Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Ali Syahputra
Abstrak :
ABSTRAK
Keterbatasan lisensi penggunaan citra satelit penginderaan jauh resolusi tinggi seperti SPOT-6, SPOT-7, dan Pleiades-1A dari Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kepada pengguna menuntut teknik keamanan data saat didistribusikan melalui media elektronik sehingga tidak digunakan secara ilegal oleh pihak yang tidak berwenang. Enkripsi dan reversible data hiding merupakan dua perlindungan privasi yang efektif dan populer yang dapat dipilih sebagai solusi komunikasi rahasia. Pada penelitian joint reversible data hiding in encrypted image (RDHEI) sebelumnya, performansi extracted-bit error rate (EER) dan peak signal-to-noise ratio (PSNR) citra yang dipulihkan kurang memuaskan seiring mengecilnya ukuran blok. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan peningkatan akurasi performansi sistem joint reversible data hiding untuk citra satelit penginderaan jauh dari sistem referensi yang ada dengan memodifikasi fungsi fluktuasi dalam proses ekstraksi data dan menggunakan teknik embedding Reed-Solomon (RS) codes. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil eksperimen, baik usulan sistem dengan modifikasi fluktuasi tanpa RS codes maupun usulan sistem dengan modifikasi fluktuasi dan RS codes berhasil memperkecil EER, memperkecil ukuran blok dalam memperoleh error-free extracted-bit, dan meningkatkan PSNR dibandingkan dengan metode referensi RDHEI yang ada untuk implementasi pada citra uji satelit SPOT-6, SPOT-7, dan Pleiades-1A.
ABSTRACT
Limitations on licensing the use of high resolution remote sensing satellite images such as SPOT-6, SPOT-7, and Pleiades-1A from the National Remote Sensing Data Bank (BDPJN) of the National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN) to users need data security techniques when distributed through electronic media so that not used illegally by unauthorized parties. Encryption and reversible data hiding are two effective and popular privacy protections that can be chosen as confidential communication solutions. In previous research on joint reversible data hiding in encrypted image (RDHEI), the performance of extracted-bit error rate (EER) and peak signal-to-noise ratio (PSNR) of the recovered image was less satisfactory as the block size decreased. Therefore, this work proposes performance accuracy improvement of the joint reversible data hiding system for remote sensing satellite images from existing reference systems by modifying the fluctuation function in the data extraction process and using the Reed-Solomon (RS) codes embedding technique. Overall, based on experimental results, both the proposed system with fluctuation modification without RS codes and the proposed system with fluctuation modification and RS codes succeeded in reducing the EER, reducing the block size in obtaining error-free extracted-bits, and increasing PSNR compared to the existing RDHEI reference methods for implementation in SPOT-6, SPOT-7, and Pleiades-1A satellite test images.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pada tugas skripsi ini akan diperbandingkan antara teknik akses DS-CDMA dengan teknik akses SCPC-DAMA pada komunikasi MSAT multibeam, untuk kemudian ditentukan teknik akses mana yang paling optimum digunakan pada komunikasi MSAT multibeam tersebuc. Pada sistem MSAT ini, alokasi bandwidth yang digunakan sempit yaitu 14 MHz pada L-band. Oleh karena itu sistem MSAT ini hares dirancang sedemikian rupa sehingga bandwidth yang sempit ini dapat digunakan secara efisien. Salah satu caranya adalah dengan memiIih teknik akses jamak yang sesuai, sehingga jumlah pemakai dapat dioptimalkan. Untuk melihat unjuk keda kedua teknik akses tersebuc, digunakan perhitungan link budget. Kine6a sistem komunikasi dijitai meialui radio ditunjukkan oleh besarnya Eb/N,, pada input pada detektor penerimanya. Eb/N. dapat dinyatakan sebagai fungsi parameter link komunikasi seperti : EIRP yang dipancarkan, rugi-rugi ruang bebas (free space loss), penguatan antena penerima, dan noise input efektif pada sistem penerima. Dari hasil perbandingan tersebut diketahui bahwa teknik akses SCPC-DAMA lebih optimum (K=1207 pada EIRPsbi= 19 dBW; G/T,,,1= -12 dBi/K) dibandingkan dengan teknik akses DS-CDMA.