Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanimaulia
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan akan data satelit penginderaan jauh bagi Indonesia sangat penting salah satunya untuk ketahanan pangan. Kontinuitas data untuk mempredisksi produksi pertanian bisa diukur melalui teknologi penginderaan jauh pada satelit pengamat bumi. Namun Kementrian Pertanian masih menggunakan satelit pengamat bumi milik asing dari Amerika Serikat yaitu satelit Landsat 8. Satelit Landsat 8 menggunakan sensor pasif berupa kamera yang memiliki kelemahan tidak mampu menangkap citra dari objek permukaan bumi pada saat kondisi berawan. Sehingga ini menyulitkan petugas lapangan untuk melakukan verifikasi data luas tanam dan panen sesuai dengan kondisi factual di lapangan.Penelitian telah dilakukan dengan menggunakan metode tekno ekonomi berdasarkan comparative alternatif. Dibuat dua skenario dalam melakukan analisisnya. Skenario I yang menggunakan satelit buatan Indonesia dengan misi memantau lahan pertanian yaitu Lapan A3 yang membawa sensor pasif berupa kamera dan skenario II yang menggunakan satelit mikro dengan menggunakan sensor aktif berupa teknologi Synthetic Aperture Radar microSAR . Kedua alternatif tersebut dibandingkan berdasarkan dari bobot masing-masing satelit yang berada pada ukuran mikro, sekitar 100 kg.Hasil analisis dari sisi teknologi didapatkan bahwa skenario II microSAR memperoleh resolusi temporal dan resolusi spectral lebih baik dibandingkan dengan skenario I LapanA3 . Dari sisi ekonomi, skenario I Lapan A3 memiliki biaya yang lebih rendah dibandingkan skenario II microSAR . Namun, teknologi SAR layak diterapkan di Indonesia karena Indonesia merupakan Negara hujan tropis yang terdapat banyak awan. Teknologi SAR mampu menembus awan sehingga dapat memperoleh akurasi lahan pertanian lebih akurat sehingga dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh Kementrian Pertanian.
ABSTRACT
The need for remote sensing satellite data for Indonesia is very important one of them for food security. The continuity of data for predicting agricultural production can be measured through remote sensing technology on Earth observer satellites. However, the Ministry of Agriculture still uses a foreign owned satellite observer of the Earth from the United States, namely Landsat 8. Landsat 8 satellite uses passive sensors in the form of a camera that has a weakness is not able to capture the image of the earth 39 s surface objects in cloudy conditions. This makes it difficult for field officers to verify data on planting and harvesting areas in accordance with factual conditions in the field.Research has been done by using techno economic method based on alternative comparative. Two scenarios were created in the analysis. Scenario 1 using satellite made in Indonesia with the mission of monitoring agricultural land that is Lapan A3 carrying passive sensor in the form of camera and scenario 2 using micro satellite by using active sensor in the form of Synthetic Aperture Radar microSAR technology. Both alternatives are compared based on the weight of each satellite that is on the micro size, about 100 kg.From the technological analysis it is found that scenario 2 microSAR obtains temporal resolution and spectral resolution is better than scenario 1 LapanA3 . From an economic perspective, scenario 1 Lapan A3 has a lower cost than scenario 2 microSAR . However, SAR technology is feasible in Indonesia because Indonesia is a tropical rain country where there are many clouds. SAR technology is able to penetrate the cloud so as to obtain accurate agricultural accuracy so that it can be a solution of the problems faced by the Ministry of Agriculture.
2017
T47889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmi Handayani
Abstrak :
RSUP Fatmawati sebagai salah satu rumah sakit pengampu PTRM di wilayah DKI Jakarta melakukan pembinaan terhadap beberapa satelit di wilayah kerjanya. Cakupan satelit yang rendah, masalah penggunaan napza lain serta beberapa satelit yang merasakan adanya perbedaan cara petugas pembina melaksanakan bimbingan membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan evaluasi terhadap pembinaan dan efektivitasnya terhadap layanan PTRM di satelit. Penelitian ini dilakukan di RSUP Fatmawati dan 4 satelit diwilayah DKI Jakarta. Metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk mengetahui evaluasi pembinaan PTRM RSUP Fatmawati di satelit dan; efektivitas pembinaan terhadap kualitas layanan di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan informan secara purposive yaitu petugas PTRM RSUP Fatmawati, petugas dan klien di satelit serta didukung dengan FGD dan studi dokumen laporan terkait. Selanjutnya data yang diperoleh direduksi, dikelompokkan sesuai pokok permasalahan, dan dianalisis dengan membandingkan antara hasil wawancara dan dokumen dalam bentuk uraian. Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, evaluasi pembinaan PTRM RSUP Fatmawati di satelit menunjukkan: (1) belum tersedia SPO pelaksanaan supervisi ke satelit; (2) belum seragamnya materi pelaksanaan supervisi oleh petugas; (3) persepsi petugas pelaksana mengenai layanan belum kearah kualitas pelayanan di satelit; (4) belum ada pengawasan dari Kementerian Kesehatan terkait pelaksanaan supervisi petugas RS Pengampu. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasinya dengan membuat SPO pelaksanaan supervisi ke satelit yang baku dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan supervisi ke satelit. Kedua, pembinaan sudah dilaksanakan secara efektif terhadap aspek output. Dikatakan efektif yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai telah terlaksana, hal ini dibuktikan dengan keberhasilan layanan PTRM di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Pembinaan belum efektif terhadap aspek input dan proses layanan PTRM di satelit. Upaya yang harus dilakukan petugas Pembina adalah membuat usulan kepada Kementerian Kesehatan agar sistem pembinaan yang dilakukan oleh RS pengampu agar dapat mempunyai kewenangan terhadap pelayanan di satelit atau melakukan koordinasi kepada stake holder terkait masalah terhadap SDM dan fasilitas di satelit. ......The research was conducted in Fatmawati and 4 satellite region of Jakarta. Descriptive-qualitative method used to determine the evaluation of coaching MMT Fatmawati in satellite and; effectiveness of supervision on the quality of satellite services in 4 areas of Jakarta. Data obtained from in-depth interviews with informants purposively namely Fatmawati MMT officers, officials and clients in the satellite and supported by focus group study of documents and related reports. Furthermore, the data obtained is reduced, grouped according to subject matter, and analyzed by comparing the results of interviews and documents in narrative form. The results showed, first, formation evaluation MMT Fatmawati in satellite shows: (1) has not been available to the Satellite SPO implementation supervision, (2) the material has not been uniform implementation of supervision by officers, (3) perceptions regarding the executive officers yet toward service quality of service on satellites, (4) there is no supervision of the Ministry of Health on the implementation of the supervision officer RS custodian. Therefore, efforts to cope with the implementation of supervision to make SPO satellite and can be applied in the implementation of supervision to the satellite. Second, coaching is carried out effectively against the output aspect. Is said to be effective if the objectives have been accomplished, this is evidenced by the success of MMT services in 4 satellite Jakarta area. Yet effective coaching input and process aspects of MMT in the satellite services. Efforts must be made officers of PTRM Fatmawati Hospital is to make a proposal to the Ministry of Health for the system development undertaken by RS custodian in order to have the authority to services at the satellite or to coordinate the relevant stakeholders on HR issues and in satellite facilities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2103
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library