Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christensen
"Salvage ideology merupakan pendekatan teoritis dalam melihat Industri Pornografi Jepang. Konsep tersebut berhasil memisahkan antara Industri Pornografi Jepang dengan industri pornografi lainnya. Kendati demikian, salvage ideology mempunyai tiga masalah yang belum terjawab, yaitu bagaimana proses terbentuknya, bagaimana mekanisme kerjanya, dan dampak yang ditimbulkan dari salvage ideology itu sendiri. Oleh sebab itu, tulisan ini bertujuan untuk mengkritik kekurangan tersebut melalui teori dominasi yang digagas oleh Pierre Bourdieu. Sebuah gagasan dominasi maskulin yang berdampak luas kepada perempuan, khususnya dalam pornografi. Pemikiran Bourdieu yang dekat dengan kehidupan membuat pembongkaran terhadap suatu budaya dapat dilakukan, bahkan Bourdieu dapat menemukan hal-hal yang kelihatannya natural dan tidak bermasalah tetapi mempunyai permasalahan yang luas dan berdampak kepada kehidupan. Industri Pornografi Jepang itu sendiri merupakan bagian dari Budaya Jepang yang sarat dengan dominasi maskulin dan kurang mengangkat sisi feminis dari perempuan. Akan tetapi, Salvage ideology sebagai konsepsi teoritis belum bisa melihat konsekuensi terkait antara Industri Pornografi Jepang dengan Budaya Jepang yang memiliki implikasi yang luas dalam melihat pornografi. Sedangkan, Teori Dominasi Bourdieu mampu melihat fenomena tersebut secara luas dan membawa sudut pandang feminisme baru yang lebih revolusioner dan dekat dengan suatu kultur.

Salvage ideology is a theoretical approach in viewing the Japanese pornography industry. This concept succeeded in separating the Japanese pornography industry from other pornography industries. Nevertheless, salvage ideology has three unanswered problems, namely how the process is formed, how it works, and the impact of salvage ideology itself. Therefore, this paper aims to criticize these shortcomings through the theory of dominance initiated by Pierre Bourdieu. An idea of ​​masculine domination that has a broad impact on women, especially in pornography. Bourdieu's thinking that is close to life makes dismantling a culture possible, even Bourdieu can find things that seem natural and not problematic but have broad problems and have an impact on life. The Japanese pornography industry itself is part of Japanese culture which is full of masculine domination and does not raise the feminist side of women. However, Salvage ideology as a theoretical conception has not been able to see the consequences related to the Japanese Pornography Industry with Japanese Culture which has broad implications in viewing pornography. Meanwhile, Bourdieu's Dominance Theory is able to see the phenomenon broadly and bring a new feminism perspective that is more revolutionary and closer to a culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Jansen Oloan
"Gedung gedung perkantoran yang terdapat di Jakarta adalah penyumbang potensial dalam menambah beban timbulan sampah Pemda DKI Jakarta. Hingga saat ini belum satupun gedung atau kawasan perkantoran yang menerapkan sistem pengelolaan sampah terpadu, sehingga timbulan sampah dari gedung atau kawasan perkantoran cukup besar volumenya.
Persepsi dan pemahaman pengelola gedung dan masyarakat umumnya tentang pengolahan sampah adalah suatu investasi yang mahal dan merepotkan, menyebabkan pengelola tidak mau mengolah sendiri sampahnya. Untuk mengurangi beban sampah ini dibutuhkan inovasi dan strategi pengelolaan sampah terpadu yang dapat diterima oleh semua pihak, mampu mengatasi masalah dengan meminimisasi sampah di lokasi dimaksud secara ekonomis dan berwawasan lingkungan, biaya operasi dan pemeliharaan yang tidak terlalu membebani pengelola gedung, serta dapat dioperasikan dengan mudah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan altematif teknologi pengolahan sampah terpadu yang berwawasan lingkungan dan dari segi kelayakan proyek dapat diterapkan di gedung perkantoran di DKI Jakarta, khususnya di Gedung BPPT. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi bagi pengelola gedung, masyarakat dan pengusaha tentang teknologi pengolahan sampah terpadu yang sesuai untuk diterapkan gedung-gedung perkantoran di DKI Jakarta, dapat dikelola secara mandiri dan berwawasan lingkungan.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder adalah pengujian langsung terhadap jumlah timbulan sampah, komposisi sampah, dan komposting. Data proyeksi untuk mengkaji kelayakan proyek teknologi pengolahan sampah terpadu di Gedung BPPT menggunakan survei dengan teknik wawancara langsung kepada pengelola gedung, Perusahaan jasa kebersihan yang merupakan rekanan dari BPPT, pakar dibidang persampahan yang berkantor di BPPT. Selain itu dilakukan juga pengambilan kuesioner untuk mengetahui respon dan persepsi pegawai BPPT terhadap alternatif teknologi pengolahan sampah terpadu yang direncanakan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan proyek yang diperluas dengan memasukkan unsur-unsur lingkungan (extended benefit cast analysis) dan analisis ekonomi.
