Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sidjabat, Erickson
Abstrak :
ABSTRAK
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) menetapkan sebagai prinsip yaitu meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar, sebagai pokok kegiatan yaitu mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong) dan mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi sebagai peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh tim kerja STBM tingkat rukun tetangga/dusun/kampung. Di kabupaten Grobogan khususnya di desa-desa yang diteliti menunjukkan beragam kegiatan partisipasi masyarakat namun belum diketahui gambaran partisipasi masyarakat dalam implementasi strategi tersebut sehingga penelitian ini ingin mengetahui gambaran aktual partisipasi masyarakat dalam implementasi strategi tersebut dan apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil eksplorasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam implementasi strategi ini tidak muncul inisiatif dari masyarakat desa mengatasi masalah perilaku buang air besar di sembarang tempat berupa sebuah usulan dalam musyawarah, memutuskan adanya kegiatan untuk mengatasi masalah buang air besar di sembarang tempat secara partisipatif, termasuk memanfaatkan sumber daya yang dikumpulkan secara kolektif dan melaksanakan kegiatan untuk mengatasi masalah ini seperti pada kegiatan-kegiatan yang mereka sudah kerjakan secara partisipatif di desa mereka.
ABSTRACTt
In Community Based Total Sanitation National Strategy was established as principle that is negate assistance for providing basic sanitation facility, as main activity that is enhancing social solidarity (mutual cooperation) and to prepare community for participating as a role and responsible that should be undertake by Community Based Total Sanitation team at smallest neigborhood group/hamlet/kampong. In Grobogan district, particularly in researched villages showed various community participation activities however has not known community participation figure in the strategy implementation so as this research would like to know community participation actual description in implementing the strategy and what driving factors and constrains in community participation during the strategy implementation. This research was using qualitative approach and decriptive method. Explorative result showed that not appear new initiative from village community that come up as a suggestion through discussion among community, make decision to establish activity for solving open defecation problem in participatory way, including utilize resource mobilization and conducting activity similar with community participation in activities planned by them.
2012
T30619
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Irdianty
Abstrak :
Sanitasi sudah diketahui sebagai hal yang penting dalam pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Akses terhadap sanitasi harus terus ditingkatkan. Sanitasi di tempat pelelangan ikan terkadang lupa untuk diperhatikan. Sanitasi ini penting karena pengaruhnya terhadap kualitas hasil tangkapan para nelayan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang ketersediaan dan kriteria sanitasi dasar di tempat pelelangan ikan Lempasing Teluk Betung Bandar Lampung. Metode penelitian ini adalah deskriptif observasional. Variabel yang diteliti adalah jamban, air bersih, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah, dan tempat mencuci tangan. Metode pengumpulan data menggunakan formulir observasi. Hasil penelitian ini adalah dari 12 jamban yang tersedia hanya 5 jamban yang digunakan oleh nelayan. Dari 5 jamban tersebut hanya 2 jamban yang dikategorikan jamban yang bersih. Secara kualitas, air bersih di tempat pelelangan ikan sudah memenuhi kriteria air bersih secara fisik. Untuk sumber air bersih, menggunakan PAM dan perpipaan. Saluran pembuangan air limbah masih jauh dari keriteria SPAL yang bersih. Air limbah tidak mengalir lancar serta SPAL menjadi tempat sarang tikus, kecoa, dan vektor penyakit lainnya. Fasilitas sanitasi dasar yang tidak terdapat di tempat pelelangan ikan Lempasing adalah tempat pembuangan sampah dan tempat mencuci tangan. Sampah-sampah dari kegiatan, yang sebagian besar merupakan bangkai ikan, dibuang di jalan-jalan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sanitasi di tempat pelelangan ikan Lempasing ini sebaiknya lebih diperhatikan karena sanitasi di tempat pelelangan ikan Lempasing akan berkaitan dengan hasil tangkapan nelayan yang akan dijual. Sanitation has been known as the important effect toward of health degree. Access of sanitation must be increased. Santation at the fish auction occasionally forget to observe. This sanitation is important because of the impact to fishes quality. The objective of this research is to find out the description of availability and criteria of sanitation at Lempasing fish auction, Teluk Betung, Bandar Lampung. The method is the descriptive observational. The variables is latrine, clean water, wastewater discharge line (SPAL), garbage can, and handwash facility. This