Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joan Radina Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas pengaruh dari konsep munculnya konsep String of Pearls, sebuah konsep yang pertama kali muncul pada tahun 2005 dalam laporan Dari konsultan Departemen Pertahanan AS mengenai aktifitas China yang semakin meningkat di Samudera Hindia, terhadap dinamika keamanan regional. Berangkat dari regional security complex theory (RSCT) yang dikemukakan Barry Buzan mengenai signifikansi dan otonomi dari level keamanan regional, penulis mencoba mencari tahu apakah pengaruh dari munculnya titik-titik pengaruh geopolitik China di sepanjang Samudera Hindia dan Laut China Selatan (bentuk nyata dari String of Pearls) terhadap kompleks keamanan Asia Timur dan Asia Selatan. Dengan menggunakan variabel-variabel dari kompleks keamanan regional yang dijelaskan oleh Buzan, penulis melakukan peneltian kuantitatif untuk menjawab permasalahan tersebut, di mana String of Pearls sebagai variabel polaritas menjadi variabel independen, variabel batasan geografis, struktur anarki, dan pola amity/enmity menjadi variabel antara (intervening variable) dan akhirnya transformasi kompleks keamanan sebagai variabel dependen. Dalam penelitian ini, ditemukan hasil bahwa String of Pearls menyebabkan transformasi eksternal kompleks keamanan regional Asia Timur dan Asia Selatan dan membentuk kompleks keamanan Asia yang solid. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya absolute power dan kapasitas interaksi India dan di saat yang sama terjadi aktifitas penguatan dan perluasan jariangan quasi alliance di antara sekutu-sekutu AS sementara di saat yang sama melakukan hedging terhadap China sebagai bentuk antisipasi untuk merespon semakin menguatnya kapabilitas kekuatan laut China. India pada akhirnya menjadi bagian dari struktur polaritas dari kawasan Asia Timur, menyebabkan peleburan batasan geografis antara kompleks Asia Timur dan Asia Selatan dan akhirnya terjadilah transformasi eksternal tersebut.
Abstract
This Thesis focus on the impact of String of Pearls concept (originated from a 2005 report for US Defense Ministry by Booz allen Hamilton about the increasing China activity in Indian Ocean) for regional security dynamics. With Buzan?s regional security complex theory (RSCT) as the basis, about the significance and authonomy of regional securitylevel, the author try to find out the impact of real form of String of Pearls for the composing variables of East Asia and South Asia security complex. With the using of regional security complex variables (as explained by Buzan), the autor conduct a quantitative research to answer the research question, where String of Pearls as polarity variable become independent variable and measured with Bueno De Mesquita?s systemic polarity measurement method. Boundary, anarchic structure, and amity/enmity pattern as intervening variable and security complex transformation as dependent variable. In this research, the author found that String of Pearls causes external transformation of East and South Asia security complex and formed a fully pledges Asia security complex. This happened because the increasing of India?s absolute power and interaction capacity, while at the same time there were activities of strengthening and expanding quasi alliance networking between US allies and hedging towards China as a respond of the increasing of China sea power capability. Because of that, India become the part of East Asia polarity structure, and with that the boundary between East and South Asia melted and the external transformation occurred.
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ganesh Aji Wicaksono
Abstrak :
Jepang, telah mengalami banyak perkembangan seusai Perang Dingin hingga menjadi salah satu militer tercanggih di Asia Timur. Pada 2006, Jepang dan sekutunya yaitu Amerika Serikat menandatangani perjanjian relokasi dari Okinawa, dimana 59% biaya relokasi ditanggung oleh Jepang. Intensi mempertahankan kehadiran Amerika Serikat tersebut memerlukan justifikasi berdasarkan perspektif Jepang terhadap wilayah sekitarnya. Penelitian ini akan menggunakan konsep balancing dan bandwagoning yang dikemukakan oleh Stephen Walt dalam menentukan kecenderungan strategi pertahanan yang dipraktikkan Jepang, ditambah faktor berupa intensi agresif dari Cina sebagai kompetitor Jepang, perimbangan kekuatan antara Cina dan Aliansi Keamanan Amerika Serikat-Jepang, serta kondisi lingkungan strategis Asia Timur.
Abstract
Japan has experienced many changes since the Cold War until it became one of the most sophisticated military in East Asia. In 2006, Japan and U.S. signed a relocation agreement from Okinawa, in which Japan shared 59% of the cost. This intention of keeping U.S. presence needs to be justified from Japanese perspective of its surroundings. This research will utilize Stephen Walt?s concept of balancing and bandwagoning besides considering several factors such as Chinese aggressive intent as Japan's competitor, balance of force between China and U.S.-Japan, and also strategic environment of East Asia.
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arda Vicky Satria
Abstrak :

Teka-teki stabilitas dan keamanan Asia Timur sebagian besar ditimbulkan oleh keengganan Korea Utara untuk membongkar persenjataan nuklirnya walaupun telah mendapat tekanan dunia internasional. Meski demikian, perkembangan terakhir menunjukkan bahwa sikap Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un mulai melunak, terbukti dengan ditandatanganinya Deklarasi Panmunjom pada tanggal 27 April 2018. Dengan menggunakan kerangka kerja analisis Regional Security Complex Theory (RSCT) sebagaimana dituliskan oleh Buzan dan Waver (2003), artikel ini berargumentasi bahwa perubahan kebijakan tersebut merupakan bagian dari respon Korea Utara terhadap dinamika keamanan kawasan Asia Timur. Tulisan ini menganalisis empat variabel esensial di security complex Asia Timur, yaitu batas geografis, struktur anarki, polaritas, dan konstruksi sosial. Penelitian ini menemukan bahwa terjadi perubahan persepsi Korea Utara terhadap pola amity-enmity, yakni konstruksi sosial di kawasan. Dengan tingginya kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia Timur, Korea Utara memilih untuk terus melakukan pengembangan nuklirnya dan uji coba rudal balistik. Korea Utara mengeluarkan kebijakan tersebut sebagai strategic equalizer. Dengan demikian, keamanan Korea Utara dapat terus terjamin dari ancaman eksternal seperti Amerika Serikat dan sekutunya.


The East Asian stability and security conundrum is partially caused by the unwillingness of North Korea to dismantle its nuclear armaments despite international pressure. However, recent development shows that North Korean Supreme Leader Kim Jong Un has adopted a milder stance as he signed Panmunjom Declaration on 27 April 2018. Using Regional Security Complex Theory (RSCT) prescribed by Buzan and Waver (2003) as the framework of analysis, this paper argues that the unprecedented change of policy is a part of North Korean response towards the dynamics of regional security in East Asia. In this paper, the four essential variables of East Asia security complex are being analyzed, namely geographical boundary, anarchic structure, polarity and social construction. It is found that there has been a change in North Koreas perception of the amity-enmity pattern, that is, the social construction of the region. With the high complexity of security in East Asia, North Korea chose to continue developing its nuclear and ballistic missile tests. North Korea issued that policy as a strategic equalizer. Thus, North Korea can be guaranteed to secure their security from external threats such as the United States and its allies.

2018
T52307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library