Gedung BPPT merupakan salah satu gedung perkantoran yang terletak di Jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat, memiliki 1 (satu) TPS (Tempat Pengumpulan Sementara) dengan luas 25 m2 dan melayani tower 1 dan 2, kantin, parkir, dan taman dengan jumlah karyawan sebanyak 4.635 orang serta 8 (delapan) lantai perparkiran.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara langsung kepada 100 (seratus) karyawan BPPT sebagai responden, 100% mengetahui manfaat pengolahan sampah terpadu dan 85% respon dari responden baik terhadap pengolahan sampah terpadu. Respon dan persepsi pegawai BPPT terhadap keberadaan, manfaat, upaya dan hasil kegiatan pengolahan sampah terpadu, serta rencana kegiatan pengolahan sampah terpadu ini sangat baik dan bila diterapkan akan mendapat dukungan dan mudah dalam pelaksanaannya.
Rata-rata volume sampah yang masuk ke TPS setiap harinya 1,78 m3 dan berat 281.43 kg. Selain itu terdapat sampah kertas dan kardus yang diambil langsung oleh petugas kebersihan sebelum ke TPS. Sampah kertas yang diambil rata rata 700 kg/minggu dan sampah kardus sebanyak 70 kg/minggu. BJ sampah sebesar 0.158, berarti dapat dikategorikan sebagai sampah perkotaan yang memiliki kandungan komponen organik sedikit dibandingkan komponen sampah lainnya.
Komposisi sampah terdiri atas 10 komponen, yaitu sampah organik, plastik (plastik keras, plastik lunak), kertas (HVS, boncos, kardus), tekstil, kaca/gelas, kaleng, styrofoam, kayu, logam, dan campuran. Komponen sampah yang paling banyak berdasarkan % volume adalah sampah organik sebesar 21,517%, yang berasal dari kantin, sisa makanan pegawai (yang dibawa dari rumah atau dibeli dari luar kantin), dan sampah taman. Setelah itu styrofoam sebesar 17,978%., sedangkan jenis sampah yang paling sedikit adalah kaleng dan kaca/gelas sebesar 0,562%. Berdasarkan % berat, komponen sampah yang paling banyak adalah HVS 38,073 %, kemudian sampah organik sebesar 35,469%, sedangkan jenis sampah yang paling sedikit adalah logam sebesar 0,711%. Hal yang menarik bahwa sampah di gedung ini didominasi oleh styrofoam dalam % volume. Styrofoam ini berasal dari kemasan makanan, peralatan elektronik dan mebeuler. Banyaknya kemasan makanan yang terbuat dari styrofoam menggambarkan bahwa produsen makanan dan konsumennya masih memiliki kesadaran lingkungan yang rendah.
Manfaat yang diperoleh adalah total manfaat langsung dari penjualan kompos sebanyak 9.125 kg/tahun dan sampah komersil sebanyak 43.129 kg/th sebesar Rp. 40.854.000,00; serta manfaat lingkungan, yaitu ruang tidak terpakai dan selisih biaya kontrak angkutan sampah ke TPA Rp. 44.000.000,00. Biaya yang dianalisis pada penelitian ini menggunakan metode extended benefit cost analysis, yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasional dan perawatan sebesar Rp. 72.513.000,00; biaya perlindungan lingkungan Rp. 1.600.000,00; dan biaya lingkungan sebesar Rp. 2.400.000,00/th.
Berdasakan hasil perhitungan analisis proyeksi rugi/laba, terlihat bahwa usaha ini menguntungkan. Laba perusahaan sesudah pajak pada analisa ekonomi sebesar Rp. 16.840.000,00/th dan dengan memasukkan manfaat lingkungan menjadi sebesar Rp. 32.660.000,00/th. Ditinjau dari segi ekonomi dengan menganalisis kelayakan proyek, nilai NPV analisis ekonomi dan extended analysis = Rp. 44.251.000,00 dan Rp. 110.660.000,00; NBCR analisis ekonomi dan extended analysis = 2,68 dan 5,20; IRR analisis ekonomi dan extended analysis = 64% dan 124%; payback period analisis ekonomi dan extended analysis = 1 tahun 8 bulan dan 1/bulan, maka usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu gedung perkantoran ini layak dilaksanakan.
Berdasarkan kajian altematif teknologi, lingkungan, dan sosial pada penelitian ini, maka teknologi pengolahan sampah yang sesuai diterapkan di gedung BPPT adalah komposting dan sistem 3 R yang dilakukan secara terpadu. Alternatif teknologi ini akan memberikan manfaat yang terbaik secara lingkungan, sosial, dan ekonomi, karena lahan, bangunan, dan tenaga kerja yang ada dapat digunakan secara bersamaan, dapat meminimalisasi sampah yang dibuang ke TPA, menambah nilai estetika lingkungan, dan layak secara ekonomi.
Daftar Kepustakaan: 27 (1976 - 2002)

Feasibility Analysis on Integrated Solid Wastes Handling Technology of Office Buildings: Case Study in BPPT Building, Center JakartaThe office buildings in Jakarta are potential waste contributors for Pemda DKI Jakarta. Up to now there is no office building or office area has managed their solid wastes by using integrated system, hence the volume of waste is quite large.
The building management and community have a perception that the waste process is an expensive investment and also troublesome, therefore the management refused to process their building's own waste. To minimize this waste problem, an innovated and strategic integrated waste management, which accepted, by stakeholders are required, can overcome the problem through minimizing the waste economically and environmentally, with reasonable operational and maintenance cost, and can be easily operated by low skill labor.
This research purposes to find a technological alternative of integrated wastes handling based on environment standard that can be applied in Jakarta's office building, especially in BPPT building. The usage of this research are to give some information to building organizer, the community and businessmen about technology of the waste handling in office buildings in Jakarta, so it can be self handled and environmentally safe.
