Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Fanny Anindyka
Abstrak :
Dalam menurunkan pour point model crude oil yang tinggi akibat adanya agregasi molekul-molekul wax, dilakukan penambahan inhibitor wax . Inhibitor wax yang digunakan merupakan senyawa aktif alami yang terkandung di dalam buah lerak (Sapindus rarak DC), diekstraksi menggunakan pelarut toluena dan etil asetat. Didapatkan dua inhibitor yaitu fraksi toluena (FT) dan fraksi etil asetat (FEA) lalu dilakukan uji kualitatif fitokimia, kromatografi lapis tipis serta karakterisasi FTIR. Senyawa triterpenoid di dalam inhibitor FT mampu menurunkan pour point model crude oil dari 21°C hingga 12°C pada dosis penambahan 1000 ppm, sedangkan saponin di dalam FEA dengan dosis 3000 ppm. Uji viskositas dan WAT model crude oil menunjukkan adanya penurunan viskositas dari 80 mPa.s menjadi 15 mPa.s untuk FT dan menjadi 12.5 mPa.s pada penambahan FEA. WAT model crude oil mengalami penurunan dari 32.9°C menjadi 28°C. Dari hasil studi ini diketahui bahwa senyawa aktif triterpenoid di dalam fraksi toluena (FT) lebih baik menginhibisi wax di dalam model crude oil. ......Reducing the high pour point of crude oil models due to aggregation of wax molecules is by adding wax inhibitor. Wax inhibitor that used in this research is natural active compounds that contained in Lerak fruit (Sapindus rarak DC), then extracted using toluene and ethyl acetate. It obtained two inhibitors, toluene fractions (FT) and ethyl acetate fraction (FEA), both fractions tested by phytochemical qualitative test, thin layer chromatography (TLC) and FTIR characterization. Triterpenoid compounds in the FT inhibitor capable to reduce the pour point of crude oil models from 21°C to 12°C at 1000 ppm dose addition, while saponin in the FEA at dose of 3000 ppm. Viscosity and WAT of crude oil models test showed a decrease in viscosity 80 mPa.s to 15 mPa.s for FT and to 12.5 mPa.s for FEA additions. WAT of crude oil model decreased from 32.9°C to 28°C. From this study, it is known that the triterpenoid in toluene fractions (FT) better to inhibit wax in crude oil model.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hakimah Dharwisyah Ramli
Abstrak :
Penelitian ini didasarkan pada studi eksperimental yang menggunakan tanaman kapulaga sebagai item utama. Jenis tanaman kapulaga yang terpilih adalah dari Malaysia bernama Elettaria cardamomum. Pilihan tertentu dilakukan berdasarkan kriteria pilihan untuk mendapatkan kapulaga terbaik untuk digunakan dalam percobaan ini. Beberapa tes yang dilakukan pada ekstrak benih tanaman ini seperti alkaloid, uji saponin, kromatografi lapis tipis dan uji spektrofotometri. Uji coba dilakukan untuk membuktikan keyakinan kami bahwa kapulaga yang telah digunakan secara luas sebagai bumbu dalam makanan orang Asia juga dapat bermanfaat dalam pengobatan karena telah digunakan sebagai obat tradisional juga. Kami mencoba untuk memastikan adanya alkaloid, saponin dan minyak atsiri di kapulaga sebagai zat yang berharga dalam kedokteran modern. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa minyak atsiri ditemukan di Elettaria cardamomum berdasarkan uji spektrofotometri. Sebaliknya, semua tes lainnya tidak bisa menemukan jejak alkaloid atau saponin di Elettaria cardamomum. Berdasarkan pembahasan, uji alkaloid dan uji saponin dapat menjadi negatif karena faktor eksternal dan internal. Kami tidak bisa menyimpulkan bahwa unsur-unsur ini tidak terdapat dalam Elettaria cardamomum hanya dengan tes ini. Tes canggih lanjut dengan teknologi tinggi harus dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya alkaloid dan saponin. Kami tidak bisa melanjutkan dengan tes lain karena kurangnya dana. Senyawa seperti Olleum foeniculli ditemukan di Elettaria cardamomum. Temuan ini mendukung saran bahwa Elettaria cardamomum mengandung minyak atsiri. ...... This research is based on experimental study that used cardamom plant as the main item. The type of cardamom plant chosen was from Malaysia named Elettaria Cardamomum. Specific selection was done based on our selection criteria to get the best cardamom to be used in this experiment. Few tests were conducted repeatedly on the plant such as alkaloid test, saponin test, thin layer chromatography and spectrophotometry test. The trials were done to prove our belief that cardamom which has been used widely as spices