Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irmayanti
Abstrak :
Menjalani kehidupan sebagai generasi sandwich menyebabkan seseorang memiliki tanggungan diri sendiri, anak, orangtua, dan mungkin kakek atau nenek dalam waktu bersamaan. Situasi ini menimbulkan berbagai faktor risiko yang dapat memengaruhi kesejahteraan subjektif dalam dirinya. Beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan antara regulasi emosi positif dengan kesejahteraan subjektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara regulasi emosi dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich di Indonesia. Penelitian ini bersifat korelasional dengan melibatkan responden generasi sandwich berusia 35-60 tahun (N=146). Terdapat dua alat ukur penelitian yang digunakan yaitu, skala kesejahteraan subjektif dan skala regulasi emosi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara regulasi emosi dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich. ......Life as the sandwich generation causes a person to have dependents for themselves, children, parents, and maybe grandparents at the same time. This situation raises various risk factors that can affect subjective well-being in him. Several studies said that there is a relationship between positive emotion regulation and subjective well-being. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between emotion regulation and subjective well-being of the sandwich generation in Indonesia. This research is correlational by involving sandwich generation respondents aged 35-60 years (N=146). There are two scales used, namely, the subjective well-being scale and the emotional regulation scale. The results of the analysis show that there is no significant positive relationship between emotion regulation and subjective well-being in the sandwich generation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandar Juliantara
Abstrak :
Manusia dalam aktivitasnya senantiasa tali-temali dengan persoalan nilai. Pemberian atribut terhadap suatu gejala dan fenomena menegaskan bahwa manusia tidak tersekat dari masalah moral dan penilaian terhadapnya. Natalitas, penuaan penduduk (ageing population) hingga lonjakan populasi menelurkan fenomena sandwich generation atau generasi roti lapis. Istilah ini menggambarkan orang-orang yang terjepit di antara tuntutan simultan untuk merawat dan memberikan dukungan emosional, finansial serta sumber daya ekstensif lainnya bagi orang tua dan anak-anak mereka yang masih bergantung. Diskursus mengenai generasi sandwich demikian tidak hanya terisolir dalam demografi atas persebaran kelompok produktif dan non-produktif, tetapi menyentuh ranah yang lebih kompleks, yakni etika sebab bersinggungan dengan masalah kewajiban yang kemudian dieksplikasi sebagai tanggung jawab. Dalam praktiknya, generasi ini berkonfigurasi dengan pilihan serta pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sebagai makhluk yang rasional, manusia secara lazim memilih alternatif yang melahirkan kebahagiaan (pleasure) dan penghindaran dari rasa sakit (pain). Penelitian ini secara spesifik memberikan gambaran mengenai fenomena sandwich generation dengan metode analisis deskriptif. Konsep-konsep dalam tradisi utilitarian dengan meminjam algoritma kalkulus hedonisme, Jeremy Bentham untuk menghitung jumlah dan tingkat kebahagiaan yang ditimbulkan oleh suatu tindakan, diharapkan dapat menjadi perkakas bagi wawasan dan pertimbangan keputusan moral individu dalam keterjepitan. ......Humans activities are always linked with values. Giving the attributes to the phenomenon shows that humans cannot be distinguished from moral problems and judgments. Natality, ageing population, and population spikes have promote the phenomenon of sandwich generation. This term used to describe people who are caught between the simultaneous demands of caring for and providing extensive emotional, financial, and other resource support for parents and their dependent children. The discourse of the sandwich generation is not only insulated in the demographics of the distribution of productive and non-productive but touches a more complex realm, which is ethics because it intersects with the issue of obligation that is then interpreted as a responsibility. In practice, this generation is configured with certain choices and considerations. As rational beings, humans choose alternatives that lend us to happiness (pleasure) and escape the pain. This study specifically confers an overview of the phenomenon of sandwich generation with descriptive analysis method. Concepts in the utilitarian belief by borrowing the hedonism calculus algorithm, Jeremy Bentham to calculate the amount and level of happiness caused by an action are expected to be a machine or insight and consideration of individual moral decisions in sandwiches.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rakhen Naufal Rifananda
Abstrak :
Beberapa penelitian menemukan berbagai beban dan kekhawatiran mengenai masa depan yang dimiliki oleh Generasi sandwich. Kekhawatiran yang dimiliki meliputi kondisi finansial di masa depan dan kondisi kesehatan orang tua yang sudah lansia. Kekhawatiran tersebut memiliki konsekuensi terhadap kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan subjektif mereka. Memiliki ekspektasi positif mengenai masa depan, atau biasa disebut sebagai optimisme, diduga dapat mengurangi efek buruk dari berbagai kekhawatiran tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara optimisme dan kesejahteraan subjektif. Jumlah partisipan penelitian adalah 128 orang dalam rentang umur 35-60 tahun yang menanggung kebutuhan anak dan keluarganya dalam waktu yang bersamaan. Hasil analisis Pearson correlation menunjukkan adanya korelasi positif dan signifikan antara optimisme dan kesejahteraan subjektif. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk generasi sandwich, semakin tinggi optimisme akan semakin tinggi kesejahteraan subjektifnya. ......Several studies have found various burdens and worries sandwich generation has regarding the future. Future financial state and their parents’ deteriorating health are one of their biggest concerns. These worries have negative consequences on their physical health, mental health, and their subjective well-being. Having a positive expectation regarding the future, also known as optimism, is thought to be able to negate the negative effects their worries have. The purpose of this study was to examine the relationship between optimism and subjective well-being. There were 128 participants ranging from 35-60 years of age who actively take care of their children and parents at the same time. Pearson correlation analysis of the data has shown that there is a significant positive relationship between optimism and subjective well-being. This can be interpreted that for sandwich generation, the higher the optimism the higher their subjective well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library