The experiment method is used to collect the waste volume and composition. The survey method using direct interview technique to the BPPT building manager is used to study the feasibility of the integrated waste process technology. The cleaning service company as the counterpart of BPPT is a waste expertise which office is in BPPT. The researcher also has interviewed BPPT staff members to analyze their response and perceptions about the plan.
The project feasibility with extended benefit cost analysis on environment and economic analysis is used for data processing.
BPPT Building is one among offices in MH Thamrin Street, Center Jakarta, has 25m2 TPS (collection site) and serves 1 and 2 towers, canteen, parking lot, and garden with 4.635 staffs and also has 8 floor parking lots.
The questioner and interview result of 100 BPPT staff respondents showed that 100% knew the benefit .of integrated waste handling and 85% agreed with the integrated waste handling. BPPT staffs have good responds and perceptions to the availability, benefit, effort and outcome of the integrated waste handling and they will support the program.
The average of solid waste quantity in volume is 1, 78 m3 or 281.43 kg daily. The papers and cardboard were directly taken by the cleaning service before it reaches collection site. About 700 kg papers and 70 kg cardboard are handled weekly. The density of waste is 0,158, it can be categorized to municipal waste that has lower organic components compare to others.
The wastes composition contain of 10 components, which are organic wastes (food waste), plastics of all types (hard plastic, soft plastic), paper of all types (HVS, mixed papers, cardboard, textiles, glass, cans, Styrofoam, wood, metals and mixed wastes. Based on volume percentage, the largest waste component is organic waste (21,517 %) collected from the canteen, the staffs leftovers food (which brought from home or bought from out of the canteen), and parks, followed by the Styrofoam (17,978%), and the smallest waste is cans and glasses (0,562%). Based on the weight percentage, the` largest waste is HVS (38,073%), followed by organic waste (35,468%), and the smallest is metal (0,711%). The interesting part is that Styrofoam dominates the waste from this building on volume percentage. The sources of Styrofoam are from food, electronic and furniture packages. The high used on Styrofoam food packages showed that the food producers and consumers as well have low environmental awareness.
Benefits of this project are total direct benefit estimation of compost sale (9,125 kg/year) and commercial wastes (43.129 kg/year) = Rp. 40.854.000, 00. Indirect benefit is calculated from environmental benefit, i.e. cost of effectively usage of open area and cost of contract transportation to final disposal equal to Rp. 44.000.000, 00. Cost analysis in this research used extended benefit cost analysis, which are consist of the capital cost, operating and maintenance costs are equal to Rp. 72.513.000,001year; cost of protection of environment is Rp. 1.600.000,00/year; and cost of environment is equal to Rp. 2.400.000,00/year.
Based on the result of calculating estimation profit analysis, this project has profit after tax Rp. 16.840.000,001 year and by including environmental benefit become Rp. 32.660.000,001year. Based on economic analysis of feasibility study of this project, the value of NPV economic analysis = Rp. 44.251.000, 00, and extended analysis = Rp. 110.660.000, 00; NBCR economic analysis = 2, 68 and extended analysis = 5, 20; IRR economic analysis = 64% and extended analysis 124%; payback period economic analysis = 1 year 8 months and extended analysis 11 months, this project is feasible.
Based on technology alternative, environment, and social analysis, combining 3 R systems and composting compatible to be applied as an alternative technology to solve wastes problem in BPPT. This technology gives best benefits in terms of environment, social and economic because existing land, building, man power could be used together, could minimize wastes, improve sanitation and aesthetic.
References: 27 (1976 - 2002)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Wardhani
"Tingginya biaya penanganan sampah dengan menggunakan metode sanitary landfill mendorong banyak negara untuk mulai menutup lokasi-lokasi pembuangan sampahnya dan beralih pada manajemen pengelolaan sampah yang lebih baik dengan pendekatan partisipasi, yaitu melalul proses pemilahan sampah sejak dari sumbernya, dan daur ulang (recycling).
Jakarta sebagai kota metropolitan berpenduduk padat seharusnya mulai mengarahkan sistem pengelolaan sampahnya ke arah pendekatan tersebut. Jakarta menghasilkan jumlah sampah yang sangat besar setiap tahunnya. Jumlah ini meningkat dan sebanyak 3,72 juta ton pada tahun 1996 menjadi 4,17 juta ton pada tahun 1999. Sebesar 58% Bari jumlah tersebut dihasilkan oleh rumah tangga dan sebagian besar komposisi sampah yang dihasilkan Jakarta adalah sampah organik (65°k). Oleh karena itu, program-program peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemilahan sampah sejak dari rumah tangga dan penanganan sampah organik harus diintensifkan dan dijadikan fokus utama.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui besarnya partisipasi masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga,
2) Mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga, dan
3) Menghasilkan suatu model sistem pengelolaan sampah domestik yang dapat mengurangi beban sampah yang dikeluarkan dari wilayah tersebut.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga adalah faktor Informasi dengan Kontak Langsung (Block Leaders), Dukungan untuk Komunitas, Informasi melalul Selebaran dan Sikap,
2) Dukungan untuk Komunitas dan Informasi dengan Kontak Langsung (Block Leaders) mempunyai pengaruh positif yang paling besar pada partisipasi masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga.