in food among Asians can also be beneficial in medicine since it has been used as traditional medicine too. We tried to ascertain the presence of alkaloid, saponin and volatile oil in cardamom as those substances are valuable in modern medicine. The results obtained showed that the compound of volatile oil was found in Elettaria Cardamomum based on spectrophotometry test. On the contrary, all the other tests couldn`t find any traces of alkaloid nor saponin in Elettaria Cardamomum. Based on the discussion, alkaloid test and saponin test can be negative due to many external and internal factors. We can`t conclude that those elements are absent in Elettaria Cardamomum only by these tests. Further advanced tests with high technology should be done to confirm the absence of alkaloid and saponin. We could not proceed with other tests due to lack of funds. Few compounds of Olleum Foeniculli were found in Elettaria Cardamomum. These findings support the suggestion that Elettaria Cardamomum contains volatile oil.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwana Sari
Abstrak :
Ibuprofen merupakan jenis obat pereda sakit yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah sekitar 11 ug/mL. Akibat kelarutan yang rendah dalam air, ibuprofen memiliki bioavabilitas yang rendah pula. Dalam penelitian ini akan dilakukan sintesis mikroemulsi minyak dalam air M/A untuk meningkatkan kelarutan dan bioavabilitas ibuprofen. Saponin dari ekstrak buah lerak digunakan sebagai surfaktan, palm oil sebagai minyak dan span 20 sebagai kosurfaktan. Mikroemulsi optimum didapat dengan perbandingan Sm 9:1 Sm:oil 7:1 dengan ukuran droplet sekitar 3,6 nm ndash; 15,7 nm, tipe mikroemulsi minyak dalam air M.A . Mikroemulsi stabil dalam waktu penyimpanan selama 7 hari dan dalam larutan pH 1,2 sedangkan pada larutan pH 7,4 tidak stabil. Kelarutan ibuprofen dalam bentuk sediaan mikroemulsi meningkat menjadi 1,8 mg/mL dalam air. Studi interaksi ibuprofen dengan mikroemulsi dapat dilihat dengan FTIR. Ukuran mikroemulsi yang telah terloading ibuprofen juga meningkat menjadi 45,07 nm. Ibuprofen yang tersolubilisasi ke dalam mikroemulsi berada pada bagian mikroemulsi yang bersifat hidrofob. Persen disolusi ibuprofen pada larutan pH 1,2 suasana lambung sebanyak 4 selama 2 jam sedangkan, pada larutan pH 7,4 suasana usus sebanyak 82,6 selama 12 jam. ......Ibuprofen is a type of painkiller that has a low solubility in water about 11 g mL. Due to low solubility in water, ibuprofen has a low bioavability as well. In this research will be synthesized microemulsion oil in water O W to increase solubility and bioavability of ibuprofen. Saponins from lerak fruit extracts are used as surfactants, palm oil as oil and span 20 as cosurfactants. The optimum microemulsion was obtained by Sm 9 1 Sm oil 7 1 with droplet size about 3.6 nm 15.7 nm and the type of microemulsion is oil in water O W . Microemulsions are stable for 7 days and in pH 1,2 was stable and unstable in pH 7.4. The solubility of ibuprofen in microemulsion increased to 1.8 mg mL in water. The interaction studies of ibuprofen with microemulsions characterizated with FTIR. The size of the microemulsion loaded ibuprofen also increased to 45.07 nm. Ibuprofen solubilized in hydrophobic part of microemulsion. The percentage dissolution of ibuprofen in pH 1,2 is 4 for 2 hours, in pH 7.4 is 82.6 for 12 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivalda Jhoneta
Abstrak :
Studi morfologi dan ukuran nanopartikel Cu2O menjadi topik menarik untuk diteliti karena memiliki pengaruh terhadap fungsi dan aplikasinya. Nanopartikel Cu2O berhasil disintesis dengan variasi konsentrasi saponin (100 ppm, 500 ppm dan 1000 ppm), menggunakan NaOH sebagai sumber basa dan NH2OH.HCl sebagai agen pereduksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh biosrufaktan saponin ekstrak daun kembang sepatu (Hisbiscus rosa sinensis L) terhadap morfologi dan ukuran nanopartikel Cu2O. Sintesis nanopartikel Cu2O juga dilakukan tanpa penambahan esktrak saponin ditujukan sebagai pembanding. Hasil sintesis diarakterisasi menggunakan instrumentasi spektofotometer UV-Vis, XRD dan TEM. Hasil karakterisasi TEM menunjukkan bahwa nanopartikel Cu2O yang diperoleh memiliki morfologi seperti kubus, truncated octahedral serta truncated cubic dengan ukuran sekitar 121, 5 ± 27,9 nm hingga 455,9 ± 67,7 nm.