research use form observation to collect data. The result is from 12 latrines available, only 5 latrines are used by fisherman. Clean water at Lempasing fish auction has been appropriated with physic quality of clean water. The source of clean water that used at Lempasing fish auction is from PAM (using pipe to distribute water). Wastewater discharge line (SPAL) still far from the criteria good wastewater discharge line. Wasterwater is not stream smoothly also it become place of mouse, cockroach, and other diseases vector. In there, the garbage can and handwash facility are not available. The garbages from activities, that most of them are fish carcass, are threw in the street. The conclusion from this research is sanitation at Lempasing fish auction should be more attention because sanitation at Lempasing fish auction will be related to fishes that fisherman will sell.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Raudhati Putri
Abstrak :
Kondisi sanitasi dasar yang buruk akan meningkatkan risiko terjangkit penyakit menular seperti diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare terutama oleh bayi dan balita Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kondisi sanitasi dasar dan air minum dengan kejadian diare di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke 6 variabel kondisi santasi dasar sumber air bersih, kepemilikan jamban, kondisi jamban, sarana pengelolaan air limbah, ketersediaan tempat sampah, pengelolaan sampah dan 2 variabel air minum pengolahan dan kualitas air minum tidak ada yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare dengan p-value > 0,05. Dari hasil uji regresi logistik dapat dilihat bahwa variabel kondisi jamban yang buruk merupakan variabel yang dominan terhadap kejadian diare karena memiliki nilai OR = 0,315 dan p-value 0,122 yang lebih tinggi dari variabel lainnya. Langkah yang perlu dilakukan diantaranya adalah dengan mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat Desa Sedari terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat dan memberikan edukasi terkait kondisi sanitasi yang baik agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Sedari agar memperbaiki kondisi sanitasi yang sudah tidak layak. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel penelitian dan melakukan uji laboratorium terhadap kualitas air dan tanah oleh masyarakat Desa Sedari. ......Poor sanitary conditions will increase the risk of contracting infectious diseases such as diarrhea. Diarrhea is one of the most common health problems in Indonesia. This is due to the high rate of morbidity and mortality caused by diarrhea, especially by infants and toddlers. This study is a cross sectional study with the occurrence of diarrhea in Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, West Java. The results show that the basic condition of variables clean water sources, latrine ownership, latrine conditions, wastewater management facilities, garbage availability, waste management and 2 variables of drinking water processing and drinking water quality none have significant relationship with diarrhea occurrence with p value 0,05. From the regression test result it can be accepted that the poor condition of latrine condition is the dominant variable to the occurrence of diarrhea because it has the value OR 0.315 and p value 0.122 which is higher than the other variables. Steps that need to be done is to hold socialization to the community. disposing of garbage in any place and providing education related to good condition in order to improve health in Desa Sedari to improve sanitation condition which is not feasible For further research to improve the variable and conduct analysis on air and land quality by the people of Desa Sedari.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Bryan Keith Sangap
Abstrak :
Pada tahun 2019 masih terdapat hampir 25 juta penduduk Indonesia tidak menggunakan toilet, termasuk di DKI Jakarta. Pemerintah berupaya mengatasinya melalui program dengan pendekatan berbasis masyarakat. Meskipun telah terdapat program penyediaan sanitasi, tetapi angka kepemilikan sanitasi layak masih menjadi tantangan. Berbagai kalangan merespon tantangan penyediaan sanitasi layak dengan mewujudkan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi nonpemerintah. Akan tetapi dalam implementasinya, masih terdapat aktor yang lalai dalam memenuhi tugas dan kewajiban yang telah disepakati dan hal ini berimplikasi pada terhambatnya pemenuhan sanitasi layak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi model dan komitmen kolaborasi dalam penyediaan sanitasi layak di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif berupa wawancara mendalam ke 8 narasumber, observasi lapangan, dan studi pustaka atas 28 berita maupun dokumen resmi kenegaraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat aktor lain dalam upaya pemenuhan sanitasi layak di DKI Jakarta. Hubungan para aktor tersebut tergambarkan melalui desain kelembagaan dari tiap-tiap program. Dalam proses kolaborasi tersebut terdapat beberapa faktor yang