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu RW 08 Banjarsari (grup perlakuan) dan RW 06 Pejaten (grup kontrol). Jumlah sampel ditentukan sebanyak 20% dari total populasi penelitian (210 KK). Penarikan sampel dilakukan dengan metode acak (random sampling). Pada penelitian ini total data yang dapat diolah lebih lanjut adalah data dari 84 responder, masing-masing 42 responden dari tiap kelompok penelitian. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah kuesioner dan wawancara.
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah variabel terikat (Y): partisipasi masyarakat untuk memilah sampah, dan variabel bebas (X), yaitu Keaktifan dalam Kegiatan Lokal (X1), Informasi dengan Kontak Langsung (Block Leaders, X2), Dukungan untuk Komunitas (X3), Informasi Melalui Media (X4), Insentif (X5), Sikap (X6) dan Jumlah Penghuni Rumah yang Tdak Bekerja (X7).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan pemilahan sampah rumah tangga mencapai 54,8%. Asosiasi terbesar atas partisipasi masyarakat untuk memilah sampah berasal dari variabel Block Leaders melalui indikator Ajakan untuk Memilah (C=0,508; p=0,000) diikuti oleh variabel Dukungan untuk Komunitas melalui indikator Keikutsertaan dalam Kegiatan UNESCO (C =0,495; p=0,000), variabel Insentif melalui indikator jenis bantuan dari UNESCO (C=0,524; p=0,000), dan variabel Sikap atas kurangnya Fasilitas Pengkomposan (C=0,428; p=0,027). C adalah besar kecilnya asosiasi antara variabel Y dan variabel X, sedangkan p adalah besarnya probabilitas. p yang diharapkan adalah 0,05. Jika p lebih kecil dari 0,05, maka variabel tersebut berpengaruh secara signifikan, sedangkan jika lebih kecil dari 0,01 dinyatakan berpengaruh secara sangat signifikan. Nilai yang lebih besar dari 0,05 dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan.
Penghitungan dengan menggunakan metode Logistik Linier menunjukkan bahwa variabel Tokoh Masyarakat dan Dukungan untuk Komunitas secara bersama mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemilahan sampah rumah tangga sebesar 47-53%. Sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain.
Berdasarkan hasil temuan di atas dan hasil wawancara, sistem pengelolaan yang diajukan untuk skala perumahan umum (bukan kompleks perumahan) adalah pengelolaan mandiri dimana masyarakat mengelola sendiri sampahnya dengan melakukan proses pemilahan sejak dari rumah tangga dan pengkomposan sampah organik. Sampah yang dapat didaur ulang dapat diberikan atau dijual kepada pemulung. Sampah sisanya diserahkan penangannya kepada pemerintah daerah. Upaya peralihan terhadap sistem ini memerlukan peran tokoh masyarakat dalam mengajak anggota masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dan dukungan terhadap komunitas berupa asistensi secara intensif, baik melalui kegiatan pendidikan (workshop), pemberian bantuan, maupun kegiatan pendampingan yang intensif. Pemerintah, kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Universitas memiliki peran yang panting untuk memberikan dukungan terhadap komunitas yang diperlukan tersebut.
Daftar Kepustakaan : 44 (1970-2003)

Community Participation in Household Waste Segregation: A Case Study in Kampung Banjarsari, Kecamatan Cilandak Barat, Jakarta Selatan The raise of land price in cities leads to a high cost of waste management using a sanitary landfill method. Many countries has started to close its landfill areas and shifted to a better waste management. Most of them tried to use a participatory approach to encourage people to separate their waste and join a recycling program nearby.
Jakarta as a high-populated metropolis should start changing its waste management to one mentioned before. Jakarta generated a substantial amount of solid waste each year. This amount has been raised from 3.72 million ton in 1996 to a 4.17 million ton in 1999. 58% of this amount derived from the households. Most of the waste generated in Jakarta is organic waste (65%). Those why community participation programs towards households waste segregation and organic waste handling should be encouraged and intensified.
This study provided an analysis of solid waste management at one of its source, which is households' level. The study was to explain the following aims:
1) How high is the community participation of household waste segregation,
2) To find out the influencing factors of people's decision to participate in a household waste segregation activity, and
3) To produce a model of domestic waste segregation management that could be applied in other urban residential areas.
The research hypotheses are:
1) Community participation on household waste segregation is influenced by some factors; those are Direct Information (Block Leaders), Community Support, Information from Fliers, and Attitude.
2) Block Leaders and Community Support give a highest positive influence to community participation on households waste segregation.
A random sample of 42 respondents from 2 different locations were measured and interviewed. The locations were RW 08 Banjarsari (treatment group) and RW 06 Pejaten (control group). The population of the study was the households own the house at the locations. Households with rented house were excluded from the list. An amount of 20% of it population were taken as sample. Samples were chosen using purposive random sampling method.
Variables measured in this study are dependent variable (Y): participation level of household waste segregation, and independent variables (X), which are Participation in Local Activities (X1), Block Leaders/Information with Direct Contact (X2) Community Support (X3), Information from the Media (X4), Incentive (X5), Attitude (X6) and Number of House Inhabitant Who are not Working (X7).
The study found that community participation on households waste segregation reach as high as 54,8%. The result indicates that direct contact by block leaders gave the highest association that influenced the decision to participate in a waste segregation program. It measured by the following indicator: Persuasive invitation to separate the waste (R=0,508; p=0,000). The second best association was derived from Community Support measured by the indicator of Participation in UNESCO's activities (R=0,495; p=0,000) followed by Incentive variable measured by the indicator of UNESCO's support (R=0,524; p=0,000) and Attitude towards the tack of Composting Fasilities (R=0,428; p=0,027).