Morphological studies and sizes of Cu2O nanoparticles are interesting topics to be investigated because they influence their function and application. Cu2O nanoparticles were successfully synthesized with variations in the concentration of saponins (100 ppm, 500 ppm and 1000 ppm), using NaOH as a base source and NH2OH.HCl as a reducing agent. f this study aimed to examine the effect of saponin biosrufactant of hibiscus leaf extract (Hisbiscus rosa sinensis L) on the morphology and size of Cu2O nanoparticles. Synthesis of Cu2O nanoparticles was also carried out without the addition of saponin extracts intended as a comparison. The synthesis results were characterized using UV-Vis, XRD and TEM spectrophotometer instrumentation. TEM characterization results show that Cu2O nanoparticles obtained have morphology such as cubes, truncated octahedral and truncated cubic with sizes ranging from 121, 5 ± 27,9 nm to 455,9 ± 67,7 nm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujuna Abbas
Abstrak :
Gliclazide merupakan obat antidiabetik yang memiliki kelarutan rendah dalam air, sehingga memiliki bioavalaibilitas yang rendah. Pada penelitian ini, digunakan sistem mikroemulsi minyak dalam air o/w untuk meningkatkan kelarutan Gliclazide. Studi solubilisasi dan uji disolusi Gliclazide dalam mikroemulsi menggunakan saponin dari ekstrak daun Kumis Kucing Orthosiphon aristatus Blume Miq sebagai biosurfaktan, telah berhasil dilakukan. Fase minyak yang digunakan adalah Palm Oil. Pembuatan mikroemulsi dilakukan dengan metode titrasi dengan memvariasikan perbandingan surfaktan dan kosurfaktan dan perbandingan minyak terhadap campuran surfaktan-kosurfaktan. Karakterisasi mikroemulsi diamati dengan turbidimeter, mikroskop dan PSA. Solubilisasi dan disolusi Gliclazide diamati dengan UV-Vis dan FTIR. Hasil yang diperoleh yaitu, perbandingan surfaktan terhadap kosurfaktan 8:2 dan perbandingan campuran surfaktan-kosurfaktan 10:1 merupakan kondisi teroptimal. Solubilisasi gliclazide dalam mikroemulsi sebesar 1.6 mg/mL. Uji disolusi dilakukan secara in-vitro, pada pH 1.2 Gliclazide terdisolusi sebanyak 17.49 dalam 2 jam, sedangkan pada media pH 7.4 Gliclazide terdisolusi sebanyak 98.84 dalam waktu 5 jam. ...... Gliclazide is an antidiabetic drug that has a low solubility in water, so it has low bioavailability. To improve the water solubility of gliclazide, used oil in water microemulsion system. In this study, solubilization of gliclazide in microemulsion that emulsified by saponin based surfactants from Cats Whisker Leaf Extract Orthosiphon aristatus Blume Miq has been investigated. The used oil phase is Palm oil. Preparation of microemulsion was conducted by titration method with various ratio of surfactant and co surfactant, and ratio of oil with surfactant co surfactant mixture. Characterization of microemulsion was observed using turbidimeter, microscope, and particle size analyzer PSA . Solubilization and dissolution of Gliclazide was observed by UV Vis spectrophotometer and FTIR spectroscopy. The optimum condition of microemulsion formation was resulted with ratio of surfactant to co surfactant at 8 2, and ratio of surfactant co surfactant mixture to oil at 10 1. The resultof optimum gliclazide solubility in microemulsion system was obtained as 1.6 mg mL. The dissolution test using in vitro method showed dissolution result 17.49 under condition of pH 1.2 within 2 hours, and 98,84 under condition of pH 7.4 within 5 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifani Chesi Dhea Tania
Abstrak :