memengaruhi komitmen, diantaranya adalah perilaku berkolaborasi, peran kepemimpinan, ketersediaan sumber daya, dan keuntungan yang timbul. Dapat disimpulkan bahwa pemerintah sudah menjadikan kolaborasi sebagai salah satu opsi kebutuhan sanitasi dan untuk menjamin komitmen dalam kolaborasi nyatanya tidak memerlukan seluruh faktor tersebut hadir secara bersamaan. ......In 2019 there were still nearly 25 million Indonesians that do not use toilets, including in DKI Jakarta. The government tries to address it through programs that uses community-based approach. Bappenas (2021) found that the program was not effective enough. However, in its implementation, there are still actors who are negligent in fulfilling their duties and obligations that have been agreed upon and this kind of behavior has hamper the fulfillment of proper sanitation. This study aims to identify the model and commitment of collaboration in the provision of proper sanitation in DKI Jakarta. This research uses a qualitative approach. In terms of data collection, the researcher uses qualitative data collection techniques such as in-depth interviews with 8 informant, sites observation, and literature studies from 28 sources, including newspaper and officials document. The results showed that there are other actors contribution in the fulfillment of proper sanitation in DKI Jakarta. The relationship among the actors is manifested into a institutional design. In the collaboration process, there are several factors influence the commitment, for example collaborative behavior, leadership, resource availability, and benefits of collaboration. It can be concluded that the government has used collaboration as an option for sanitation provision. In terms of commitment in collaboration, it does not require all these factors to be present simultaneously.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi Rachman
Abstrak :
Tugas akhir ini membahas perkembangan perbaikan sanitasi kota Bandung pada periode 1918-1929. Perbaikan sanitasi meliputi pembangunan infrastruktur pengadaan air bersih seperti pompa air dan pipa ledeng, penataan ulang tata kota, dan program perbaikan kampung-kampung pribumi oleh pemerintah kota Bandung. Meskipun pembangunan kota Bandung pada masa kolonial didasarkan terhadap pertimbangan pragmatis yaitu memberi kenyamanan bagi penduduk  “Eropa”, namun dalam penelitian ini akan diperiksa juga bagaimana dampaknya pembangunan sanitasi ini terhadap masyarakat pribumi kota Bandung. Penelitian menggunakan sumber primer berbentuk catatan resmi pemerintahan kolonial yang berupa Uitbreidingsplan Noord Bandoeng yang disusun oleh pemerintah kota Bandung, serta artikel-artikel yang berasal dari berbagai edisi De Preanger Bode dan Bataviaasch Nieuwsblad. Arsip didapatkan dari arsip yang disediakan oleh situs Delpher, KITLV dan Colonial Architecture EU, beserta sumber sekunder yang berbentuk penelitian terdahulu mengenai kota Bandung dan distribusi fasilitas air bersih di Hindia Belanda. Penelitian menemukan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pribumi dalam perbaikan sanitasi untuk masyarakat pribumi berhasil dalam skala yang terbatas. ......This thesis discusses the development of sanitation improvements in the city of Bandung in the period 1918-1929. improvements in sanitation includes the construction of water-procuring infrastructure such as water pumps and plumbing, reorganization of city planning, and a program to improve indigenous kampung by the Bandung city government. Although the development of the city of Bandung during the colonial period was based on pragmatic considerations, namely providing comfort for the "European" population, this research will also examine the impact of this sanitation development on the indigenous people of the city of Bandung. The research uses primary sources in the form of official colonial government records in the form of Uitbreidingsplan Noord Bandoeng compiled by the Bandung city government, and articles from various editions of De Preanger Bode and the Bataviaasch Nieuwsblad. Archives were obtained from archives provided by the online sites Delpher, KITLV and Colonial Architecture EU, along with secondary sources in the form of previous research regarding the city of Bandung and the distribution of clean water facilities in the Dutch East Indies. The research found that the struggle carried out by indigenous figures to improve sanitation for indigenous communities was successful on a limited scale.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pangabean, Rinaldy
Abstrak :
ABSTRAK