Based on the findings above, it's suggested that households? waste should be managed within the community using a segregation process from its source that is households. Recyclable waste should be sold or given to the scavengers. The remaining of the waste should be handled by the government agency. The effort needs the role of block leaders to influence people attitude to separate their waste. Community support is also needed to assist the community intensively. The government, NGO groups and university would play an important role of providing this assistance.
Number of Reference: 44 (1970-2003)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Fithri Anni Bahar
"Masalah persampahan merupakan masalah yang kompleks dan saat ini masih menjadi masalah serius di kota-kota besar di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula aktifitas masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan timbulan sampah. Pemerintah daerah kewalahan dalam menangani masalah sampah karena peningkatan timbulan sampah tidak dibarengi dengan pertambahan sarana dan prasarana maupun daya tampung TPA.
Penelitian ini dilakukan untuk menyusun rencana pengelolaan sampah di Kota Depok tahun 2005-2025. Ruang lingkup penelitian ini adalah hanya terfokus pada pengelolaan sampah domestik tidak membahas tentang sampah Rumah Sakit atau sampah medis mulai dari rumah tangga sampai ke TPA. Pengembangan rencana pengelolaan tersebut dilakukan dengan melihat unsur masukan, proses dan keluaran. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Depok pada bulan Mei-Juni 2004.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah produksi sampah saat ini 3.700 m3/hari sumber 88,3% merupakan sampah domestik dan sisanya bersumber dari pasar, toko, jalan dan sebagainya. Sebagian besar 72,97% merupakan sampah organik dan sisanya terdiri dari kayu, beling dan sebagainya. Sampai tahun 2004 cakupan pengelolaan sampah baru mencapai 48% dan sisanya dikelola sendiri oleh masyarakat.
Perencanaan pengelolaan jangka panjang atau 20 tahun ke depan, menekankan pada penanganan sampah di hulu. Maksudnya pemilahan atau recycling dilakukan di tingkat rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga diberi informasi tentang pemilahan sampah basah dan kering dengan wadah yang berbeda.
Pada pemukiman tidak teratur pelayanan sampah dilakukan dengan gerobak dari rumah ke rumah (75%), selanjutnya sampah tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Container dan di sana akan tereduksi sebesar 15%. Diharapkan sampah di TPS akan minimal dengan adanya kerjasama dengan pemulung dan para pemulung telah memiliki gudang tempat menyimpan barang bekas. Untuk pemukiman teratur pelayanan sampah tidak menggunakan gerobak tapi langsung dilayani oleh dump truk yang akan mengangkutnya ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Cipayung.
Hasil penghitungan, retribusi yang sesuai (mencapai impas) untuk tahun 2005 sampai 2025 adalah Rp. 5.500,- per bulan per kepala keluarga. Diharapkan dari perencanaan ini akan menghasilkan kebutuhan sarana dan prasana, pembiayaan dan sebagainya.
Dalam memasyarakatkan pengelolaan sampah di hulu diperlukan pendekataan pendidikan kesehatan, baik pendekatan pendidikan individu, dengan sasaran individu melalui murid-murid sekolah. Pendidikan kelompok dengan sasaran kelompok, misalnya kelompok pengajian, kelompok arisan dan sebagainya, serta pendidikan kepada masyarakat luas, dengan sasaran masyarakat bias dilakukan melalui pemutaran film layar tancap, pemutaran slide, penyebarluasan brosur, pamflet, striker dan sebagainya.
Ada beberapa saran yang perlu dilakukan adalah pengelolaan sampah di hulu perlu dikembangkan sehingga dapat meminimalkan sampah baik di TPS maupun TPA. Perlu dilakukan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat tentang cara pemilahan sampah basah dan kering sehingga masyarakat peduli terhadap lingkungan. Untuk pemerintah daerah perlu memberdayakan pemulung dalam pengelolaan sampah terutama di TPS.

Waste problem is still be the complex problem and till recently being a serious problem in the big city in Indonesia. In a procession with addition of population, their activity also being more complex and causes the waste in the environment. The region government face difficulties to handling the waste problem because the waste in heaps, and unfortunately do not accompanied with the facility and quantity of tools.
This research have an objective to arranged a plan to processing wastes on Depok City in 2005 - 2025, and focused on handling and processing domestic wastes, and waste of Hospital or medicine wastes was excluded. The process involved from home to the Final Collecting Place (TPA). Developing a processing plan efforted with watch closely the input, the process and the output. This research located on Depok City and have done on Mei until] Juni 2004.
Results of this research shows that waste production quantity right now is 1700 M31day, 88,3 % domestic wastes dan 11,7 % remaind from store, market, road and so on. The big portion of this waste (72,97%) is organic waste and and the rest is woods, porcelain etc. Until 2004, the waste processing only reach 48%, and the rest is processed by the community with traditional process.
Long term processing planning or 20 years forward, focused on handling waste from upper course. Sortation and recycling start from household. The mothers give the information how to sortation the wet waste and the dry waste on the different container.
