic recording, we analysed 264 earthquake events before relocation, and after relocation process we used 219 earthquake events to do the inversion process. The earthquake event that analysed in research areas is identified as a swarm earthquake sequence, not am ordinary tectonic earthquake. From tomography imaging result we found a region high Vp perturbance values that interpreted as a igneous rock of magma bodies from previous magmatic intrusion in the past. A low Vp perturbance values in the depth is interpreted as on going magmatic intrusion from upper earth mantle layer that pushing the weak zones at lower earth crust layer that caused the sequence of swarm earthquake in 2015.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T49207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library