Terjadinya pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam setiap tahunnya telah menyebabkan munculnya kesenjangan antara kebutuhan tempat hunian dengan ketersediaan tempat hunian termasuk juga penyediaan prasarana dan sarana serta pelayanan umum. Kondisi ini menjadi masalah utama yang umum dialami oleh negara ndash; negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ndash; masalah yang muncul seperti sulitnya air bersih yang disebabkan oleh drainase yang buruk, dimana drainase sendiri yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Sanimas atau Sanitasi Berbasis Masyarakat menyediakan prasarana pembuangan air limbah bagi masyarakat di daerah perkotaan untuk menjawab masalah yang muncul. Pembangunan fasilitas Sanimas, menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat agar masyarakat menjadi aktor utama dalam proses perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan fasilitas sanitasi komunal. Konsep tersebut menggunakan prinsip - prinsip pembangunan pembuangan air limbah dan penyehatan lingkungan berbasis-masyarakat seperti: pilihan yang diinformasikan sebagai dasar dalam pendekatan tanggap kebutuhan, air merupakan properti sosial dan ekonomi, pembangunan berwawasan lingkungan, peran aktif masyarakat, serta penerapan prinsip pemulihan biaya. Perilaku masyarakat adalah rangkaian proses yang dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar dalam hidup manusia yang hasilnya terkait dengan pemilihan ataupun perubahan lokasi. Perilaku masyarakat berubah akibat adanya pembangunan teknologi atau bantuan sanitasi yang baru serta menciptakan perilaku yang bersifat sosial dimana kesiapan ndash; kesiapan masyarakat dalam menangani masalah tersebut bisa terlihat dari berfungsinya sanitasi berbasis masyarakat pada tiap lokasinya. Masalah tersebut disebabkan oleh perbedaan kualitas sosial yang berbeda tergantung karakteristik lokasi akibat dampak pembangunan tersebut. Perilaku masyarakat yang timbul dari perbedaan kualitas sosial dan perbedaan kualitas permukiman menghasilkan perilaku pembayaran dalam pembangunan sanimas atau instalasi air limbah. Perilaku masyarakat Kota Tebing Tinggi yang sebelumnya tidak terkena retribusi dalam pembuangan limbah dimana menimbulkan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode spasial dan metode skoring dalam analisis datanya. Metode ini diharapkan dapat menghasilkan penggambaran yang memperlihatkan perilaku pembayaran yang dipengaruhi oleh kualitas permukiman dan kualitas sosial.
ABSTRACT
Population growth that increase sharply every year has resulted in a gap between shelter needs and the availability of shelter as well as the provision of infrastructure and facilities and public services. This condition is a major problem commonly experienced by developing countries including Indonesia. Problems that arise such as the difficulty of clean water caused by poor drainage, where the drainage itself is a way of disposing of undesirable excess water in an area, as well as ways of dealing with the effects caused by the excess water. Sanimas or Community Based Sanitation provides wastewater disposal facilities for people in urban areas to address emerging issues. The construction of the Sanimas facility, using the concept of community empowerment, is the main actor in the planning, development, operation and maintenance of communal sanitation facilities. The concept uses the principles of the development of community based wastewater disposal and sanitation such as informed choices as a basis for responsiveness, water is a social and economic property, environmentally sound development, an active role of the community, and the application of cost recovery principles. Community behavior is a series of processes performed both consciously and unconsciously in human life whose results are related to the selection or location changes. Community behavior is changing as a result of new technological developments or sanitation aids and creating social behavior where community preparedness in handling the problem can be seen from the functioning of community based sanitation at each location. The problem is caused by different social qualities depending on the characteristics of the location due to the impact of the development. Community behavior arising from differences in social quality and differences in the quality of settlements results in payment behavior in the construction of sanimas or wastewater installations. The behavior of the people of Kota Tebing Tinggi who were not previously exposed to retribution in the waste disposal which caused problems to be investigated in this study. This research uses spatial method and scoring method in data analysis. This method is expected to result in portrayals showing payment behavior that is influenced by the quality of settlements and social quality.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Maheswari Ramadhanti
Abstrak :
Pemukiman kumuh memberikan pengaruh negatif terhadap masalah sanitasi dan lingkungan yang menjadi kotor. Kondisi tersebut menyebabkan penyakit berbasis lingkungan tidak dapat dihindari. Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Penelitian ini membahas mengenai hubungan sanitasi dasar terhadap kejadian diare yang dilihat dari kacamata perilaku hidup sehat di empat lokasi Pemukiman Kumuh Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada balita. Sanitasi dasar yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian diare yaitu sarana air bersih, sarana pembuangan sampah dan perilaku pemeliharaan kesehatan.