On the uncoordinated district, waste service doing with cart from one home to another (75%), on the next stage, the wastes brought to the throwing place (TPS). On the TPS, the waste being reduction until 15%. Cooperation with the waste collector (pemulung), can minimizing the wastes on TPS, and also the waste collector already have a storehouse to collect the exuse things. On the arranged district, waste service do not use the cart, but directly serviced by the dump truct, and carried to The Final Collecting Place (TPA) on Cipayung.
Calculation result, the precise retribution ( reach impass) to 2005 until 2025 Rp. 5.500,- per month per head of household. From this plan, we hope that the need for facility and retribution can be realize.
Acoording to socialitation the waste processing from upper course, we need an health educational approach, as an individual being the target trough the student. Group educational which the group per se be the target, and education for the community, through the arisan, group based on religion (pengajian), and so on. Education for community can be effort with dostribution of pamflet, movie, brosur, sticker, etc.
There are some advise to be done, waste processing from upper course need to be more explorated to minimizing wastes both in TPS or TPA. Elucidation and education to the community must be take as a routine programmed, give the information how to separating the dry waste and wet waste, so the community really care and aware about health and environtment. To the region government, we still need to resources the waste collector, specially on TPS.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari
"ABSTRAK
Situs yang menjadi objek dalam kajian ini adalah situs Banten Lama, yang terdiri dari Situs Kompleks Mesjid Agung, Situs Keraton Surosowan, Situs Keraton Kaibon, Situs Jembatan Rante, Situs Tasik Ardi dan Pengidelan, Situs Benteng Speelwijk, Situs Vihara Avalokiteswara, Situs Pelabuhan Karangantu
dan sebuah Meriam Ki Amok. Situs kawasan ini merupakan sumberdaya arkeologi yang dapat dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, posisi tawar menawar (bargaining position), menyebabkan teijadinya tarik-menarik antara beberapa faktor kepentingan. Permasalahan yang dihadapi dalam kajian ini adalah bagaimana pemanfaatan sumberdaya arkeologi situs Banten Lama dilihat dari sudut pandang masyarakat Banten lama, Pemda Banten dan dari Manajemen Sumberdaya Budaya.
Kajian ini menggunakan metode penelitian arkeologi yang bersifat terapan (applied research) dan melihat juga undang-undang serta aturan-aturan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam menjawab permasalahan yang dihadapi. bertujuan mengetahuai potensi sumberdaya budaya arkeologi, lansekap budaya dan kehidupan masyarakat Banten Lama serta menemukan cara yang arif, bijaksana, tepat dalam Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya budaya arkeologi disitus Banten Lama.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa situs Banten Lama dapat dimanfaatkan untuk kepentingan untuk agama, sosial, kepariwisataan, pendidikan, penelitian dan ilmu pengetahuan. Pengelolaan Situs Banten Lama harus melibatkan empat komponen yang berkepentingan
terhadap situs Banten Lama keempat komponen adalah Keluarga Kesultanan Banten, Pemda Tk I dan Tk II, Bapeda Serang, Tokoh Masyarakat dan kepemudaan, Suaka dan dinas kepariwisataan seranglpropinsi. Keseimbangan pertimbangan kepentingan antara terhadap beberapa faktor kepentingan yang ada, maka akan ditemukan suatu sistem pengelolaan sumberdaya arkeologi yang baik di situs ini. Situs ini juga telah didukung oleh museum situs sebagai tern pat penampungan dan penyelamatan hasil penelitian dan penyajian kepada masyarakat. Sehingga keberadaan sumberdaya arkeologi ini diharapkan tidak
hanya dapat mengaktualisasikan suatu nilai yang memiliki sejarah yang panjang, tetapi dapat pula ikut berpartisipasi dalam pembangunan bangsa yang ditekankan pada peningkatan taraf hidup masyarakat.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Succi Wulandhary
"Pengelolaan sampah di wilayah perkotaan masih menjadi masalah krusial. DKI Jakarta sendiri memiliki timbulan sampah yang terus meningkat setiap tahuunnya hingga mencapai 7.500 ton/hari pada tahun 2018. Wilayah RW 01, Kelurahan Srengseng Sawah, DKI Jakarta menjadi salah satu RW percontohan pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga melalui prinsip 3R, yaitu melalui pemilahan dan daur ulang sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan masyarakat pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif, serta menggunakan analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (70%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan sebanyak 65% masyarakat memiliki sikap cukup baik pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan sebagian besar masyarakat (58%) pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R ada pada kategori kurang baik. Berdasarkan hasil analisis jalur, faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan secara langsung adalah sikap sebesar 23,6%.
Hasil selanjutnya pada penelitian ini menemukan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh tidak langsung pada tingkat penerapan mengelola sampah melalui sikap dengan sebesar 13,5%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah meskipun tingkat pengetahuan masyarakat tinggi dan sikap yang cukup baik pada pengelolaan sampah, namun tingkat penerapan pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R belum tentu baik. Hal tersebut karena terdapat pengaruh tingkat pendidikan pada penerapan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan cenderung melakukan tindakan ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan mengelola sampah melalui prinsip 3R.

Waste management in urban areas is still a crucial problem. DKI Jakarta itself has a generation of garbage that continues to increase every year until it reaches 7,500 tons/day in 2018. RW 01, Srengseng Sawah Village, DKI Jakarta is one of the pilot RWs in household tingkat waste management through the 3R principle, namely through sorting and recycle. The purpose of this study is to analyze the factors that influence the tingkat of community application in household tingkat waste management with the 3R principle. This research uses a quantitative approach with a mixture of quantitative and qualitative methods, and uses path analysis.