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S39436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Dalam tugas akhir ini dilakukan perencanaan komunikasi satelit untuk TNI Angkatan Darat dengan menggunakan teknik MC-TDMA. Komunikasi antar stasiun dilakukan tanpa melalui HUB, dimana setiap stasiun menggunakan terminal VSAT, sehingga sistem ini dapat menyalurkan informasi suara dan data tanpa mengalami delay yang berarti dibandingkan dengan menggunakan HUB. Dengan menggunakan teknik pengkompresian suara sinyal yang ditransmisikan akan teracak sehingga tidak bisa tersadap dan ditambah lagi dengan menggunakan teknik hopping, sinyal bisa jumping dan' satu carrier ke carrier yang lain, sehingga sukar dilaeak dan dimonitor menjadikan kerahasiannya semakin terjamin. Berdasarkan kebutuhan _yang diperoleh dari Markas Besar TNI Angkatan Darat, dari perencanaan ini diperoleh 50 slot dalam satu carrier, dan jumlah carrier semuanya ada 7 buah, Jumlah yang dibutuhkan untuk kapasitas i2 kanal ada I VSAT, 10 kanal ada 1 VSAT, untuk 8 kanal ada 19 VSAT, dan b kanal ada 27 VSAT dan jumlah kanal total yang dibutuhkan untuk TNI AD ada 334 buah kanal.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S39370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelly
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang peningkatan kinerja konstelasi satelit LEO dalam mentransmisikan paket data IP dengan menerapkan sistem jaringan MPLS dengan tambahan fungsi ECN. Simulasi jaringan dilakukan dengan 3 skenario: scenario MPLS, skenario Satelit MPLS, dan skenario Satelit MPLS Dengan Tambahan Fungsi ECN. Hasil simulasi menunjukkan peningkatan kinerja dalam hal peningkatan throughput dan utilisasi, serta penurunan delay pada skenario Satelit MPLS Dengan Tambahan Fungsi ECN dibandingkan dengan skenario Satelit MPLS walaupun tidak melampaui skenario MPLS pendekatan terestrial. ......This thesis focused on the improvement of LEO satellite constellation performance in transmitting IP packet data which implement MPLS networking system with the addition of ECN function. Network simulations conducted within 3 scenarios: MPLS scenario, Satellite MPLS scenario, and Satellite MPLS with Addition of ECN Function scenario. The simulation results demonstrate a performance enhancement in term of throughput and utilization improvement, also delay reduction on Satellite MPLS with Addition of ECN Function scenario compared to Satellite MPLS scenario even though but did not surpass MPLS scenario with terrestrial point of view.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51029
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmah
Abstrak :
ABSTRAK
Daerah rural mempunyai karakteristik yang jauh berbeda dengan daerah perkotaan pada umumnya. Pengadaan sistem komunikasi untuk daerah rural menuntut terpenuhinya syarat-syarat khusus, sesuai karakteristik tersebut. Untuk negeri kepulauan seperti indonesia, sistem komunikasi satelit menggunakan stasiun bumi yang murah atau disebut juga stasiun bumi kecil merupakan jawaban yang tepat untuk pengadaan sistem telekomunikasi bagi daerah rural.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Slamet
Abstrak :
ABSTRACT
Struktur satelit memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk melindungi muatanmuatan satelit dan mengikat muatan-muatan itu. Struktur satelit harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu kuat tetapi ringan. Bentuk struktur satelit bisa berupa kubus, balok, silinder maupun heksagonal. Tulisan ini membahas mengenai struktur heksagonal satelit, dari pemilihan material, perancangan hingga uji statik. Hasil pemilihan material adalah aluminium Al 7075 T6. Bentuk heksagonal dipilih karena memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk lain, mudah pada proses pembuatannya dan mudah pula integrasinya. Hasil simulasi uji statik menunjukkan deformasi yang kecil sehingga struktur heksagonal layak dipertimbangkan sebagai struktur alternatif untuk satelit A-5 atau satelit Radar.
Jakarta: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019
520 DIRGA 20:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Slamet
Abstrak :
ABSTRACT
Struktur satelit memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk melindungi muatanmuatan satelit dan mengikat muatan-muatan itu. Struktur satelit harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu kuat tetapi ringan. Bentuk struktur satelit bisa berupa kubus, balok, silinder maupun heksagonal. Tulisan ini membahas mengenai struktur heksagonal satelit, dari pemilihan material, perancangan hingga uji statik. Hasil pemilihan material adalah aluminium Al 7075 T6. Bentuk heksagonal dipilih karena memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk lain, mudah pada proses pembuatannya dan mudah pula integrasinya. Hasil simulasi uji statik menunjukkan deformasi yang kecil sehingga struktur heksagonal layak dipertimbangkan sebagai struktur alternatif untuk satelit A-5 atau satelit Radar.