Slums have a negative effect on sanitation and environmental problem. This condition causes environment-based diseases to be unavoidable. Diarhea is an environment-based disease which is the main cause of death for children under five years old. This study discusses the correlation of basic sanitation to the incidence of diarhea seen from the perspective of healthy living behavior in four slum areas of Jakarta. The results of this research shows that theres a strong correlation between basic sanitation to the incidence of diarhea among the toddlers. Basic sanitation is significantly related to the incidence of diarhea are clean water facilities, waste disposal facilities and health maintenance behavior.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nengah Yustina Tutuanita
Abstrak :
ABSTRAK
Rendahnya akses sanitasi, jumlah desa Stop Buang Air Besar Sembarangan dan regulasi terkait sanitasi di daerah tertinggal menjadi alasan utama penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan fisik dan non fisik yang mempengaruhi proporsi Stop Buang Air Besar Sembarangan di daerah tertinggal. Penelitian dilakukan terhadap 122 kabupaten yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan pada tahun 2018 menggunakan data tahun 2017 yang dipublikasi dalam jaringan oleh berbagai institusi. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan aplikasi sistem informasi geografi dan statistik. Median dari proporsi Stop Buang Air Besar Sembarangan di daerah tertinggal adalah 1,01%. Korelasi yang kuat terdapat pada variabel Intervensi Program Sanitasi yaitu sebesar 0,743 dan Akuntabilitas & Tindak Lanjut Program Sanitasi sebesar 0,610. Sementara itu korelasi yang sedang terdapat pada variabel Kinerja Pemerintah Daerah (0,49), Regulasi Sanitasi (0,572) dan Kepadatan Penduduk (0,562). Sedangkan korelasi yang lemah terdapat pada variabel Investasi Air Minum (0,372), Pendanaan Sanitasi (0,398) dan Indeks Pembangunan Manusia (0,389). Seluruh variabel independen memiliki korelasi yang signifikan terhadap Stop Buang Air Besar Sembarangan. Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen hampir seluruhnya memiliki arah yang positif kecuali pada variabel kemiskinan. Berdasarkan analisis kai kuadrat terdapat empat variabel yang bernilai signifikan yaitu variabel intervensi program sanitasi, sarana air minum (OR 6,47), pendanaan sanitasi (OR 6,039) dan regulasi sanitasi (6,47). Meskipun nilai p untuk intervensi sanitasi paling signifikan (0,000) namun besarnya OR tidak dapat ditentukan. Faktor penentu Stop Buang Air Besar Sembarangan di Daerah Tertinggal Indonesia adalah Intervensi Program Sanitasi. Hasil uji analisis multivariat diperoleh hasil bahwa variabel intervensi program sanitasi yang berhasil masuk kedalam pemodelan akhir regresi line ABSTRACT
The low level of sanitation access, the number of open defecation free status villages and the sanitation regulations in disadvantaged region are the main reasons for this study. This study aims to determine the physical and non physical gap that affects the proportion of open defecation free in the remote area. The study was conducted on 122 districts decreed as disadvantaged region. This crosssectional study was conducted in 2018 using 2017 data published in the network by various institutions. The collected data was analyzed using geographic information and statistical information system application. The median of the proportion of open defecation free status in the underdeveloped area was 1.01%. A strong correlation is found in the Sanitation Program Intervention variable of 0.743 and Accountability & Follow-up Sanitation Program of 0.610. Meanwhile, the correlation is on Local Government Performance variables (0.49), Sanitation Regulation (0,572) and Population Density (0,562). While the weak correlation is found in the variables of Clean Water Investment (0.372), Sanitation Financing (0.398) and Human Development Index (0.389). All independent variables have a significant correlation to open defecation free. The relationship between the independent variables to the dependent variable almost entirely has a positive direction except in the variable of poverty. Based on chi square analysis, there are four significant variables are sanitation program intervention, clean water facilities (OR 6.47), sanitation funding (OR 6.303) and sanitation regulation (6.039). Then, although the p value for sanitation intervention is most significant but the magnitude of OR can not be determined. Determinants of ODF in Indonesia's underdeveloped areas are the Sanitation Program Intervention. Multivariate analysis test results obtained that the intervention variables of successful sanitation program into the final modeling using linear regression.
2018
T51037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Recent years have shown an increase in interest in the study of cleanliness from a historical and sociological perspective. Many of such studies on bathing and washing, on keeping the body and the streets clean, and on filth and the combat of dirt, focus on Europe.In Cleanliness and culture attention shifts to the tropics, to Indonesia, in colonial times as well as in the present. Subjects range from the use of soap and the washing of clothes as a pretext to claim superiority of race and class to how references to being clean played a role in a campaign against European homosexuals in the Netherlands Indies at the end of the 1930s. Other topics are eerie skin diseases and the sanitary measures to eliminate them, and how misconceptions about lack of hygiene as the cause of illness hampered the finding of a cure. Attention is also drawn to differences in attitude towards performing personal body functions outdoors and retreating to the privacy of the bathroom, to traditional bathing ritual and to the modern tropical Spa culture as a manifestation of a New Asian lifestyle.With contributions by Bart Barendregt, Marieke Bloembergen, Kees van Dijk, Mary Somers Heidhues, David Henley, George Quinn, and Jean Gelman Taylor"--Publisher's description.
Leiden: KITLV Press, 2011
613.095 98 CLE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>