The results showed that the majority of the community (70%) had a high tingkat of knowledge and as many as 65% of the community had a fairly good attitude on household tingkat waste management with the 3R principle. The results showed that the tingkat of application of the majority of the community (58%) in household tingkat waste management with the 3R principle was in the poor category. Based on the results of path analysis, the factors that influence the tingkat of application directly are attitudes of 23,6%. Further results in this study found that the tingkat of education had an indirect effect on the tingkat of application of managing waste through attitudes 13,6%.
The conclusion that can be drawn is that although the tingkat of community knowledge is high and the attitude is quite good in waste management, the tingkat of application in household tingkat waste management with the 3R principle is not necessarily good. That is because there is an influence of the tingkat of education on the application, the higher a person's education will tend to do environmentally friendly actions, one of which is to manage waste through the 3R principle.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Tri Wardhani
"Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian dari Metropolitan Bandung yang mengalami perkembangan pesat akibat pertumbuhan penduduk. Wilayah ini memiliki proyek hunian kota mandiri Kota Baru Parahyangan yang menjadi kompleks hunian terbesar di wilayah Bandung Raya. Sayangnya, Kota Baru Parahyangan masih belum memiliki fasilitas pengelolaan sampah anorganik yang menyebabkan sekitar 6,3 ton sampah setiap harinya langsung diangkut menuju TPA tanpa adanya proses pemanfaatan terlebih dahulu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan dan komposisi sampah, mengevaluasi sistem pengelolaan sampah, dan memberikan rekomendasi terhadap sistem pengelolaan sampah di Kota Baru Parahyangan. Pengukuran timbulan dan komposisi sampah dilakukan di TPS Kota Baru Parahyangan dengan menggunakan metode load-count analysis dan metode quartering yang mengacu pada SNI 19-3964-1994. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume sampah kawasan perumahan Kota Baru Parahyangan adalah sebesar 2,31 liter/orang/hari. Komposisi sampah kawasan perumahan terdiri dari 46,04% sampah organik; 22,83% sampah plastik, 8,88% sampah residu, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil evaluasi yang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.3/PRT/M/2013, diperoleh tingkat keberhasilan pengelolaan sampah di Kota Baru Parahyangan sebesar 83,33%. Dengan demikian, masih terdapat ruang yang perlu diperbaiki. Rekomendasi utama yang diberikan adalah mengoptimalkan sarana pewadahan dan armada pengumpul untuk mendukung program pemilahan dari sumber.

West Bandung Regency is part of the Bandung Metropolitan area experiencing rapid development due to population growth. In this area, there is Kota Baru Parahyangan, an independent city housing project, which is the largest residential complex in the Bandung Raya area. Unfortunately, Kota Baru Parahyangan still lacks facilities for managing inorganic waste, resulting in approximately 6.3 tons of waste being directly transported to the landfill every day without any prior utilization process. Therefore, this study aims to analyze the volume and composition of waste, evaluate waste management system, and provide recommendations for the waste management system in Kota Baru Parahyangan. Waste generation and composition measurements were conducted at the Kota Baru Parahyangan transfer station using the load-count analysis and quartering methods based on SNI 19-3964-1994. The results indicate that waste generations of the residential area of Kota Baru Parahyangan is 2.31 liters/person/day. Based on the evaluation referring to Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.3/PRT/M/2013, the waste management success rate in Kota Baru Parahyangan is 83.33%. Therefore, there is still room for improvement. The primary recommendation is to optimize the facilities for waste collection and the fleet of collectors to support the waste segregation program from the source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nibroosa Yumna Hajar
"Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan sampah perkotaan adalah dengan mengubah sampah menjadi sumber energi terbarukan yang dikenal dengan konsep waste to energy baik melalui pembakaran langsung maupun dalam bentuk bahan bakar seperti SRF (Solid Recovered Fuel). Namun tidak semua sampah mudah diproses menajdi SRF, salah satunya karena kadar airnya yang relatif tinggi. Di TPA Cipayung Depok kadar air sampah mencapai 51,18%. Diperlukan proses pre-treatment terhadap sampah tersebut untuk menurunkan kadar airnya yaitu melaluii proses bio-drying. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi sampah TPA Cipayung yang diolah menggunakan teknologi bio-drying sehingga dapat dimanfaatkan sebagai SRF. Perhitungan timbulan dan pengukuran komposisi sampah diukur menggunakan metode SNI 19-3964-1994, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini berupa variasi waktu tinggal dan variasi perlakuan bio-drying. Adapun variabel terikat yang diamati adalah perubahan pada treatment bio-drying yaitu volume reduction, suhu dan proximate analysis. Kemudian dengan menggunakan ultimate analysis dan uji nilai kalor maka dapat ditentukan potensi sampah yang bisa dijadikan SRF. Studi ini menemukan bahwa bio-drying bisa menurunkan kadar air dari 64% menjadi 28% dan fixed carbon 6,05% menjadi 5,92%. Sebaliknya menaikkan kadar abu dari 2,92% menjadi 9,30% dan volatile matter dari 26,17% menjadi 53%. Secara keseluruhan nilai kalor naik dari 1,670 MJ/kg menjadi 16,159 MJ/kg. Meskipun demikian hasil bio-drying ini belum memenuhi standar SRF untuk industri semen. Optimasi proses diperlukan agar sampah TPA CIpayung bisa diolah memenuhi standar SRF.