Jakarta: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019
520 DIRGA 20:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Arifin
Abstrak :
ABSTRACT
Satelit LAPAN-A3 adalah salah satu satelit buatan LAPAN dalam pengembangan satelit penginderaan jauh dengan tujuan untuk pemantauan sumber daya alam di permukaan bumi. Mengingat satelit LAPAN-A3 satelit yang hanya memiliki 4 band, maka diperlukan suatu pengkajian potensi untuk mendeteksi parameter geobiofisik permukaan bumi dengan batasan kajian unsur vegetasi, tanah, dan air. Formula yang digunakan antara lain formula Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Normalized Difference Soil Index (NDSI), Normalized Difference Water Index (NDWI) yang telah diaplikasikan pada data satelit optik lainnya. Hasil analisis berupa data satelit LAPAN-A3 berpotensi mendeteksi parameter geobiofisik vegetasi, tanah, dan air dengan modifikasi formula yang diterapkan.
Jakarta: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019
520 DIRGA 20:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yacob Sapan Panggau
Abstrak :

Infrastruktur akses broadband belum dapat menjangkau 100% wilayah Indonesia. Pembangunan infrastruktur akses,  khususnya fixed broadband belum merata dan belum dapat menjangkau pelosok terpencil sepenuhnya. Pembangunan akses infrastruktur broadband menggunakan teknologi serat optik, teresterial, maupun seluler tidak dapat dilaksanakan karena tidak layak secara bisnis, terlebih untuk kondisi daerah rural dengan kepadatan pelanggan rendah dan lokasi tersebar. Teknologi High throughput satellite (HTS) dan subsidi merupakan solusi bagi negara-negara Uni Eropa dalam menjangkau 100% wilayahnya. High throughput satellite dan subsidi merupakan hal baru dan berisiko bagi Pemerintah Indonesia, Operator, dan Service Provider. Pemerintah Indonesia berinisiatif menyelenggarakan layanan akses satelit menggunakan HTS melalui model Kerjasama Pemerintah Badan Usaha. Bentuk-bentuk Kerjasama Pemerintah Badan Usaha perlu disepakati antara Pemerintah, Operator dan Service Provider. Tesis ini menilai dampak biaya bagi Pemerintah dan kelayakan bisnis dari sudut pandang Operator, Service Provider dan Konsorsium dalam membangun HTS pada orbit plan band (7 Gbps) dan orbit asumsi Ka band (65 Gbps) pada Skenario Availability Payment dan Skenario Forecasting. Dampak biaya dan kelayakan bisnis akan dihitung menggunakan metode tekno ekonomi. Hasil penelitan menunjukkan bahwa dengan pelunasan VSAT selama 5 tahun semua skenario, baik Skenario Availability Payment maupun Skenario Forecasting akan bernilai layak. Skenario yang paling menguntungkan Operator untuk pembayaran pembangunan satelit adalah Skenario Availability Payment Decline. Sementara, skenario yang paling optimal bagi Service Provider dan Pemerintah untuk pembayaran layanan satelit didukung subsidi adalah Skenario Forecasting dengan pelunasan instalasi VSAT maksimal 5 tahun. Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan jaringan akses satelit setiap tahunnya mencapai Rp 1,65 trilliun - Rp 2,81 trilliun untuk satelit 7 Gbps, dan Rp 4,88 trilliun – Rp 9,59 trilliun untuk satelit 65 Gbps untuk satelit 65 Gbps


Broadband access infrastructure in Indonesia cannot cover 100% of its territory. The development of access infrastructure, especially fixed broadband has not been evenly distributed and able to reach remote areas completely. Development of broadband infrastructure access using fiber optic, terrestrial and cellular technology cannot be implemented because it is not feasible on business basis, especially for rural conditions with low customer density and scattered locations. High throughput satellite (HTS) technology and subsidies are a solution for EU countries to reach 100% of their territory.  The development of High throughput satellite and subsidies are a new thing and risky for the Government of Indonesia, Operator and Service Provider. The Indonesian government took the initiative to organize satellite access services using HTS through Joint Venture Public private patnership. The forms of Joint Venture Public private patnership need to be agreed upon between the Government, Operators and Service Providers. This thesis assesses the impact of costs for the Government and business feasibility from the point of view of Operators, Service Providers and Consortiums in building HTS on plan band orbit (7 Gbps) and orbit assumptions on Ka band (65 Gbps) in  Availability Payment and Forecasting Skenarios. The cost effects and business feasibility will be assessed using techno-economic method. The results of the study show that with the rePayment of VSAT for 5 years, all skenarios, both the Availability Payment and Forecasting Skenarios will be worthy. The most favorable skenario for the operator to get pay for satellite construction is Decline Availability Payment Skenario. Meanwhile, the most optimal skenario for Service Providers and the Government,  to get pay for satellite services supported by subsidies is the Forecasting Skenario with a maximum rePayment of VSAT installation for 5 years. The costs required to conduct satellite access networks each year reach Rp 1.65 trillion - Rp 2.81 trillion for 7 Gbps satellites, and Rp 4.88 trillion - Rp 9.59 trillion for 65 Gbps satellites.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T51901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>