Ekstrak daun mengkudu Morinda citrifolia L mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, diantaranya biosurfaktan saponin yang dapat digunakan sebagai emulsifier dalam pembuatan mikroemulsi. Ekstraksi saponin dilakukan dengan teknik maserasi, identifikasi secara fitokimia dan karakterisasi dengan FTIR dan UV-Vis. B-karoten merupakan zat warna alami yang sering digunakan dalam minuman, namunsukar larut dalam air , rentan terhadap suhu dan cahaya. Mikroemulsi dapat meningkatkan solubilisasi dan stabilitas. Pembuatan mikroemulsi dilakukan dengan memvariasikan surfaktan: kosurfaktan Sm dan Sm terhadap minyak. Mikroemulsi yang didapatkan tipe M/A dengan ukuran droplet antara 10-100 nm. Karakterisasi mikroemulsi menggunakan mikroskop, particle size analyzer PSA , dan turbidimeter. Solubilisasi dan stabilisasi?-karoten diamati dengan UV-Vis dan FTIR. Hasil yang diperoleh terbentuk mikroemulsi minyak dalam airyang stabil dengan perbandingan surfaktan terhadap kosurfaktan Sm 8:2 dan perbandingan Sm terhadap minyak adalah 14:1. Solubilisasi B- Karoten dalam mikroemulsi di peroleh sebesar 2 mg/mL dan mikroemulsi dapat meningkatkan stabilisasi terhadap suhu dan cahaya. ......Leaf extract of Morindacitrofilia L. contains several types of secondary metabolites one of them is biosurfactantsaponin which can be used as an emulsifier in microemulsion formation. Saponin extraction was performed with maceration technic, identification by phytochemicaland characterization using FTIR and UV Vis spectrophotometer. Carotene is a natural colorant which frequently used in beverages but it is vulnerable with temperatures and lights. Palm oil was used asoilphase. carotene solubilization in microemulsion increases stabilization. Microemulsion formationwas performed by varying surfactant, co surfactant and oil phase. Microemulsion stabilization was observed using turbidity meter, microscope, and particle size analyzer PSA. carotene solubilization and stabilization in microemulsion system were observed by UV Vis spectrophotometer. Microemulsion particle size were confirmed at 8,25 11,20 nm. The result of stabilized oil microemulsion in water wasobtained with ratio ofsurfactant and co surfactant Sm at 8 2, and ratio of Sm and oil at1 4 1. carotene solubilization in microemulsion system isoptimum obtaine dat 2mg ml.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pratiwi
Abstrak :
Kanker merupakan suatu penyakit yang dapat terjadi karena adanya kegagalan apoptosis. Kegagalan apoptosis ini disebabkan karena MDM2 menghambat aktivitas dari p53 sehingga procaspase-3 tidak teraktivasi menjadi caspase-3. Saat ini, pengobatan kanker telah banyak diterapkan. Namun pengobatan yang lebih efektif selalu dibutuhkan karena penyakit kanker terus bermutasi. Pencarian pun dilakukan dari sumber-sumber alam termasuk yang berasal dari laut. Pencarian senyawa bioaktif dari organisme laut ini tidaklah mudah sebab membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak murah. Oleh karena itu, digunakan pengujian secara in silico. Pada penelitian ini dilakukan penambatan senyawa bioaktif yang berasal dari saponin dan 2,5-piperazindion terhadap inhibitor MDM2 dan aktivator procaspase-3 dengan menggunakan parameter AutoDock dan Vina. Dari hasil penambatan, senyawa bioaktif terbaik yang direkomendasikan ialah yang memiliki energi bebas ikatan rendah yaitu 18-Oxotryprostatin A dan Intercedenside A sebagai Inhibitor MDM2 serta 6-Methoxyspirotryprostatin B dan Frondoside A sebagai aktivator procaspase-3. ...... Cancer is a disease that can occur because of apoptosis failure. The cause of apoptosis failure is MDM2, which can inhibit the activity of p53 so procaspase 3 can rsquo t be activated to caspase 3. Currently, the treatment of cancer has been applied widely. But the effective treatment always needed because cancer has been mutated. One of the treatments is the search of natural resources that comes from the sea. The search for bioactive compound from marine organisms is not easy because it takes a long time and the cost is not cheap. Therefore, in silico method is used. In this research, we employed docking of bioactive compounds from saponin and 2,5 piperazinedione towards MDM2 inhibitor and procaspase 3 activator will be performed by using AutoDock and Vina. Based on the docking results, best recommended bioactive compounds are those who have low binding energy, they are 18 Oxotryprostatin A and Intercedenside A as MDM2 Inhibitor and 6 Methoxyspirotryprostatin B and Frondoside A as procaspase 3 activator.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library