One solution for dealing with the large amount of municipal waste is to convert waste into a renewable energy source, known as the waste to energy concept, either through direct combustion or in the form of fuel such as SRF (Solid Recovered Fuel). However, not all waste is easily processed into SRF, one of which is because its water content is relatively high. At the Cipayung Depok landfill, the moisture content of waste reached 51.18%. A pre-treatment process such as a bio-drying process is needed for the waste processing to reduce its moisture content. This research was conducted to determine the potential of Cipayung landfill waste which is processed using bio-drying technology to be used as SRF. Calculation of waste generation and measurement of waste composition were measured using the SNI 19-3964-1994 method, while the independent variables in this study were variations in residence time and variations in bio-drying treatment. The dependent variables observed were changes in the bio-drying treatment which are volume reduction, temperature and proximate analysis. Then, by using ultimate analysis and calorific value tests, the potential for waste that can be used as SRF can be determined. This research found that bio-drying can reduce water content from 64% to 28% and fixed carbon from 6.05% to 5.92%. Additionally, it increases the ash content from 2.92% to 9.30% and volatile matter from 26.17% to 53%. The calorific value of waste increased from 1,670 MJ/kg to 16,159 MJ/kg. However, the bio-drying results do not meet the SRF standards for the cement industry yet. Process optimization is needed so that Cipayung landfill waste can be recycled to meet SRF standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dila Anandatri
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai timbulan dan komposisi limbah padat pada Taman Safari Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar timbulan limbah padat, persentase jenis komposisi limbah padat, evaluasi sistem teknis operasional eksisting, dan rekomendasi pengembangan sistem teknis operasional. Metode yang digunakan yaitu SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Hasil dari penelitian ini adalah evaluasi dan pengembangan sistem teknis operasional, dimulai dari pewadahan, pengangkutan, hingga pemrosesan akhir yang diterapkan di Taman Safari Indonesia. Timbulan limbah padat Taman Safari Indonesia adalah 11,9 m3/hari dengan berat 3.076,26 kg/hari, untuk timbulan per area per hari yaitu sebesar 0,0081 kg/m2/hari atau 0,31 l/m2/hari. Komposisi limbah padat pada TPA Taman Safari Indonesia terdiri dari 63,83% organik, 13,35% kertas, 12,24% plastik, 4,16% pampers dan pembalut, 3,66% sampah kayu, 1,44% sampah tisu, 1,05% sampah logam, 1,02% sampah sterofoam, 0,56% sampah tekstil, 0,46% sampah baterai, dan 0,4% sampah lainnya. Perencanaan pengembangan teknis operasional dimulai dari pemisahan wadah dan pengangkutan limbah padat berdasarkan jenisnya serta membangun Unit Pengolahan Sampah dengan total luas desain adalah 380 m2.

ABSTRACT
This study focuses on the solid waste generation and composition in Taman Safari Indonesia. This study aims to determine the major solid waste generation, the percentage of solid waste composition, evaluation of operational technical system existing, and development recommendation of operational technical system. The method which being used is SNI 19-3964-1994 on Methods of Sample Collection Measurement and Composition of Urban Waste. The results of this study are evaluation and development of operational technical system, start from crocking to final treatment that can be applied in Taman Safari Indonesia. Generation of solid waste generated in Taman Safari Indonesia is equal to 11,9 m3/day with weight is 3.076,26 kg/day, for generation per area per day is equal to 0,0081 kg/m2/day or 0,31 l/m2/day, and for generation per person per day is equal to 1,58 kg/person/day or 6,1 l/person/day. The composition of solid waste in Taman Safari Indonesia consists of 63,83% organic, 13,35% paper, 12,24% plastic, 4,16% diapers and sanitary napkins, 3,66% wood, 1,44% tissue, 1,05% metal, 1,02% styrofoam, 0,56% textile, 0,46% battery, dan 0,4% the other. Development planning of operational technical system starts from splitting the container and transporting solid waste based on the type and also build a Material Recovery Facility (MRF) with total area is 380 m2."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frizta Riza Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang
dilakukan untuk keberlanjutan organisasi bank sampah Malaka Sari, Duren Sawit,
Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif deskriptif. Dengan itu, penelitian ini menyajikan pemaparan
dari bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang nyata berupa partisipasi tenaga,
waktu, pikiran, keahlian dan modal serta keterbukaan pengurus dalam berjalannya
suatu organisasi bank sampah Malaka Sari. Penelitian ini menemukan bahwa
bentuk-bentuk partisipasi tersebut mendukung keberlanjutan dari bank sampah
Malaka Sari yaitu bentuk partisipasi sebagai media sosialisasi, kegiatan yang
mendorong partisipasi untuk perkembangan organisasi bank sampah Malaka Sari,
dan mendorong keterjangkauan dalam berpartisipasi.

ABSTRACT
This study discusses the forms of community participation in the sustainability
organization of waste banks Malaka Sari, Duren Sawit, East Jakarta. This research
was conducted by using descriptive qualitative research approach. Then, this
study presents the exposure of the forms of concrete public participation in the
form of participation of energy, time, thoughts, expertise and capital also official
acceptance in the passage of a garbage bank organization Malaka Sari. The study
found that the forms of participation that supports the sustainability of the waste
bank Malaka Sari is a form of participation as a socialization, activities that
encourage participation for the development of waste bank organization Malaka
Sari, and affordability in participating."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>